Bolehkah Penderita Stroke Makan Telur ?

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Widodo Saputra
Penderita stroke umumnya aman mengkonsumsi putih telur, namun untuk kuning telur harus di batasi konsumsinya. Beberapa penelitian memang kontraproduktif, ada yang positif dan ada yang negatif. Namun secara... umum, batasi konsumsi kuning telur dan mengganti dengan asupan lain, adalah pilihan terbaik. Read more

Apa Itu Stroke dan Penyebabnya

Stroke merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sakit kepala parah yang terjadi secara tiba tiba hingga dapat menimbulkan kesulitan bicara, kesulitan berjalan bahkan kelumpuhan [1].

Umumnya gejala stroke terjadi hanya pada satu sisi tubuh, seperti tidak dapat menggerakkan tangan kanan saja, atau hanya dapat menggerakkan kaki kanan saja [1].

Dan stroke pun diketahui memiliki perbedaan stroke sebelah kanan dan kiri.

Stroke ini umumnya disebabkan oleh adanya gumpalan darah yang menghalangi pembuluh darah di otak yang sejak awal terbentuk di otak atau terbentuk dibagian tubuh lain dan terbawa oleh pembuluh darah hingga ke otak [1].

Stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah umumnya disebut sebagai stroke iskemik [1].

Stroke juga dapat ditimbulkan oleh pendarahan di otak, namun ini umumnya sangat jarang terjadi [1].

Apakah Boleh Penderita Stroke Konsumsi Telur ?

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi telur dengan risiko penyakit stroke, namun hasilnya masih bervariasi [2].

Beberapa penelitian menemukan bahwa konsumsi telur dapat meningkatkan risiko penyakit stroke [2].

Namun beberapa penelitian lainnya menemukan sebaliknya, bahwa konsumsi telur tidak berhubungan dengan risiko stroke bahkan ada juga yang menemukan dapat mengurangi risiko stroke [2, 3].

Jika dilihat per kasusnya, konsumsi telur ditemukan dapat meningkatkan risiko penyakit kolesterol pada penderita diabetes namun tidak bisa digeneralisasikan pada semua individu [2, 4].

Mengingat, kolesterol makanan memang mempengaruhi konsentrasi plasma serum kolesterol namun efeknya relatif kecil [2].

Dan kadar kolesterol darah tidak hanya dipengaruhi oleh kolesterol makanan saja, melainkan juga dipengaruhi beberapa faktor lain seperti kandungan lemak jenuh, pola makanan serta gaya hidup lainnya (aktivitas fisik atau merokok) [2].

Jadi, telur memang diketahui sebagai salah satu makanan yang tinggi kadar kolesterol, namun tidak berarti dengan konsumsi telur akan secara otomatis menimbulkan peningkatan risiko penyakit stroke tanpa mempertimbangkan faktor lain [2].

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penderita stroke dapat mengonsumsi telur selama jumlahnya tidak melebihi batas konsumsi kolesterol yang dibutuhkan tubuh.

Stroke sendiri merupakan salah satu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada pembuluh darah, sehingga termasuk dalam golongan penyakit kardiovaskular (gangguan jantung dan pembuluh darah).

Boleh dan tidaknya konsumsi telur pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskular hingga kini juga masih bervariasi [5].

Untuk hal ini, beberapa asosiasi kesehatan di Jerman dan Amerika, baik itu Germant Heart Association maupun American Heart Association (AHA) termasuk dalam golongan yang merekomendasikan untuk membatasi konsumsi telur dan makanan yang mengandung kolesterol [5].

Namun, pada tahun 2014 AHA mulai memperbolehkan konsumsi telur bagi penderita penyakit kardiovaskular [5].

Hal ini sebagaimana juga dijelaskan oleh British Heart Foundation yang menyatakan bahwa telur dapat menjadi bagian dari diet seimbang, meskipun memiliki kandungan kolesterol yang tinggi [5].

Lebih lanjut dijelaskan juga oleh Yayasan Jantung Nasional Australia bahwa kadar kolesterol dalam darah lebih banyak dipengaruhi oleh lemak trans dan lemak jenuh dari pada kolesterol dalam makanan seperti telur [5].

The Danish Heart Association menambahkan bahwa telur tidak hanya mengandung kolesterol saja melainkan juga mengandung protein dan vitamin yang baik bagi penderita kardiovaskular dan dapat menjaga tubuh agar tetap sehat [5].

Selain itu, mematuhi rekomendasi diet umum diketahui lebih memberikan efek yang positif pada penderita penyakit kardiovaskular seperti stroke dibanding hanya sekedar mengurangi konsumsi telur [2].

Mengingat, konsumsi kolesterol makanan (sebagaimana terkandung dalam telur) dengan pembatasan karbohidrat dapat meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol yang baik untuk penyakit kardiovaskular [2].

Berapa Konsumsi Telur yang Dianjurkan?

The Danish Heart Association juga menjelaskan bahwa konsumsi telur khususnya bagian kuning telur perlu diwaspadai bagi penderita kardivaskular seperti stroke [5].

Mengingat kandungan kolesterol yang tinggi dalam telur terdapat pada bagian kuning telurnya, di mana satu kuning telur mengandung sekitar 237 mg kolesterol dan 250 mg fosfatidilkolin [5].

Oleh karena itu, konsumsi kuning telur ini perlu untuk diketahui jumlah yang dianjurkan agar tidak berlebihan [5].

Adapun rekomendasi menurut Australian Heart Foundation dan New Zealand Heart Foundation, konsumsi telur bagi penderita penyakit kardiovaskular seperti stroke yaitu diperbolehkan maksimal 6 butir telur dalam satu minggu [5].

Namun, ada juga yang menganjurkan untuk mengonsumsi bagian putih telurnya saja karena dinilai sebagai sumber protein yang baik [4].

Putih telur dapat juga menjadi solusi untuk yang tidak bisa mengonsumsi kolesterol karena tidak mengandung kolesterol [6].

Apa Dampak Jika Konsumsi Telur Berlebihan ?

Kandungan kolesterol makan dan lemak yang tinggi pada telur, diketahui terdapat pada bagian kuning telur [5].

Untuk itu, bagi penderita penyakit kardiovaskular seperti stroke perlu dipatuhi batasan dari konsumsi telur itu sendiri .

Mengingat, meskipun efeknya relatif kecil, kandungan kolesterol makanan jika dikonsumsi secara berlebihan masih memungkinkan untuk menimbulkan peningkatan pada serum kolesterol [5].

Tidak hanya itu, instansi kesehatan juga menekankan bahwa konsumsi telur bagi penderita penyakit kardiovaskular tidak boleh melebihi batas jumlah yang dianjurkan dan harus diikuti dengan diet yang bijaksana dan perawatan medis yang tepat [5].

Hal ini benar benar perlu ditekankan, mengingat hingga kini respon masing masing individu terhadap kolesterol masih bervariasi dan belum bisa digenerasilasi [2].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment