Radiofarmasi : Manfaat – Cara Kerja, dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Radiofarmasi adalah sebuah area spesialistik yang meliputi persiapan materi radioaktif untuk digunakan sebagai pengobatan dan diagnosis penyakit tertentu. Berhubungan dengan bahan radioaktif tentu dapat... menjadi risiko tersendiri. Karena itu dalam hal ini, seseorang yang bekerja di bidang radiofarmasi harus mengikuti protokol ketat dalam menyiapkan, mengirim, dan menerima obat-obatan radiofarmasi, termasuk memeriksa kadar radiasi secara teratur. Dengan pengguaan yang aman dan efektif, radiofarmasi dapat menjadi suatu alat bantu diagnostik maupun terapi yang sangat bermanfaat bagi penyakit seperti kanker dan gangguan tiroid. Read more

Keadaan yang melibatkan hilangnya kohesi antar sel, migrasi sel, akses ke sirkulasi sistemik, angiogenesis, kelangsungan hidup dalam sirkulasi, pertumbuhan pada organ jauh, dan penghindaran respons imun lokal disebut dengan metastasis[1].

Tempat metastasis ketiga yang paling sering adalah tulang, dibelakang paru-paru dan hati. Sebagian besar dalam metastasis tulang, kanker prostat dan payudara akan bertanggung jawab[1].

Metastasis tulang adalah penyebab utama morbiditas, ditandai dengan nyeri hebat, gangguan mobilitas, fraktur patologis, kompresi medula spinalis, aplasia sumsum tulang, dan hiperkalsemia[1].

Fungsi Radiofarmasi

Radiofarmasi merupakan sediaan farmaseutik atau bahan kimia radioaktif, dalam konsentrasi terapeutik atau dalam pelacak. Radiofarmasi merupakan bahan yang digunakan dalam mendiagnosis masalah medis tertentu atau dalam mengobati penyakit tertentu[2].

Ketika digunakan dalam membantu mendiagnosis masalah medis, radiofarmasi hanya akan diberikan dalam jumlah yang kecil. Kemudian, radiofarmasi akan melewati atau di ambil oleh salah satu organ tubuh, yaitu organ yang bergantung pada radiofarmasi[3].

Lalu, terdeteksilah radioaktivitas, dan gambar diproduksi oleh alat pencitraan khusus. Selanjutnya gambar-gambar ini akan diperiksa untuk mengetahui bagaimana organ tersebut bekerja dan untuk mendeteksi apakah kanker atau tumor terdapat di organ tersebut[3].

Dalam pengobatan kanker tertentu dan penyakit lainnya radiofarmasi akan digunakan dalam jumlah yang lebih besar. Dan pada kasus ini, agen radioaktif akan di ambil pada area kanker dan akan menghancurkan jaringan yang terkena[4].

Radiofarmasi dapat diberikan melalui mulut juga melalui suntikan atau ditempatkan ke dalam mata ataupun ke dalam kandung kemih[2].

Radiofarmasi digunakan[5]:

  • Dalam mendiagnosis pheochromocytoma primer dan metastatik atau neuroblastoma
  • Selama tes pencitraan hepatobilier
  • Sebagai agen pencitraan tulang dalam menggambarkan area osteogenesis yang berubah
  • Dalam tes pencitraan kedokteran nuklir untuk mendeteksi penyakit arteri koroner dan mengevaluasi fungsi miokard
  • SHebagai tambahan untuk skintigrafi dalam mendeteksi perubahan perfusi otak regional pada stroke
  • Untuk pemindaian pencitraan diagnostik untuk tulang, jantung, dan saluran pencernaan
  • Untuk identifikasi berbagai organ, termasuk namun tidak terbatas pada otak, tiroid, plasenta, dan kandung kemih
  • Untuk lokalisasi kelenjar getah bening, evaluasi patensi shunt peritoneovenous (LeVeen), area pencitraan sel retikuloendotelial yang berfungsi, dan pencitraan gastrointestinal
  • Digunakan dalam uji coba yang mempelajari diagnostik sindrom cushing
  • Untuk menemukan infeksi dan peradangan pada pasien dengan dugaan osteomielitis
  • Dalam tomografi emisi positron untuk mendeteksi jenis tumor neuroendokrin tertentu
  • Dalam diagnosis lesi positif antigen membran spesifik prostat (PSMA) pada pasien pria selama tomografi emisi positron

Penggolongan Radiofarmasi

Radiofarmasi dibagi menjadi dua subtipe utama, yaitu:

  • Radiofarmasi diagnostik

Radiofarmasi diagnostik digunakan dalam mempelajari bagaimana organ bekerja dan juga dalam mendeteksi kanker atau tumor yang kemungkinan terdapat di dalam organ tersebut[3].

Pada agen radioaktif, akan dapat mendeteksi gambar organ tertentu pada tubuh menggunakan kamera gamma[6].

  • Radiofarmasi terapeutik

Radiofarmasi terapeutik digunakan dalam pengobatan jenis kanker tertentu juga penyakit lainnya, dengan jumlah yang lebih besar[4].

Sebagai obat radiofarmasi, radiofarmasi terapeutik digunakan dalam pengobatan tumor kelenjar adrenal jenis tertentu (pheochromocytoma)[8].

Penyakit yang Diatasi dengan Radiofarmasi

Masing-masing subtipe radiofarmasi digunakan untuk mengatasi kondisi kesehatan yang berbeda.

Radiofarmasi diagnostik diberikan untuk[3]:

Tomografi terkomputasi (CT) merupakan teknik pencitraan yang membuat gambar penampang dua dimensi dari struktur tubuh tiga dimensi. CT menggunakan teknik matematika, yaitu rekonstruksi dalam hal mendapatkan citra[11].

Tugas utama dari CT yaitu sebagai gambar penampang dua dimensi, mereproduksi secara akurat struktur internal tubuh[11].

Radiofarmasi terapeutik diberikan untuk[4]:

  • Diagnosis dan Investigasi
  • Hipertiroidisme
  • Karsinoma Neuroendokrin
  • Limfoma Non-Hodgkin
  • Paraganglioma
  • Feokromositoma
  • Kanker prostat
  • Kanker tiroid

Paraganglioma merupakan tumor jinak , pada sebagian kecil, dapat menjadi ganas dan bermetastasis. Metastasis merupakan satu-satunya cara yang benar dalam menilai agresivitas biologis paragangliomas[12].

Hal ini akan menekankan terhadap diagnosis dini, penentuan stadium, dan koordinasi tim interprofesional dengan ahli endokrinologi dan ahli bedah, yang sangat penting dalam penanganan penyakit ini[12].

Cara Kerja Radiofarmasi

Ketika digunakan dalam membantu mendiagnosis masalah medis, radiofarmasi hanya akan diberikan dalam jumlah yang kecil. Kemudian, radiofarmasi akan melewati atau di ambil oleh salah satu organ tubuh, yaitu organ yang bergantung pada radiofarmasi[3].

Lalu, terdeteksilah radioaktivitas, dan gambar diproduksi oleh alat pencitraan khusus. Selanjutnya gambar-gambar ini akan diperiksa untuk mengetahui bagaimana organ tersebut bekerja dan untuk mendeteksi apakah kanker atau tumor terdapat di organ tersebut[3].

Melalui florbetapir (18F) sebagai radiofarmasi diagnostik yang mengandung radionuklida fluorin-18 dan terikat oleh senyawa florbetapir, Terhadap plak beta amiloid molekul berikatan dengan afinitas yang tinggi, dan memiliki peran yang penting untuk patogenesis Penyakit Alzheimer[10].

Obat ini dipilih karena memiliki waktu paruh 110 menit, yang akan membuatnya menjadi terakumulasi dengan cukup di otak sebelum mengalami peluruhan emisi positon[10].

Penyerapan obat ini menunjukan peningkatan melalui sinyal dengan terus-menerus dari waktu nol hingga 30 menit setelah pemberian injeksi dengan nilai stabil nya sekiranya dalam 90 menit[10].

Dengan pemberiannya secara intravena obat ini berdistribusi ke seluruh tubuh dengan kurang dari radioaktivitas F 18 dalam waktu 20 menit setelah pemberian[10].

Metabolisme obat ini dengan sisa F 18 akan beredar selama jendela pencitraan kisaran 30-90 menit dalam bentuk metabolit polar F 18. Pada dasarnya semua radioaktivitas akan dikumpulkan dalam urin yang hadir sebagai metabolit polar dari florbetapir F 18[10].

Contoh Obat Radiofarmasi

Radiofarmasi tersedia dalam bentuk larutan, kit, dan bubuk. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, sementara ada yang dihentikan.

Beberapa contoh radiofarmasi diagnostik dengan resep dokter termasuk[3]:

  • Iobenguane I 123
  • Florbetapir F 18
  • Fluciclovine F 18
  • Rubidium chloride rb-82
  • Sodium chromate cr-51
  • Ioflupane I 123
  • Copper Cu 64 dotatate
  • Sulfur hexafluoride
  • Fludeoxyglucose f18
  • Florbetaben f-18
  • Indium pentetreotide in-111
  • Sodium pertechnetate (tc-99m)
  • Flutemetamol f-18
  • Iodinasi i 131 albumin

Beberapa contoh radiofarmasi terapeutik dengan resep dokter dan dihentikan termasuk[4]:

  • Sodium iodide-i-131
  • Iobenguane I 131
  • Iodine i 131 tositumomab
  • Sodium iodide-i-131
  • Lutetium lu 177 dotatate
  • Strontium-89 chloride
  • Chromic phosphate p32
  • Samarium sm 153 lexidronam
  • Radium 223 diklorida

Efek Samping Radiofarmasi

Radiofarmasi dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan.

Beberapa efek samping umum dari radiofarmasi diagnostik termasuk[6,7]:

  • Pusing
  • Ruam
  • Gatal
  • Kemerahan
  • Hangat
  • Perasaan geli
  • Sakit kepala
  • Pendarahan di sekitar jarum infus
  • Nyeri sendi atau otot
  • Mual
  • Merasa lelah

Beberapa efek samping umum dari radiofarmasi terapeutik termasuk[8,9]:

Sebelum menggunakan iobenguane I-123 dan setidaknya selama 48 jam sesudahnya, minumlah cairan ekstra. Cairan harus diminum sebelum dan sesudahnya. Obat ini dapat menyebabkan efek yang berbahaya terhadap kandung kemih karena sifatnya sebagai radioaktif. Keadaan ini harus dihilangkan dari tubuh melalui buang air kecil[6].

Dapat meningkatkan risiko jangka panjang terkena kanker, jika menggunakan agen radioaktif. Beritahu dokter jika sedang hamil atau sedang menyusui sebelum menggunakan florbetapir F 18. Dilarang untuk menyusui setelah menggunakan obat ini dalam waktu 24 jam[7].

Jumlah sel darah dapat menurun jika menggunakan Iobenguane I-131. Darah akan sering untuk diuji dan perawatan biasanya akan tertunda dengan hal ini. Tak lupa untuk memeriksa tekanan darah juga fungsi ginjal[8].

Lutetium Lu 177 dotatate dapat membahayakan bayi yang belum lahir. Gunakanlah alat kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan. Bagi pria, tetap gunakan alat kontrasepsi selama 4 bulan dari dosis terakhir. Dan bagi wanita, setidaknya 7 bulan dari dosis terakhirnya[9].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment