Vaksin yang berkembang dari virus adalah vaksin virus yang mengandung virus tidak aktif atau virus yang dilemahkan. Salah satu contoh vaksin virus yaitu vaksin MMR (mumps, campak dan rubella). Vaksin virus nonaktif atau dimatikan mengandung virus dimana ketidakmampuannya untuk berkembang sehingga menyebabkan penyakit[1].
Daftar isi
Fungsi Vaksin Virus
Vaksin virus tidak aktif atau dilemahkan tidak menyebabkan penyakit karena tidak memiliki kemampuan untuk berkembang sehingga lebih banyak mengandung antigen daripada vaksin hidup. Vaksin yang dilemahkan atau vaksin hidup memiliki kandungan virus yang hidup bersifat patogen tetatpi dapat memicu respon imun[2].
Berikut ini fungsi dan kegunaan dari vaksin virus[3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21].
- Untuk pencegahan herpes zoster (herpes zoster) pada orang dewasa yang imunokompeten berusia 50 tahun ke atas.
- Untuk imunisasi aktif untuk pencegahan varicella pada individu berusia 12 bulan ke atas.
- Untuk pencegahan gastroenteritis rotavirus yang disebabkan oleh tipe G1, G3, G4, dan G9 pada bayi usia 6-24 minggu.
- Digunakan untuk mencegah Rubella.
- Digunakan dalam profilaksis penyakit virus Ebola yang disebabkan oleh spesies ebolavirus Zaire.
- Untuk imunisasi aktif terhadap penyakit cacar
- Digunakan pada anak-anak dan orang dewasa usia 9 sampai 45 tahun untuk mencegah kutil kelamin atau kanker yang disebabkan oleh tipe HPV tertentu.
- Digunakan untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus influenza
- Digunakan untuk membantu mencegah penyakit ini pada orang dewasa.
- Digunakan untuk membantu mencegah demam kuning pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia minimal 9 bulan.
- Digunakan untuk membantu mencegah penyakit virus varicella pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia minimal 12 bulan.
- Digunakan untuk membantu mencegah penyakit hepatitis A pada anak-anak.
- Digunakan untuk membantu mencegah penyakit vaksin rotavirus oral pada anak-anak.
- Digunakan untuk melindungi orang yang telah digigit hewan (pasca pajanan) atau sebaliknya mungkin terpajan virus rabies (pra pajanan).
- Digunakan untuk mencegah infeksi oleh virus gondongan
- Digunakan untuk mencegah infeksi oleh virus rubella
- Membantu mencegah infeksi SARS-CoV-2.
- Digunakan untuk membantu mencegah penyakit Japanese ensefalitis SA14-14-2 pada orang dewasa dan remaja yang berusia minimal 17 tahun.
- Digunakan untuk membantu mencegah penyakit polio pada anak-anak dan orang dewasa.
Penyakit yang Diatasi dengan Vaksin Virus
Berikut ini beberapa penyakit dengan kondisi medis yang terkait dengan vaksin virus, yaitu[2] :
- Profilaksis Adenovirus
- Flu burung
- COVID-19
- Gastroenteritis
- Profilaksis Hepatitis A.
- Pencegahan Hepatitis B.
- Herpes Zoster, Profilaksis
- Profilaksis Human Papillomavirus
- Profilaksis Infeksi
- Profilaksis Influenza
- Profilaksis Virus Ensefalitis Jepang
- Profilaksis Campak
- Profilaksis Gondongan
- Profilaksis Poliomielitis
- Profilaksis Rabies
- Profilaksis Rubella
- Profilaksis Cacar
- Flu babi
- Varicella-Zoster, Profilaksis
- Profilaksis Demam Kuning
Cara Kerja Vaksin Virus
Vaksin virus bekerja dengan memaparkan jumlah kecil virus yang tidak aktif yang menyebabkan tubuh menjadi kebal terhadap penyakit. Vaksin virus tidk mengobati infeksi aktif yang telah berkembang di dalam tubuh[4]. Vaksin virus juga bekerja dengan mengekspos sejumlah kecil virus untuk anak-anak[12].
Vaksin virus seperti vaksin moderna COVID-19 adalah vaksin yang memiliki kandungan RNA kurir yang modifikasi oleh nukleosida sintettis (nRNA) di dalam nanopartikel lipid (LNP). Glikoprotein adalah protein yang memiliki peranan sangat penting pada fusi, perlekatan, dan masuknya virus dalam sel inang. Setelah dilakukannya vaksinasi, sel pada manusia menjadi antigen SARS-CoV-2 S yang mengarah pada perlindungan terhadap SARS-CoV-2.[8].
Vaksin lain seperti vaksin rabies yang digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak yang diakibatkan gigitan anjing rabies. Vaksin ini tidak dapat mengobati infeksi aktif yang sudah berkembang di dalam tubuh[14]. Vaksin ini bekerja dengan cara memaparkan dalam dosis kecil virus yang dapat menyebabkan tubuh untuk menjadi kebal terhadap penyakit[15,19].
Contoh Obat Vaksin Virus
Vaksin Virus tersedia dalam bentuk injeksi, larutan yang hanya bisa didapat dari resep dokter. Berikut ini beberapa contoh obat vaksin virus[2].
- Vaksin zoster, dinonaktifkan
- Vaksin human papillomavirus
- Vaksin virus influenza, dinonaktifkan
- Vaksin virus influenza, hidup, trivalen
- Vaksin sars- cov-2 (covid-19) mrna-1273
- Vaksin zoster hidup
- Vaksin demam kuning
- Vaksin virus influenza, hidup, trivalen
- Vaksin dewasa hepatitis b
- Vaksin virus varicella
- Hepatitis vaksin pediatrik
- Hepatitis vaksin dewasa
- Vaksin rotavirus
- Vaksin pediatrik hepatitis b
- Vaksin rabies, sel embrio ayam yang dimurnikan
- Vaksin virus gondok
- Vaksin virus rubella
- Sars-cov-2 (covid-19) ad26 vaksin, rekombinan
- Japanese enceph vaksin sa14-14-2, dinonaktifkan
- Vaksin virus polio, dinonaktifkan
- Vaksin rabies, sel diploid manusia
- Hepatitis vaksin pediatrik
- Hepatitis vaksin dewasa
- Vaksin cacar
- Vaksin virus influenza, h5n1
- Vaksin virus campak
Efek Samping Vaksin Virus
Setiap obat memilii efek samping dalam penggunaanya dari yang ringan hingga serius. Penggunaan dosis sesuai dengan anjuran akan mengurangi efek samping. Berikut ini beberapa efek samping umum yang sering terjadi[4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21].
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Merasa lelah
- Sakit perut
- Mual
- Muntah
- Diare
- Demam, menggigil
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan diberikan.
- Rewel ringan atau tangisan
- Kemerahan, memar, nyeri, bengkak, atau benjolan di mana vaksin disuntikkan;
- Perasaan lelah
- Nyeri sendi atau otot.
- Panas dingin
- Pilek atau hidung tersumbat
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Kehilangan selera makan
- Merasa lelah atau mudah tersinggung.
- Kelenjar bengkak
- Ruam kulit ringan yang tampak seperti cacar air (dapat terjadi hingga 1 bulan setelah vaksinasi).
Jika anda mengalami reaksi alergi saat menerima suntikan pertama, tidak dianjurkan untuk menerima suntikan berikutnya karena dapat mengancam jiwa. Mengetahui efek samping yang terjadi setelah menerika vaksin ini sangatlah penting[4].
Terinfeksi herpes zoster jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan menerima vaksin sebagai perlindungan. Jenis obat apapun dapat menyebabkan efek samping yang dengan resiko efek samping yang tidak serius[4]. Sedangkan untuk vaksin virus influenza yang tersedia dalam bentuk suntik bisa melawan virus masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh dapat terhindari dari serangan virus flu[5].
Dua jenis vaksin dengan kekebalan aktif adalah dengan kandungan virus dimatikan yang mengandung virus hidup telah dilemahkan. Vaksin dengan protein virus dimurnikan disebut dengan vaksin subunit seperti vaksib hepatitis B[22]. Reaksi alergi terjadi dalam 30 menit setelah menerima vaksin[8].