Cegukan Pada Penderita Stroke

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Cegukan atau disebut dengan singultus dalam dunia medis adalah kondisi yang terjadi disebabkan oleh kontraksi tidak sengaja pada diafragma dan otot interkostal. Diafragma adalah otot rangka tipis yang memisahkan perut dan dada, sedangkan otot interkostal adalah otot yang berada di antara tulang rusuk.

Maka dari itu, cegukan juga berkaitan dengan proses pernapasan. Kontraksi yang terjadi pada diafragma dan otot interkostal tersebut disertai dengan tidak terkendalinya proses pernapasan dan penutupan saluran pernapasan oleh epiglotis secara cepat sehingga menghasilkan bunyi hik.

Cegukan terjadi diawali dengan tiba-tiba dan diakhiri dengan penutupan glotis yang juga secara mendadak. Cegukan juga dapat dikategorikan menjadi tiga kategori tergantung dari durasi lamanya cegukan berlangsung, yaitu cegukan akut, cegukan persisten, dan cegukan keras.

Cegukan akut terjadi dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam, cegukan persisten terjadi dalam waktu lebih dari 48 jam, dan cegukan keras berlangsung selama lebih dari satu bulan. Sementara menurut kategori tersebut, penderita stroke biasanya mengalami cegukan persisten yang berlangsung lebih dari dua hari[1].

Penyebab Cegukan Pada Penderita Stroke

Penderita stroke dapat mengalami cegukan persisten disebabkan oleh beberapa sebab. Cegukan bisa disebabkan karena infark supratentorial termasuk korteks insular, lobus temporal, dan subkorteks.

Penyebab utama dari cegukan adalah sistem saraf pusat yang melibatkan batang otak, termasuk juga medula oblongata. Namun pada beberapa penderita stroke iskemik, cegukan disebabkan oleh infark supratentorial.

Cegukan tidak hanya disebabkan oleh infark kortikal, korteks insular, dan lobus temporal melainkan juga disebabkan oleh infark subkortikal supratentorial. Terlebih lagi bagian kanan rentan mengalami kerusakan pada bagian tersebut[2].

Cegukan Pada Penderita Stroke Berbahaya atau Tidak?

Cegukan pada umumnya tidaklah berbahaya karena dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu yang relatif singkat. Namun, berbeda halnya dengan cegukan yang terjadi pada penderita stroke.

Penderita stroke yang mengalami cegukan persisten tidak dapat hilang dalam waktu yang singkat dan sulit diatasi sehingga dapat berpengaruh besar pada kualitas hidup orang tersebut. Selain itu, cegukan yang dialami penderita stroke juga dapat menghambat rehabilitasi stroke.

Oleh karena itu, cegukan persisten pada penderita stroke dapat berbahaya apabila tidak segera ditangani dengan cara yang tepat[3]

Cara Menangani Cegukan Pada Penderita Stroke

Mengingat bahaya dari cegukan persisten, cegukan pada penderita stroke tersebut bukanlah suatu kondisi yang tidak dapat diatasi. Cegukan yang dialami oleh penderita stroke dapat diatasi dengan beberapa obat-obatan berikut ini:

Baclofen adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengatasi ketegangan dan kekakuan yang terjadi pada otot. Baclofen juga digunakan untuk mengatasi hati alkoholik, neuralgia trigeminal, refluks gastroesophageal, dan cegukan.

Penggunaan obat ini untuk mengatasi cegukan harus dengan resep dokter. Dokter akan memberikan obat dalam dosis 10 mg dalam 3 kali sehari.

Baclofen umumnya aman digunakan untuk mengobati cegukan pada penderita stroke karena obat ini tidak menimbulkan efek samping signifikan ketika digunakan, tetapi pada beberapa pasien ada yang mengalami efek samping berupa kantuk dan pusing dengan kondisi ringan[1].

Gabapentin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada pengidap epilepsi. Selain digunakan untuk mengatasi kejang, obat ini juga digunakan oleh dokter untuk mengatasi cegukan, baik pada penderita stroke maupun tidak.

Obat ini bekerja dengan cara mengubah aktivitas listrik dan mengurangi aktivitas menggebu-gebu di dalam otak[1].

Chlorpromazine adalah obat yang termasuk dalam antipsikotik sehingga digunakan untuk mengatasi gejala psikosis atau gangguan mental. Selain digunakan untuk mengatasi psikosis, chlorpromazine juga dapat digunakan untuk mengatasi cegukan persisten.

Pemberian obat ini kepada penderita cegukan dengan dosis 25-50 mg sangatlah manjur, terutama pada orang-orang yang mengalami cegukan persisten. Namun, obat ini juga memiliki efek samping sedasi bagi yang mengonsumsinya.

Sedasi adalah penggunaan obat anestesi dengan tujuan untuk menurunkan tingkat kesadaran si pengguna, sehingga pasien akan merasa mengantuk. Efek samping inilah yang memiliki efek negatif dan menjadi penghambat bagi pasien dalam pemulihan stroke[1,3].

  • Haloperidol

Haloperidol adalah sejenis obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati penyakit skizofrenia. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati cegukan.

Namun, penggunaannya harus hati-hati terutama bagi mereka yang alergi pada obat ini atau bagi mereka yang mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi kerja sistem saraf pusat lainnya. Hal ini dikarenakan haloperidol dapat mengakibatkan efek samping yang berbahaya dan memperparah keadaan yang diderita.

Oleh karena itu, penggunaan obat ini untuk mengatasi cegukan pada penderita stroke harus dengan menggunakan resep dari dokter agar terhindar dari efek samping yang merugikan[1].

Metoclopramide adalah obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai masalah pencernaan seperti asam lambung, rasa panas di perut, serta mual dan muntah setelah operasi pada saluran pencernaan. Tidak hanya itu, obat ini juga digunakan dalam pengobatan cegukan bagi penderita stroke.

Perlu diingat bahwa penggunaan obat ini tidak boleh dalam jangka waktu lama karena dapat mengakibatkan efek samping yang membahayakan tubuh. Selain itu, penggunaan obat ini juga harus dengan memperhatikan resep dari dokter[1].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment