Daftar isi
Fungsi Uji Penyerapan D-xylose
Uji penyerapan d-xylose merupakan sebuah uji yang mengukur kadar gula d-xylose dalam sampel darah dan urin. D-xylose merupakan gula sederhana yang ditemukan pada makanan nabati.
Biasanya usus dapat dengan mudah menyerap d-xylose dengan nutrisi lainnya. Kadar d-xylose yang rendah menunjukkan tubuh tidak menyerap d-xylose dengan baik.[1,2]
Uji penyerapan d-xylose berfungsi untuk membantu mendiagnosis masalah yang membuat usus kecil sulit menyerap nutrisi dalam makanan.[1]
Dokter akan merekomendasikan prosedur ini pada pasien yang memiliki kondisi medis seperti:[1,3]
- Mengidap sindrom malabsorpsi yang ditandai dengan diare kronis, penurunan berat badan, dan merasa lunglai
- Menunjukkan tanda-tanda malnutrisi
- Asupan makan tetap terjaga namun berat badan tak kunjung naik
Persiapan Uji Penyerapan D-xylose
Terdapat beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh pasien sebelum menjalani prosedur uji penyerapan d-xylose, seperti:[1,2]
- Selama 24 jam sebelum prosedur, pasien dilarang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula pentosa, misalnya kue kering, jeli, selai, dan buah-buahan.
- Dokter mungkin menyarankan pasien untuk berhenti minum obat-obatan seperti indometasin dan aspirin sebelum tes karena dapat memengaruhi hasil.
- Pasien tidak diperbolehkan makan atau minum apapun kecuali air selama 8 sampai 12 jam sebelum menjalani prosedur. Sementara, anak-anak di bawah 9 tahun tidak boleh makan atau minum apapun kecuali air selama 4 jam sebelum prosedur.
- Uji penyerapan d-xylose dapat memakan waktu yang lama. Pasien bisa membawa sesuatu untuk mengalihkan rasa bosan, seperti buku misalnya.
Prosedur Uji Penyerapan D-xylose
Uji ini membutuhkan sampel darah dan urin. Tim medis akan meminta pasien untuk minum 8 ons (236,59 mili liter) air yang mengandung 25 gram gula D-xylose.[2]
Dua jam kemudian, tim medis akan mengambil sampel darah. Pasien perlu memberikan sampel darah lagi setelah tiga jam. Setelah delapan jam, Pasien harus memberikan sampel urin.
Tim medis juga akan mengukur jumlah urin yang pasien hasilkan selama lima jam.[2]
Prosedur Pengambilan Sampel Darah[2]
- Darah akan diambil dari pembuluh darah di lengan bawah atau punggung tangan pasien
- Dokter akan membersihkan area yang akan disuntik dengan cairan antiseptik
- Selanjutnya, sebuah pita elastis (tourniquet) dipasang di lengan atas pasien untuk memudahkan dokter menemukan pembuluh darah
- Kemudian dokter akan memasukkan jarum ke dalam vena dan mengumpulkan sampel darah ke dalam tabung yang terpasang pada jarum
- Setelah sampel yang didapatkan dirasa cukup, pita elastis (tourniquet) dilepas dan luka bekas suntikkan ditutup dengan kain kasa
Prosedur Pengambilan Sampel Urin[2]
- Dokter akan meminta pasien untuk mengumpulkan urin pada buang air kecil yang kedua pada hari tersebut
- Pasien juga perlu mencatat waktu buang air kecil yang kedua sehingga dokter tahu kapan pasien mulai buang air kecil selama lima jam
- Kemudian pasien diharuskan untuk menampung urin selama lima jam kedepan dalam sebuah wadah yang telah disterilkan oleh tim medis
- Berhati-hatilah agar tidak menyentuh bagian dalam wadah dengan jari
- Hindari kontaminasi sampel dari rambut kemaluan, tinja, darah menstruasi, atau kertas toilet karena dapat memengaruhi hasil uji
Pasien dilarang untuk makan sampai rangkaian prosedur selesai.[1]
Risiko Uji Penyerapan D-xylose
Uji penyerapan d-xylose termasuk prosedur yang relatif aman. Namun, seperti tindakan medis lainnya, uji penyerapan d-xylose juga memilik risiko yang mungkin terjadi pada pasien
Risiko dari pengambilan sampel darah, meliputi:[1,4]
- Pingsan atau pusing
- Membutuhkan beberapa tusukan untuk menemukan vena
- Hematoma (penumpukan darah di bawah kulit)
- Pendarahan yang berlebihan
- Infeksi
- Flebitis, vena yang membengkak setelah proses pengambilan darah
Risiko dari pengambilan sampel urin, meliputi:[1]
- Dehidrasi
- Diare dan muntah setelah meminum cairan d-xylose
Hasil Uji Penyerapan D-xylose
Normal
Hasil dinyatakan normal apabila ditemukan d-xylose dalam darah dan urin. Hal ini berarti usus bekerja dengan baik dalam menyerap nutrisi. Biasanya digambarkan dengan tanda positif.[3]
Abnormal
Hasil yang abnormal digambarkan dengan tanda negatif. Ini berarti usus tidak mampu menyerap nutrisi dengan optimal. Pasien yang mendapatkan hasil abnormal, dapat memiliki kemungkinan mengidap penyakit seperti:[2,4]
- Sindrom usus pendek, kelainan yang terjadi pada seseorang yang memiliki usus halus lebih pendek daripada umumnya
- Infeksi oleh parasit seperti cacing tambang atau giardia
- Radang selaput usus
- Keracunan makanan atau flu
- Pertumbuhan bakteri yang berlebihan di usus halus
- Penyakit seliak, kondisi autoimun yang merusak lapisan usus kecil. Kerusakan ini berasal dari reaksi mengonsumsi gluten[5]
- Penyakit Crohn, kondisi dimana bagian dari saluran pencernaan mengalami peradangan[6]
- Obstruksi limfatik, penyumbatan pembuluh getah bening yang mengalirkan cairan dari jaringan ke seluruh tubuh[7]
- Radiasi enteritis adalah kerusakan selaput usus (usus besar) yang disebabkan oleh terapi radiasi, yaitu salah satu jenis pengobatan kanker[8]
- Gastroenteritis virus, infeksi pada perut dan usus akibat virus. Infeksi ini dapat menyebabkan diare dan muntah[9]
- Penyakit Whipple, kondisi langka yang menyerang usus kecil. Penyakit ini mencegah usus kecil menyerap nutrisi masuk ke seluruh tubuh. Biasa disebut dengan malabsorpsi[10]