Efek Samping Terlalu Banyak Makan Daging Kambing

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Daging kambing merupakan salah satu makanan yang digemari masyarakat. Beberapa olahan daging kambing yang sering ditemui di antaranya sate kambing, gulai, tongseng kambing, oseng, sop, dan kambing guling. Daging kambing mengandung tinggi protein. Dalam satu ons daging kambing mengandung 23 gram protein, setara dengan setengah dari asupan protein yang direkomendasikan untuk orang dewasa[1].

Daging kambing juga tinggi kandungan vitamin dan mineral, seperti besi, vitamin B12, selenium, niasin, fosfor, dan seng[1]. Kandungan zat pada daging kambing digunakan sebagai nutrisi untuk fungsi vital tubuh, termasuk mendukung sistem imun, manajemen kolesterol, dan kesehatan tulang. Meski kandungan tersebut bermanfaat untuk tubuh, makan daging kambing secara berlebihan tentu akan berisiko terhadap kesehatan tubuh [1]. Beberapa efek samping terlalu banyak makan daging kambing, antara lain:

1. Bau mulut

Bau mulut bisa terjadi karena adanya proses pencernaan protein. Daging kambing merupakan salah satu makanan yang mengandung protein tinggi. Protein akan dipecah oleh mikroorganisme di mulut dan di usus. Ketidakseimbangan mikroba mulut dan usus dapat membuat penumpukan produk sampingan yang menyebabkan bau mulut[2].

Pada proses metabolism, asam amino sistein pada daging kambing akan dipecah menjadi produk sampingan hidrogen sulfida. Selain itu, produk sampingan metil merkaptan juga dipecah dari asam amino metionin dari  daging kambing. Proses metabolisme protein itulah yang membuat mulut berbau[3].

2. Kolesterol tinggi

Secara alami daging kambing banyak mengandung lemak tak jenuh atau lemak sehat. Lemak tak jenuh atau kolesterol HDL pada daging kambing dapat membantu menurunkan kadar LDL kolesterol dalam tubuh. Namun, kandungan lemak pada daging kambing dapat meningkat tergantung dari proses pengolahan. Daging lemak yang diolah dengan minyak goreng dan santan tentu akan dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kolesterol ini tidak hanya diperoleh dari daging, tetapi juga dari bahan lain dalam proses pemasakan [1].

3. Kenaikan berat badan

Lemak pada daging kambing mencapai 80% dari seluruh berat daring. Pada daging kambing, fosfolipid akan kandungan polyunsaturated fat (PUFA), sedangkan trigliserida banyak mengandung saturated fat (SFA) dan monounsaturated fat (MUFA)[4].

Lemak mengandung banyak kalori yang dapat berakumulasi di dalam tubuh. Penumpukan lemak yang tidak sebanding dengan aktivitas tubuh akan memicu terjadinya kenaikan berat badan atau kegemukan. Jika penumpukan lemak berlangsung lama tanpa diiringi aktivitas fisik dapat berisiko terjadinya obesitas [4].

4. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi erat berkaitan dengan kolesterol tinggi. Makan olahan daging kambing yang berlebihan dapat memicu peningkatan kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi tampaknya memicu peradangan dan pelepasan hormon tertentu yang menyebabkan pembuluh darah mengencang atau menyempit sehingga meningkatkan tekanan darah. Kondisi ini biasanya disebut sebagai disfungsi endotel. Selain itu, tekanan darah tinggi juga berkaitan dengan penyakit jantung [5].

5. Pusing atau sakit kepala

Pusing seringkali dikaitkan dengan kondisi tekanan darah tinggi. Makan daging kambing berlebihan berisiko terhadap terjadinya hipertensi. Pusing atau sakit kepala merupakan salah satu gejala yang dialami penderita hipertensi. Pusing setelah makan daging kambing erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah.   

6. Merasa lelah dan lemah

Makan daging kambing secara berlebihan dapat memberikan efek merasa lelah dan lemah. Mengantuk dan merasa kekurangan energi juga menjadi salah satu gejala yang dialami setelah makan daging kambing berlebihan. Kondisi tersebut berkaitan dengan peningkatan tekanan darah akibat makan daging kambing secara berlebihan [6].

7. Aterosklerosis

Kolesterol tinggi dalam darah dapat menumpuk pada dinding arteri. Penumpukan kolesterol lama-kelamaan akan membentuk plak. Plak memicu terjadinya penyempitan dan pengerasan pada pembuluh darah arteri. Selain itu, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan terhalangnya pembuluh darah. Jika semakin parah, gumpalan plak dapat pecah menjadi plak lebih kecil. Plak-plak tersebut kemudian dapat mengalir pada pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebabkan penyumbatan sebagian atau total [5].

8. Serangan jantung

Makan olahan daging secara berlebihan dan terus-menerus berkaitan dengan risiko penyakit jantung. Penumpukan plak pada arteri akan membuat arteri menyempit dan aliran ke otot jantung melambat atau tersumbat. Darah membawa oksigen ke jantung, apabila darah tidak cukup maka suplai oksigen pada jantung juga berkurang. Kondisi ini kemungkinan akan menimbulkan nyeri dada atau angina. Jika suplai darah pada jantung benar-benar terputus oleh penyumbatan, maka bisa terjadi serangan jantung [7].

9. Penyakit kardiovaskular

Mengonsumsi daging kambing dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Kandungan kolesterol pada daging kambing erat kaitannya dengan proses terjadinya penyakit kardiovaskular. Kolesterol yang menumpuk di dalam tubuh akan mempengaruhi metabolisme tubuh serta aliran darah. Apabila dibiarkan, kolesterol tinggi dalam tubuh akan berisiko menyebabkan terjadinya serangan jantung, penyakit jantung iskemik, angina, dan stoke.

10. Kanker

Asupan daging merah seperti daging kambing sering dikaitkan dengan risiko kanker kolorektal. Studi epidemiologi menyimpulkan bahwa risiko pemakan daging 20 – 50% lebih tinggi terkena kanker kolorektal dibanding dengan yang tidak makan. Sebuah hipotesis menyebutkan bahwa asupan olahan daging kambing lebh tinggi dibanding daging kambing segar[8].

Daging kambing berpotensi menjadi faktor risiko kanker diduga melalui beberapa mekanisme. Pertama, asupan daging tinggi lemak dapat meningkatkan karsinogenesis melalui resistensi insulin atau asam empedu tinja. Daging yang dimasak dengan suhu tinggi dapat membentuk amina heterosiklik karsinogenik dan hidrokarbon aromatik polisiklik[9].

Senyawa N-nitroso karsinogenik secara endogen terbentuk dalam daging. Kondisi tersebut diduga berasal dari kandungan heme iron dalam daging merah yang mampu meningkatkan karsinogenesis. Zat karsinogenik akan meningkatkan proliferasi sel di mukosa, melalui lipoperoksidasi dan/atau sitotoksisitas air tinja[9].

Cara mengurangi resiko efek samping makan daging kambing

Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko efek samping tersebut adalah dengan pengurangan konsumsi daging kambing untuk menghindari efek tersebut. Sebaiknya konsumsi daging kambing tidak lebih dari 70 g per hari. Selain itu, hindari penggunaan santan dan minyak goreng pada proses pengolahan daging kambing. Olahraga juga bisa dilakukan agar lemak akibat makan daging kambing bisa dikeluarkan dari dalam tubuh [10].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment