Kuaci biasanya berasal dari biji bunga matahari yang sudah melewati proses pengeringan dan pengasinan. Biji bunga matahari sendiri termasuk ke dalam genus yang dinamakan Helianthus annuus yang menjadi salah satu dari total 67 spesies genus Helianthis yang dibudidayakan di dunia. [1]
Biji bunga matahari inilah yang menjadi salah satu sumber protein nabati yang paling baik karena nutrisinya yang berlimpah. Setiap per 100 gram, biji bunga matahari mengandung protein sebanyak 20,78gr, total lemak 51,46gr, karbohidrat 20gr, serat 8,6gr, serta abu 3, 02gr. Terlebih, biji bunga matahari ini merupakan sumber kolin (55,1 mg) dan betaine (35,4 mg) yang amat baik bagi tubuh. [2]
Kandungan kuaci juga tersusun atas 20% protein yang ideal untuk memenuhi kebutuhan metabiologis manusia, diantaranya memproduksi insulin, antioksidan, dan meningkatkan perkembangan sel otot serta rangka. [3] Di samping itu, kuaci yang berbahan dasar biji bunga matahari ini termasuk olahan rendah karbohidrat yang tersusun dari globulin 11S (40%) dan albumin 2S tipe napin (60%), kaya akan glutamin, asparagin, arginin, sistein, asam amino, asam lemak tak jenuh ganda, tinggi protein, serat, antioksidan, mineral, serta vitamin E. [4][5]
Ragam kandungan yang terdapat pada biji bunga matahari yang diolah menjadi kuaci tentu memberikan berbagai manfaat bagi yang mengonsumsinya. Beberapa diantaranya ialah biji bunga matahari dapat mengurangi nyeri radang, mencegah dan mengontrol penyakit diabetes, kanker, hipertensi, dan penyakit jantung koroner serta dapat meningkatkan kesehatan jantung, sistem imun, dan daya energi. Selain itu, kuaci juga dapat menurunkan berat badan jika dikonsumsi terlalu banyak. Kuaci juga mampu berkontribusi dalam pertumbuhan rambut karena mengandung vitamin E. [6][7]
Hanya saja, dari sekian banyak manfaat yang ada, ternyata kuaci juga dapat menimbulkan efek samping jika dikonsumsi secara berlebihan, seperti:
Daftar isi
1. Kelebihan Asupan Lemak Jenuh
Biji bunga matahari sebagai sumber utama dalam kuaci memiliki lemak tak jenuh tunggal dan ganda yang sudah terbukti dapat menyehatkan jantung. Sayangnya, konsumsi kuaci secara berlebihan akan menyebabkan peningkatan kadar kolestrol lipoprotein densitas rendah atau Low Density Lipoprotein (LDL). [8]
Meskipun United States Department of Agriculture (USDA) tidak memberikan Batasan konsumsi kuaci, tetapi American Heart Association merekomendasikan kepada masyarakat untuk membatasi asupan lemak jenuhnya yang tidak melebihi 5-6% atau 11-13 gram dari asupan kalori harian mereka. [9]
3. Munculnya Penyakit Kardiovaskular
Ketika kita akan mengonsumsi kuaci, tentu saja sebelum itu kita akan terlebih dahulu menjilat dan membuka cangkangnya. Kegiatan tersebut sengaja ataupun tidak sengaja akan membuat kita menelan sejumlah sodium atau natrium yang terdapat pada cangkang kuaci bagian luar. Sebab, dalam proses pembuatan kuaci, biji bunga matahari melalui tahapan pengasinan.
Sesuai laporan yang dirilis oleh USDA National Nutrient Database, biji bunga matahari yang telah melewati tahapan pemanggangan dan pengasinan diperkirakan memiliki kandungan sodium sebanyak 174 mg untuk setiap 1 ons-nya. Disebutkan juga oleh USDA Food Composition Databases bahwa setiap 30gr kuaci terlapisi oleh sodium lebih dari 2.500 mg atau 108% dari total RDI untuk setiap ¼ cangkir.
Maka dari itu, American Heart Association memutuskan untuk memberi rekomendasi pada orang-orang untuk hanya mengonsumsi sodium kurang dari 1.500 saja per harinya. Hal tersebut diharapkan dapat mengantisipasi tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskular. [8]
2. Menaikkan Berat Badan
Beberapa orang mungkin menganggap bahwa mengonsumsi kuaci bukan sebuah masalah yang perlu dihadapi. Bisa jadi mereka berpikir jika kuaci adalah salah satu camilan yang sehat, terlebih bahan baku utamanya adalah biji-bijian. Bagaimanapun juga, mengonsumsi beberapa makanan dengan porsi berlebihan tentu bisa membatalkan manfaat pada tubuh mereka. [10]
Tidak memiliki batasan dalam memakan kuaci justru berpotensi dalam menghadirkan berbagai masalah, termasuk masalah pada bentuk tubuh. Dietary Guidelines (2015-2020) merekomendasikan bahwa asupan kalori seorang wanita dewasa setidaknya berkisar 1.600 hingga 2.400 per hari dan sebanyak 2.000 hingga 3.000 kalori per hari untuk pria dewasa. [10]
Kebutuhan kalori juga bergantung pada usia dan jenis aktivitas dari masing-masing orang per harinya. Jika dilihat dari jumlah kalori, 1 ons biji bunga matahari panggang memiliki kalori sebesar 175 kalori atau hampir 10% dari asupan harian sebanyak 2.000 kalori. Tentu jumlah kalorinya akan semakin bertambah jika tanpa sadar kita tidak mengontrol jumlah konsumsi kuaci, bukan? [10]
4. Mengganggu Fungsi Ginjal
Di antara banyaknya komposisi kandungan dalam kuaci, terdapat kandungan kadmium yang apabila disantap melebihi batasan porsi per harinya, apalagi dikonsumsi dalam jangka panjang, dapat membahayakan fungsi ginjal. Dilansir dari PubMed Central, bunga matahari cenderung membawa kadmium yang berasal dari tanah yang kemudian disimpan di dalam bijinya.[11]
Dari situlah asal muasal mengapabiji bunga matahari memiliki kandungan kadmium yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan camilan lainnya. Oleh sebab itu, WHO menyarankan batas mingguan untuk mengonsumsi kadmium bagi orang dewasa dengan kisaran berat 154 pon atau 70 kg sebesar 490 mikrogram.[12]
5. Masalah Kesehatan Lainnya
Selain empat efek samping yang sudah dijabarkan di atas, poin keempat ini sama berbahayanya untuk tubuh. Konsumsi kuaci dengan jumlah yang tidak terkontrol apalagi dimakan di waktu yang sama berpotensi menyebabkan asupan fosfor yang berlebih dalam tubuh.
Kelebihan asupan fosfor inilah yang nantinya akan membuat masalah serius terhadap jaringan nonskeletal dan lebih jauh lagi dapat mengakibatkan kerusakan pada fungsi ginjal. Selain asupan fosfor yang melebihi batasan, asupan selenium yang berlebihan juga bisa menimbulkan gejala selenosis, yakni rambut dan kuku yang terlihat rapuh, ruam pada kulit, ketidakstabilan emosional, hingga kematian. [8]
Jumlah takaran yang aman untuk dikonsumsi
Lebih lanjutnya, mengonsumsi kuaci yang tidak melalui proses pengeringan yang benar dapat menghadirkan bakteri di dalamnya. Pengeringan biji matahari yang dilakukan pada suhu yang tepat dapat mengurangi bakteri Salmonella. Selain itu, memakan kuaci dalam porsi banyak juga dapat menyebabkan penyumbatan pada tinja untuk semua usia karena sadar tidak sadar, mungkin ada beberapa konsumen yang memakan serpihan cangkang kuaci. Potongan cangkang kuaci yang keras itu tentunya sulit dicerna oleh tubuh sehingga bisa menimbulkan impaksi.[13]
Jumlah takaran yang aman untuk dikonsumsi adalah sebanyak 1 ons atau sekitar ¼ cangkir atau 4 sendok makan saja (satu hingga dua porsi seukuran ibu jari). Salah satu pakar diet, Alissa Rumsey, mengemukakan pendapatnya bahwa lemak tak jenuh tunggal dan ganda yang terdapat pada biji bunga matahari mampu memberikan banyak manfaat terhadap kesehatan tubuh, terutama bagi jantung dan risiko penyakit kardiovaskular. [13]
Adapula kandungan protein dan serat dengan total persentase sebesar 6 gram dan 2.5 gram untuk satu porsi kuaci. Lemak, serat, dan protein masing-masing mempunyai posisi penting dalam menghadirkan rasa kenyang. [13]