Masa-masa menjelang haid atau yang juga disebut dengan istilah PMS (premenstrual syndrome) kerap ditandai dengan perubahan suasana hati yang cukup ekstrem pada beberapa wanita [1].
Emosi menjadi mudah tidak stabil, mudah marah, mudah sedih, dan mudah tersinggung [1].
Walaupun kondisi seperti ini normal terjadi pada wanita usia produktif karena dianggap sehat, seringkali perubahan emosi tiba-tiba dapat menyebabkan ketidaknyamanan baik bagi si wanita sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.
Ketika emosi tidak stabil menjelang haid, kira-kira apa yang menjadi penyebabnya dan bagaimana mengatasinya secara benar?
Daftar isi
1. Peningkatan Hormon Estrogen
Perubahan suasana hati yang drastis pada seorang wanita menjelang haid dapat disebabkan oleh perubahan hormon estrogen [1,2,3,4].
Peningkatan hormon estrogen menjadi alasan dibalik ketidakstabilan emosi karena sedang berada pada ujung masa haid [1,2].
Puncak kenaikan kadar hormon estrogen adalah 14 hari sebelum masa siklus haid yang selanjutnya [1,3].
Emosi sering berubah-ubah kemudian dialami oleh wanita karena hormon estrogen mengalami penipisan pada kadarnya [1,2,3,4].
Hormon estrogen sendiri merupakan satu kelompok hormon di dalam tubuh wanita yang berperan penting dalam perkembangan karakteristik dan kehidupan seksual wanita [1,2,3,4,5].
Proses reproduksi wanita tidak akan berjalan dengan baik tanpa hormon estrogen dengan kadarnya yang normal [1,2,3,4,5].
Hormon estrogen tidak hanya ada di dalam tubuh wanita, tapi juga ada pada tubuh pria tentu dengan kadar yang sangat rendah [1,2,3,4].
Hormon estrogen ada sebagai pengendali proses metabolisme tubuh, membawa pesan antar kelompok sel, mengatur respon tubuh terhadap ancaman bahaya dari luar maupun dalam, dan menjadi penentu fungsi jaringan reproduksi sekaligus fungsi seksual [5].
Hormon ini mampu memengaruhi suasana hati atau emosi wanita menjelang haid karena peran lain dari hormon ini adalah sebagai pengatur atau pengendali emosi [5].
2. Perubahan Hormon Progesteron
Selain hormon estrogen, hormon progesteron yang dilepaskan oleh indung telur dapat mengalami peningkatan yang juga berpengaruh pada emosi dan suasana hati wanita sebelum haid [7].
Pelepasan hormon progesteron terjadi saat jaringan rahim terbentuk dan asupan darah meningkat [7].
Ketika hormon progesteron ini sudah dilepaskan, sirkulasi kimia otak ikut terkena dampaknya [7].
Hal ini akan memengaruhi hormon serotonin, yakni hormon pengatur mood sehingga saat PMS atau menjelang haid wanita akan mudah cemas sekaligus mudah marah [8].
Hormon progesteron sendiri tidak hanya ada di dalam tubuh wanita, tapi juga pria [6].
Hanya saja pada wanita, progesteron adalah hormon yang berkaitan dengan hormon estrogen untuk pengaturan siklus haid wanita [6].
Hanya saja, fungsi hormon progesteron lebih kepada persiapan tubuh wanita sebelum dan selama hamil [6].
Ketika hormon estrogen bersama progesteron tidak berjalan seimbang, maka ada risiko suasana hati ikut terpengaruh [6].
3. Perubahan Hormon Serotonin
Perubahan hormonal menjadi alasan penting mengapa ketidakstabilan emosi pada wanita menjadi lebih sering terjadi saat menjelang haid [1,3].
Perubahan kadar hormon serotonin pun dapat menyebabkan adanya mood swing pada wanita [1,3].
Hormon serotonin memiliki peran penting dalam mencegah stres dan depresi karena tugasnya sebagai pengendali suasana hati [10,11].
Ketika seseorang mengalami suasana hati yang selalu baik dan selalu bahagia, hal ini dapat disebabkan oleh kadar serotonin di dalam tubuh yang tetap tinggi [10,11].
Menjelang haid atau pada masa awal haid, sensitivitas wanita menjadi lebih tinggi dan suasana hati tak menentu karena terjadi penurunan kadar hormon serotonin [10,11].
Hormon serotonin pada dasarnya merupakan pengirim sinyal dari satu jaringan saraf ke jaringan saraf lainnya atau disebut dengan istilah neurotransmitter [10].
Proses pembentukan tulang, bekuan darah, pencernaan, hingga fungsi seksual benar-benar diatur oleh hormon ini [12].
Penurunan kadar serotonin pun mampu memengaruhi perubahan pada kadar hormon lainnya [10,11].
Tidak hanya emosi yang naik turun dan berubah-ubah, serotonin yang berkurang akan menyebabkan wanita memiliki keinginan untuk lebih sering makan [13].
4. Penggunaan Pil Kontrasepsi
Efek dari riwayat penggunaan pil KB atau pil kontrasepsi dapat juga memengaruhi suasana hati menjadi lebih buruk [7,9].
Namun biasanya, efek ketidakstabilan emosi karena pil KB akan memudar ketika sudah berhenti dari penggunaannya [7,9].
Atau, bila efek samping pil kontrasepsi terlalu mengganggu, konsultasikan dengan dokter untuk menemukan metode atau jenis alat kontrasepsi alternatif [7].
Cara Mengatasi Emosi Tidak Stabil Menjelang Haid
Walau tampak tidak berbahaya dan wajar apabila wanita menjelang haid mengalami perubahan suasana hati, hal ini sedikit banyak dapat berpengaruh buruk pada aktivitas sehari-hari.
Maka untuk menurunkan risiko atau mengatasi emosi yang tak stabil, menjelang haid beberapa upaya ini bisa diterapkan [1,2,3,4,7].
- Menghindari kafein berlebih, sebab efek kafein dapat meningkatkan kecemasan yang juga akan membuat wanita sulit tidur hingga mudah gelisah dan marah-marah.
- Minum lebih banyak air putih agar tubuh terhidrasi dengan baik dan membuat suasana hati juga jauh lebih baik.
- Melakukan olahraga secara teratur agar dapat mengelola stres dengan baik; dalam hal ini adalah menjaga kestabilan dan keseimbangan hormon, salah satunya kadar hormon serotonin dan endorfin.
- Mengonsumsi makanan dan minuman yang tepat, yakni asupan bergizi seimbang seperti buah, sayur, makanan berlemak, berprotein dan berkarbohidrat (tanpa berlebihan).
- Memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin D dan kalsium dari sumber makanan dan minuman yang tepat (jus jeruk, yogurt, keju, dan susu rendah lemak) agar gejala-gejala PMS tak nyaman dapat berkurang.
- Istirahat secara cukup, yakni mendapatkan kualitas tidur dengan 8 jam per hari supaya gejala PMS tidak terlalu mengganggu.
- Melakukan meditasi, Yoga ataupun latihan pernafasan dalam-dalam baik sendiri atau bersama-sama dalam sebuah kelompok agar tubuh lebih rileks dan tidak mudah stres.
Apabila cara-cara mandiri tersebut tidak terlalu efektif dalam meminimalisir risiko gejala PMS, seperti ketidakstabilan emosi, berkonsultasi dengan dokter akan jauh lebih membantu.