Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sindroma Brown-Sequard (BSS) adalah suatu kondisi neurologis langka yang ditandai dengan adanya lesi pada medula spinalis yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, dan kehilangan... sensasi pada sisi lainnya. BSS dapat disebabkan oleh adanya tumor medula spinalis, cedera pada area leher atau punggung, gangguan pada pembuluh darah, atau penyakit infeksi dan peradangan seperti TB dan multiple sclerosis. Gejala pada BSS dapat bersifat progresif seiring berjalannya waktu. Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyakit penyebabnya. Gejala tidak selalu bersifat permanen namun penyembuhannya bergantung dari keparahan penyakit yang menyebabkan munculnya BSS. Read more
Daftar isi
Apa Itu Sindrom Brown Sequard?
Sindrom Brown Sequard yang juga dikenal dengan istilah spinal hemiplegia merupakan sebuah kondisi gangguan saraf akibat tulang belakang mengalami cedera [1,2,3,5,6,10].
Kondisi ini ditandai dengan paralisis atau kelemahan otot yang bahkan hampir setara dengan kelumpuhan [1,3,5,10].
Penderita sindrom ini dapat mengalami mati rasa di mana penderita tak lagi mengalami sensasi panas atau dingin maupun nyeri [1,3,5,10].
Tinjauan Sindrom Brown Sequard atau spinal hemiplegia adalah gangguan saraf yang terjadi sebagai dampak dari cedera di tulang belakang di mana kondisi ini juga ditandai dengan kelumpuhan atau paralisis.
Fakta Tentang Sindrom Brown Sequard
- Charles Edouard Brown-Sequard adalah seorang ilmuwan Victoria terkenal yang di tahun 1849 memperkenalkan pertama kali sindrom Brown Sequard [1].
- Kasus sindrom Brown Sequard pertama kalinya adalah seorang kapten laut yang mendapat tikaman benda tajam di bagian leher dan kasus ini diperkenalkan pada rapat tahunan British Medical Association tahun 1862 [1].
- Prevalensi sindrom Brown Sequard di Amerika Serikat adalah sekitar 11.000 kasus baru setiap tahunnya [1,2].
- 4% dari seluruh jumlah kasus cedera tulang belakang diketahui merupakan kondisi sindrom Brown Sequard [1].
- Sindrom Brown Sequard adalah sebuah kondisi langka yang dapat terjadi pada siapa saja dengan tingkat risiko sama tinggi baik pada pria maupun wanita [3].
Penyebab Sindrom Brown Sequard
Medula spinalis yang mengalami trauma atau cedera dapat menjadi penyebab sindrom Brown Sequard [1,2,3].
Medula spinalis sendiri adalah bagian dari saraf tulang belakang yang bila mengalami cedera baik itu pukulan benda tumpul, luka tusuk maupun luka tembak maka mampu menyebabkan mati rasa atau kelumpuhan [1,2,3].
Cedera seperti ini dapat dialami oleh seseorang di salah satu sisi tulang belakangnya dan tanpa disadari ini bisa berakibat fatal [1].
Selain cedera, terdapat beberapa faktor lain yang mampu menjadi penyebab atau pemicu sindrom Brown Sequard, yaitu [1,2,3,4] :
- Hernia pada saraf.
- Sifilis
- Myelitis
- Gangguan sistem peredaran darah.
- Paparan radiasi.
- Kista
- Tumor ganas.
- TBC
- Tekanan pada saraf.
- Herpes
- Meningitis
- Empiema
- Multiple sclerosis
- Malformasi Chiari I
- Kifosis
- Myeloschisis
Tinjauan Cedera pada medula spinalis (bagian dari tulang belakang) dapat menyebabkan sindrom Brown Sequard). Namun, sindrom ini juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain selain cedera, seperti penyakit-penyakit tertentu.
Gejala Sindrom Brown Sequard
Timbulnya gejala sindrom Brown Sequard biasanya setelah seseorang mengalami cedera pada bagian punggung atau lehernya.
Berikut ini adalah beberapa gejala utama dari sindrom Brown Sequard [1,2,3,5] :
- Kemampuan penderita dalam merasakan sensasi fisik seperti suhu panas maupun dingin, geli, getaran, nyeri, tekanan, hingga sentuhan hilang.
- Kehilangan kendali pada sistem pencernaan maupun sistem kemih; hal ini menyebabkan penderita sulit menahan buang air kecil dan bahkan mengalami sembelit.
- Gangguan saluran napas.
- Atrofi otot, yaitu degenerasi dan kelemahan otot pada area cedera.
- Paralisis atau kelumpuhan dapat terjadi pada area yang sama dengan bagian tubuh yang cedera.
- Paralisis dapat bersifat permanen, terutama bila kondisi terlambat terdeteksi.
- Kehilangan kemampuan proprioseptif, yakni penderita tak lagi dapat mengetahui posisi serta letak tubuh terutama di sisi/bagian yang terluka atau cedera.
Tinjauan Gejala sindrom Brown Sequard biasanya timbul pasca cedera dan gejala meliputi paralisis, kehilangan kemampuan proprioseptif, kehilangan kemampuan merasakan sensasi fisik, hingga gangguan saluran nafas dan atrofi otot.
Pemeriksaan Sindrom Brown Sequard
Ketika gejala-gejala yang telah disebutkan tersebut mulai dialami terutama tak lama setelah mengalami cedera, pastikan untuk memeriksakannya segera.
Beberapa metode pemeriksaan untuk memastikan kondisi sindrom Brown Sequard yang perlu pasien tempuh antara lain adalah :
- Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan fisik menjadi prosedur utama yang dokter akan terapkan kepada pasien untuk mengetahui secara detail gejala fisik apa saja yang pasien alami [1,5].
Selain itu, dokter juga akan bertanya kepada pasien terkait riwayat medis yang berhubungan dengan saraf maupun riwayat cedera [1,5].
Jika pasien diketahui memiliki riwayat penyakit saraf, kemungkinan dokter merujukkan pasien ke dokter ahli saraf supaya saraf tulang belakang diperiksa lebih mendalam [1,5].
Selain pemeriksaan fisik, tes pemindaian seperti sinar-X (rontgen) dan MRI scan adalah pemeriksaan penunjang yang dapat pasien tempuh [1,2,5,6].
Dokter melakukan identifikasi lokasi tulang yang cedera melalui prosedur rontgen [1].
Selain itu, bila terdapat kecurigaan bahwa cedera berhubungan dengan adanya benda asing di dalam tubuh pasien, kedua prosedur tes ini dapat membantu dokter mendeteksinya [1,2,5,6].
Tes pemindaian lainnya yang juga dapat membantu dokter dalam penegakan diagnosa adalah CT scan, khusus untuk kasus yang lebih serius [6].
CT scan adalah prosedur yang juga dapat memperlihatkan keberadaan benda asing beserta lokasi detailnya yang berhubungan dengan cedera [6].
Dokter biasanya merekomendasikan prosedur CT scan kepada pasien yang gejalanya sudah parah untuk bisa mengecek kestabilan tulang [6].
Selain itu, dokter perlu memastikan anatomi tubuh pasien sebelum menganjurkan prosedur operasi sebagai solusinya [6].
Tinjauan Metode diagnosa untuk memastikan kondisi sindrom Brown Sequard meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, MRI scan, rontgen, dan CT scan.
Pengobatan Sindrom Brown Sequard
Pengobatan sindrom Brown Sequard tergantung dari penyebabnya dan secara umum, berikut ini merupakan metode penanganan pada penderita :
1. Antibiotik Profilaktik Perioperatif Standar
Untuk kasus cedera tulang belakang yang juga berkaitan dengan risiko infeksi biasanya dapat menggunakan obat golongan steroid [1].
Namun untuk kasus cedera tulang belakang dengan risiko sindrom Brown Sequard, dokter kemungkinan akan memberikan resep antibiotik profilaktik perioperatif standar [1].
Obat golongan steroid tidak efektif untuk mengatasi sindrom Brown Sequard [1].
2. Operasi Dekompresi
Dokter kemungkinan akan merekomendasikan prosedur bedah dekompresi bagi pasien dengan cedera traumatis, abses, ataupun tumor yang memicu tekanan di saraf tulang belakang [1,2].
Operasi bertujuan utama mengangkat abses maupun tumor agar tekanan tersebut dapat dihilangkan [1].
3. Pengobatan Non-Operasi
Untuk membantu agar pasien sindrom Brown Sequard tak lagi terbatas dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, perawatan dengan pendekatan multidisiplin sangat dianjurkan [1,3,7,8].
Tergantung dari kondisi yang dialami oleh pasien, beberapa alat bantu ini akan mempermudah pasien dalam berkegiatan seperti biasa.
- Hand splits [1,3]
- Kursi roda [1,3]
- Cervical collars (untuk pasien dengan kesulitan menelan dan bernapas, namun penggunaan alat ini tergantung dari tingkat keparahan cedera) [1,7,8]
- Ortosis tulang belakang (untuk pasien yang daerah torakolumbar-nya terpengaruh) [1]
Bagaimana prognosis sindom Brown Sequard?
Penyebab cedera dan tingkat kerusakan tulang belakang menentukan seberapa baik prognosis sindrom Brown Sequard [1].
Namun sebenarnya, secara umum sindrom Brown Sequard memiliki prognosis yang baik karena potensi pasien untuk pulih cukup besar [1].
Pada lebih dari setengah kasus sindrom Brown Sequard penderitanya dapat pulih dengan baik, termasuk pada fungsi motoriknya [1].
Meski demikian, pemulihan penderita sindrom ini tak dapat terjadi secara cepat [1].
Membutuhkan selama 3-6 bulan dan bahkan sekitar 2 tahun untuk pemulihan kondisi saraf [1].
Jika sistem kemih dan pencernaan penderita terpengaruh, peluang kedua sistem untuk kembali baik adalah 90% [1].
Pada pasien dengan kondisi kehilangan fungsi motorik, pemulihan akan lebih lambat pada sisi ipsilateral dan lebih cepat justru pada sisi kontralateral [1].
Kemampuan berjalan pasien pun akan kembali normal pada sebagian besar kasus sindrom ini [1].
Tinjauan Pengobatan untuk sindrom Brown Sequard umumnya meliputi antibiotik profilaktik perioperatif standar, prosedur operasi dekompresi, dan perawatan non-operasi (penggunaan alat bantu agar pasien dapat beraktivitas seperti biasa sehari-harinya).
Komplikasi Sindrom Brown Sequard
Risiko komplikasi pada penderita sindrom Brown Sequard paling tinggi adalah [1,9] :
- Syok tulang belakang
- Hipotensi
- Emboli paru
- Depresi
- Infeksi saluran kemih dan infeksi paru
- Lesi serviks dan toraks (kondisi ini membutuhkan penanganan pernapasan darurat)
Selain itu, paralisis neuron motorik atas ipsilateral serta hilangnya kemampuan proprioseptif jangka panjang berpotensi pula terjadi karena gejala yang memburuk [10].
Hal ini juga berpotensi disertai dengan kondisi kehilangan nyeri kontralateral serta kehilangan kemampuan merasakan suhu dan nyeri [10].
Tinjauan Syok tulang belakang, hipotensi, emboli paru, depresi, infeksi saluran kemih dan infeksi paru dan lesi serviks dan toraks merupakan risiko-risiko komplikasi sindrom Brown Sequard.
Pencegahan Sindrom Brown Sequard
Pencegahan terbaik agar sindrom Brown Sequard tidak terjadi adalah dengan melindungi diri untuk meminimalisir kecelakaan atau cedera pada area tulang belakang.
Namun bila tidak terkait dengan cedera, penanganan kondisi yang mampu memicu sindrom ini sebaiknya didapat segera.
Tinjauan Belum diketahui cara pencegahan untuk sindrom Brown Sequard, namun menghindari kecelakaan dengan melindungi diri agar tidak mengalami cedera sangat dianjurkan.