Gumoh dan muntah adalah dua kondisi wajar yang kerap terjadi pada bayi [1,2,4,6].
Namun meskipun kerap dianggap sama oleh beberapa orang, gumoh dan muntah pada dasarnya adalah dua hal berbeda [1,2,3,4,5,6,7].
Para orang tua perlu mengetahui perbedaan antara gumoh dan muntah pada bayi supaya bisa menanganinya secara tepat.
Gumoh sendiri sebenarnya adalah kondisi biasa yang tak berbahaya bagi kesehatan si kecil, sedangkan muntah berpotensi menandakan adanya penyakit tertentu [1,2,4,6].
Berikut ini adalah sejumlah perbedaan yang perlu diketahui, mulai dari pengertian, penyebab, pencegahan, dan lainnya.
1. Pengertian
- Gumoh
Gumoh adalah kondisi wajar yang terjadi pada bayi terutama yang masih berusia beberapa minggu hingga 1 tahun terutama sehabis menyusu [1,2,4,6].
Gumoh sendiri merupakan kondisi saat bayi mengeluarkan susu yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya dari mulut [1,2,4,6].
Sebagian susu akan bayi keluarkan lagi karena kemungkinan susu yang diasup terlalu banyak sedangkan lambung bayi masih dalam perkembangan [1,2,4,6].
Ukuran lambung bayi masih terlalu kecil, apalagi jika usia bayi masih beberapa minggu sehingga tak banyak susu yang bisa ditampung oleh perutnya [2,6].
Volume susu seringkali juga diberikan sedikit berlebihan sementara katup lambung si kecil belum memiliki proses menutup yang baik dan erat [2,6].
Hal ini menjadi alasan lain mengapa susu dapat keluar lagi dari mulut bayi [2,6].
Selain itu, bayi dapat mengalami gumoh ketika menelan banyak udara saat menyusu maka bayi bisa mengeluarkan ASI yang sudah diminum saat bersendawa [2,6].
Gumoh juga dapat dipicu oleh menyusu yang terlalu cepat atau menelan udara ketika menangis saat menyusu [2,6].
Susu yang keluar dari mulut bayi saat gumoh bisa berbeda-beda volumenya pada setiap kasus dan biasanya gumoh tidak disertai gejala lain [2,6].
Umumnya, bayi akan gumoh setidaknya 3 menit setelah menyusu dan hal ini tidak akan mengganggu pernafasan si kecil [2,6].
- Muntah
Pada kondisi bayi muntah, muntah bisa terjadi kapan saja, baik setelah bayi makan atau menyusu maupun saat belum makan [1,2,3,5,7].
Muntah pada bayi biasanya cairan yang dikeluarkan dari mulut bisa lebih dari 10 ml.
Muntah berbeda dari gumoh karena muntah adalah kondisi saat otot dinding bayi mengalami kontraksi sehingga cairan yang keluar dengan cara disemburkan [2,6].
Tak hanya dari mulut, seringkali cairan yang tersembur saat muntah pun berisiko keluar melalui hidung [2].
Berbeda dari gumoh yang merupakan gejala tak berbahaya, muntah bisa menjadi tanda bayi sedang mengalami gangguan pencernaan atau gangguan kesehatan lain [1,2,3,5,7].
2. Penyebab
Bayi gumoh disebabkan oleh kembalinya cairan susu yang sudah masuk ke perut ke kerongkongan [1,2,4,6].
Ketika masih bayi, lambung masih berkembang dan ukurannya masih kecil, ditambah dengan katup lambung yang belum bisa menutup sempurna [1,2,4,6].
Susu yang masuk dan sudah sampai ke perut seharusnya tidak kembali ke kerongkongan karena katup lambung menutup dengan baik [1,2,4,6].
Karena masih belum sempurna menutup, maka cairan akan keluar kembali dan biasanya disertai dengan sendawa [6].
Setelah gumoh, bayi justru akan merasa lebih baik dan lebih nyaman [1,2,6].
Sementara itu, muntah pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal [1,3,5,7].
Beberapa kemungkinan bayi muntah tak hanya menandakan si kecil kebanyakan minum susu atau makan, tapi juga beberapa kondisi berikut [1,3,5,7] :
- Alergi susu atau alergi makanan
- Intoleransi laktosa
- Penyakit asam lambung
- Meningitis
- Penyakit usus buntu
- Infeksi saluran kemih
- Gastroenterosis atau flu perut atau muntaber
- Stenosis pilorus
- Gejala flu dan masuk angin
- Jika sedang berkendara, maka ada kemungkinan bayi mengalami mabuk kendaraan
Ada kemungkinan-kemungkinan kondisi lain yang mampu mendasari muntah pada bayi yang para orang tua perlu waspadai.
Kenali gejala-gejala yang menyertai muntahnya si kecil dan jika mengkhawatirkan, segera periksakan anak ke dokter supaya lebih cepat ditangani.
3. Gejala
Pada bayi yang gumoh, berikut ini adalah beberapa gejala atau tanda yang orang tua perlu perhatikan [1,2,4,6] :
- Gumoh umumnya terjadi pada usia bayi 3 bulan pertama hingga 1 tahun.
- Gumoh tidak disertai gejala lain dan bayi pun memiliki kesehatan tubuh yang baik.
- Berat badan bayi tetap bertambah normal.
- Tetap bisa makan seperti biasa.
- Cairan susu keluar dengan sendirinya disertai sendawa.
Pada bayi muntah, berikut ini adalah beberapa gejala atau tanda yang orang tua perlu waspadai [1,3,5,7] :
- Cairan susu yang keluar dari mulut seperti dipaksakan.
- Terlihat tidak nyaman dan tampak sakit.
- Berat badan turun
- Mudah rewel.
Jika gumoh tergolong sebagai kondisi aman, muntah bisa jadi tanda bahwa si kecil mengidap penyakit berbahaya.
Segera periksakan anak ke dokter untuk mengetahui kondisi yang mendasari muntahnya.
4. Cara Mengatasi
Untuk mengatasi gumoh pada bayi, beberapa hal ini perlu orang tua perhatikan [1,2,4,6] :
- Gendong anak sampai ia sendawa.
- Hindari memberi si kecil susu atau makanan yang terlalu banyak.
- Setiap sehabis minum susu, pastikan untuk tidak mengajak bermain si kecil atau bahkan melempar-lemparnya; bayi harus dalam kondisi tenang selama kurang lebih 20-30 menit.
- Gendong bayi setidaknya 30 menit dengan posisi tubuh tegak lurus.
- Setelahnya hindari membiarkan bayi tidur tengkurap.
Apabila gumoh disertai sulit makan, batuk, sesak nafas, terlihat lelah, berat badan bayi sulit naik atau justru menurun, ditambah buang air kecil lebih jarang, sudah saatnya berkonsultasi dengan dokter.
Pada kasus bayi muntah, sangat dianjurkan bagi orang tua untuk segera membawa si kecil ke dokter [1,3,5,7].
Sebab penanganan muntah bisa dilakukan apabila kondisi yang mendasarinya berhasil terdeteksi.
Oleh sebab itu, penting untuk segera memeriksakan si kecil supaya penanganan yang diberikan bisa sesuai dengan penyakit yang menyebabkannya.
Setelah mengenali perbedaan gumoh dan muntah pada bayi, diharapkan para orang tua dapat lebih waspada, khususnya jika bayi mengalami muntah untuk segera membawanya ke dokter.