Obat spironolactone digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, gagal jantung maupun mengobati kondisi di mana tubuh membuat terlalu banyak zat alami atau yang sering disebut dengan kelainan aldosteron. Obat ini bisa untuk anak-anak dan juga orang dewasa.[1,2]
Daftar isi
Berikut informasi mengenai obat spironolactone, mulai dari indikasi, kategori, konsumsi, kelas, bentuk, kontraindikasi sampai pada kategori penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:[2,3]
Indikasi | Sirosis hati dengan asites dan edema, hipertensi, diagnosis hiperaldosteronisme primer |
Kategori | Obat Keras |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Dieuretik |
Bentuk | Tablet |
Kontraindikasi | Anuria, hiperkalemia, penyakit Addison, insufisiensi ginjal akut atau progresif. Penggunaan bersamaan dengan eplerenone. |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan Spironolactone: → Pasien yang beresiko mengalami hiperkalemia dan asidosis → Pasien dengan diabetes mellitus → Pasien dengan gangguan ginjal dan hati → Usia lansia, ibu hamil dan menyusui |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui PO (Diminum): Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Spironolactone dikenal sebagai “pil air” atau diuretik kalium sederhana.[1]
Obat spironolactone digunakan untuk:[1,2]
Menurunkan tekanan darah tinggi akan membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal.[1]
Obat spironolactone dapat digunakan untuk pasien anak-anak dan juga dewasa. Berikut informasi dosis penggunaannya:[3]
Oral ⇔ Pasien yang mengalami edema → Awal 100 mg / hari. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon hingga 400 mg / hari ⇔ Pasien yang mengalami sirosis hati dengan asites dan edema ⇔ Rasio Na / K urin terlebihu dahulu, lalu dosisi: → > 1 : Awal 100 mg / hari → <1: Awal, 200-400 mg / hari ⇔ Pasien lansia yang mengalami sirosis hati dengan asites dan edema → Mulai dengan dosis terendah lalu tingkatkan jika perlu. ⇔ Pasien yang mengalami hipertensi → Sebagai monoterapi: Awal 50-100 mg / hari dalam 1-2 dosis terbagi. Dosis dapat menyesuaikan dosis setelah 2 minggu sesuai kebutuhan berdasarkan respon pasien. ⇔ Pasien yang mengalami diagnosis hiperaldosteronisme primer → Tes panjang: 400 mg setiap hari selama 3-4 minggu. → Tes singkat: 400 mg setiap hari selama 4 hari. ⇔ Pasien lansia yang mengalami diagnosis hiperaldosteronisme primer → Mulai dengan dosis terendah lalu tingkatkan jika perlu. ⇔ Manajemen pra operasi hiperaldosteronisme → 100-400 mg setiap hari. → Perawatan jangka panjang tanpa operasi: berikan dosis efektif terendah. ⇔ Manajemen pra operasi hiperaldosteronisme untuk lansia → Mulai dengan dosis terendah lalu tingkatkan jika perlu. ⇔ Pasien yang mengalami gagal jantung kongestif parah → Sebagai tambahan: Awal, 25 mg, satu kali per hari. Dosis dapat dikurangi hingga 25 mg per harinya, jika dosis 25 mg sekali sehari tidak dapat ditoleransi. → Dosis sekali minum Maksimal: 25 mg → Interval Dosis Minimum: satu kali per hari → Dosis maksimum : 50 mg per hari. ⇔ Pasien lansia yang mengalami gagal jantung kongestif parah → Mulai dengan dosis terendah lalu tingkatkan jika perlu. ⇔ Pasien dengan hipokalemia yang diinduksi diuretik → 25-100 mg setiap hari. |
Oral/Diminum: ⇔ Pasien yang mengalami sirosis hati dengan asites dan edema ⇔ Rasio Na / K urin terlebihu dahulu, lalu dosisi: → Awalnya; 3 mg / kg diberikan dalam dosis terbagi, bisa disesuaikan menurut respon. ⇔ Pasien yang mengalami diagnosis hiperaldosteronisme primer → Awalnya; 3 mg / kg diberikan dalam dosis terbagi, bisa disesuaikan menurut respon. ⇔ Manajemen pra operasi hiperaldosteronisme → Awalnya; 3 mg / kg diberikan dalam dosis terbagi, bisa disesuaikan menurut respon ⇔ Pasien yang mengalami gagal jantung kongestif yang parah → Awalnya; 3 mg / kg diberikan dalam dosis terbagi, bisa disesuaikan menurut respon. |
Obat spironolactone dapat menyebabkan sejumlah efek samping. Berikut daftar efek samping yang ditimbulkan oleh obat spironolactone:[2]
Efek samping yang memerlukan penanganan dokter dengan segera:
Efek samping yang tidak memerlukan penanganan medis dengan segera:
Info efek samping secara medis:
Berikut keterangan detail mengenai obat spironolactone mulai dari penyimpanan, cara kerja, interaksi dengan obat lain, interaksi dengan makanan dan pengaruh pada hasil lab:[3,4]
Penyimpanan | Tablet: → Simpan di bawah suhu 25 ° C. → Jangan simpan di freezer. → Lindungi dari cahaya dan kelembaban. |
Cara Kerja | Deskripsi: Spironolakton bekerja di tubulus ginjal bagian distal sebagai antagonis kompetitif aldosteron. Ini meningkatkan ekskresi NaCl dan air sambil menghemat ion K dan hidrogen. Durasi: 2-3 hari. Farmakokinetik: Penyerapan: Diserap dengan baik dari saluran GI. Peningkatan absorpsi dengan makanan. Ketersediaan hayati: Sekitar 90%. Waktu untuk konsentrasi plasma puncak: 3-4 jam (terutama sebagai metabolit aktif). Distribusi: Melintasi plasenta; memasuki ASI (sebagai canrenone). Pengikatan protein plasma: Sekitar 90%. Metabolisme: Dimetabolisme secara ekstensif menjadi beberapa metabolit aktif (misalnya canrenone dan 7α-thiomethylspirolactone). Ekskresi: Melalui urin dan feses sebagai metabolit. Waktu paruh plasma: 1,3 jam (spironolakton); 2.8-11.2 jam (metabolit aktif). |
Interaksi dengan obat lain | → Peningkatan resiko hiperkalemia dengan diuretik hemat-K atau suplemen K, penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin II, trilostane, heparin, LMWH. → Peningkatan risiko nefrotoksisitas dengan ciclosporin, NSAID. Meningkatnya risiko keracunan litium. → Dapat mengurangi sifat penyembuhan ulkus karbenoksolon. → Dapat meningkatkan kadar digoksin serum. → Dapat mengurangi respons vaskular terhadap norepinefrin. → Penggunaan bersama dg kolestiramin dpt menyebabkan asidosis metabolik hiperkalemik. → Potensiasi hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan barbiturat atau narkotika. → Dapat meningkatkan efek hiperkalemia dengan eplerenon. |
Interaksi dengan makanan | → Peningkatan penyerapan dengan makanan. → Pemberian bersama dengan etanol dapat meningkatkan resiko ortostasis. |
Overdosis | ⇔ Gejala: Mengantuk, mual, muntah, diare, pusing, kebingungan mental, ruam makulopapular atau eritematosa. Jarang, hiperkalemia, hiponatremia. ⇔ Cara Mengatasi: Pengobatan simtomatik dan suportif. Induksi muntah atau lavage lambung. Dapat diberikan IV larutan CaCl, Na bikarbonat atau glukosa oral atau parenteral dengan sediaan insulin kerja cepat untuk hiperkalemia berat. Pemberian resin penukar kation (misalnya Na polistiren sulfonat) diberikan secara oral atau rektal. Dapat melakukan dialisis untuk hiperkalemia persisten. |
Pengaruh pada hasil lab | Dapat mengganggu terapi radioimmunoassay untuk digoksin, penentuan fluorometri plasma dan kortisol, penentuan 17-hidroksikortikosteroid urin dengan teknik Porter-Silber, 17-ketosteroid urin dengan Klendshoj, teknik Feldstein dan Sprague, steroid 17-ketogenik urin. |
Apa yang perlu dimonitoring selama pengobatan menggunakan spironolactone?
Pemeriksaan darah rutin diperlukan untuk mengevaluasi kadar kalium serum dan setiap penurunan fungsi ginjal. Studi urin tambahan untuk menilai fungsi ginjal juga mungkin diperlukan. Hal tersebut, dikarenakan hiperkalemia dapat disebabkan oleh spironolactone saja atau efek samping sinergis dari beberapa obat seperti beta-blocker, penghambat enzim pengubah angiotensin, dan penghambat reseptor angiotensin yang sering diresepkan oleh dokter kepada pasien untuk indikasi seperti hipertensi atau gagal jantung.[5]
Brand Merek Dagang |
Aldactone |
CaroSpir |
Spironolactone |
1. Anonim. Spironolactone. Webmd; 2020.
2. Sanjai Sinha, MD. Spironolactone. Drugs; 2020.
3. Anonim. Spironolactone. Mims; 2020.
4. Anonim. Spironolactone. Drugbank; 2020.
5. Saikrishna Patibandla; Joseph Heaton; Htoo Kyaw. Spironolactone. National Center for Biotechnology Information; 2020.