8 Gejala Penyakit Orchitis Pada Pria

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Orchitis merupakan salah satu penyakit pada sistem reproduksi manusia yang sering terjadi. Orchitis adalah peradangan testis, yang biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus. Penyakit orchitis dapat menyerang kedua testis sekaligus. Bila tidak segera ditangani penyakit ini bisa menyebabkan kemandulan dan penurunan produksi hormon testosterone [1].

Penderita orchitis akut mungkin merasa nyeri pada daerah skrotum, mengalami pembengkakan bahkan disertai demam, mual dan kelelahan berlebih. Pada tahap akut atau kronis juga mengalami inflamasi walaupun tanpa gejala. Sementara tindakan yang dilakukan dokter untuk kasus penanganan ini adalah dengan melakukan ujian dubur digital demi menghilangkan kemungkinan adanya proastitis sebagai pemicu utama penyakit dari orchitis [1].

Penyakit orchitis dapat disebabkan juga oleh reaksi autoimun yang selanjutnya menimbulkan infertilitas [1]. Masuknya sel eusinofil dan netrofil membuat perpindahan makrofag dan limfosit mengalir ke aliran darah testis dan memecahkan sel sperma sehingga menyebabkan kematian sperma yang sedang berkembang. Simak 8 gejala penyakit orchitis yang perlu anda ketahui sebagai berikut :

1. Pembengkakan skrotum

Pembengkakan bagian skrotum/testis dapat berasal dari isi skrotum atau kulit skrotum. Sebagian besar penyebab pembengkakan skrotum berupa kelainan ringan, tetapi tumor sel germinal [4]  penyebab utama keganasan pada pria usia muda, sedangkan torsi testis merupakan kegawatdaruratan bedah. Penting untuk memastikan apakah pembengkakan skrotum berasal dari dalam skrotuma atau dari luar skrotum (hernia inguinalis).

2. Nyeri skrotum/isi skrotum inflamasi

Bila pembengkakan berasal dari kanalis inguinalis (saluran menuju testis) biasanya disertai dengan rasa nyeri, nyeri tekan, meradang, panas dan berwarna kemerahan. Gejala ini beresiko menyerang usus. Sedangkan sebaliknya, bila pembengkakan berasal dari skrotum biasanya disertai dengan rasa mual/muntah, rasa nyeri lebih dari 24 jam, keadaan testis abnormal [2].

Kemungkinan besar akan beresiko pada nyeri akut yang lebih berat. Satu-satunya pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan menyingkirkan torsi testis (kondisi testis terpelintir). Pertimbangan pemeriksaan awal dengan menggunakan USG skrotum bila gambaran klinis menunjukkan kemungkinan diagnosis lainnya seperti epididimo-orkitis [2].

Misalnya keluarnya sekret atau uretra, nyeri tekan hanya sebatas di epididimis[2], usia diatas 30 tahun dan tidak ada satu pun gejala diatas yang ditemukan. Pada kasus semua lainnya, rencanakan konsul bedah segera tanpa penundaan untuk melakukan pemeriksaan pencitraan (imaging).

3. Keluar cairan sperma bercampur darah

Ada dua organ utama yang menjadi pelindung bagi alat reproduksi pria yaitu kelenjar kandung kemih dan prostat. Saat kedua kelenjar ini mengalami peradangan atau infeksi maka akan menyebabkan sperma keluar bercampur dengan darah. Keluarnya sperma bercampur darah ini bisa berlangsung berminggu-minggu dan disertai dengan rasa nyeri yang hebat. Bisa saja gejala ini sembuh dengan sendirinya tanpa ada pengobatan khusus [5].

Namun, apabila dibiarkan terlalu lama tanpa pengobatan bisa memperparah kondisi penyakit orchitis. Untuk itu, tindakan yang paling tepat adalah melakukan diagnosis awal untuk memastikan apakah ini salah satu gejala penyakit orchitis atau bukan setelah itu jika memang ini gejala penyakit orchitis lakukan pemeriksaan ke dokter maka dokter akan melakukan terapi radiasi, suntik wasir, vasektomi, dan memberikan obat penghilang rasa sakit (anti peradangan) [5].

4. Demam tinggi

Penderita orchitis sering merasakan keluhan bengkak di kedua leher dengan demam yang menyertainya [3]. Demam pada umumnya mendadak tinggi berlangsung 2-7 hari. Pada malam hari demam ini lebih terasa dibanding siang hari bisa mencapai 39,5 derajat celsius. Pada kasus yang lebih parah demam tinggi bisa menimbulkan kejang-kejang.

5. Testis terasa berat

Testis terasa berat sering dialami juga oleh penderita penyakit orchitis, mereka mengeluhkan bahwa testis sebelah kiri/kanan atau keduanya berbeda dari  biasanya [3]. Hal ini bisa disebabkan karena testis pernah mengalami traumatik akibat benturan, gesekan atau peradangan yang sampai menimbulkan pembengkakan. Dari awalnya pembengkakan ini lama kelamaan testis akan bertambah berat. Jika terlalu dibiarkan dan tidak adanya usaha pengobatan ini akan beresiko menjadi tumor ganas yang menyebar ke area testis.

6. Nyeri di area selangkangan

Gejala ini lebih dominan pada organ reproduksi wanita namun siapa sangka pria juga akan mengalami gejala serupa pada bagian testisnya. Memang nyeri di area selangkangan membuat tidak nyaman. Pada pria yang mengalami nyeri di area selangkangan disebabkan oleh ketegangan pada otot-otot tendon dan ligamen akibat banyaknya lemak yang menumpuk di paha[6] sehingga lemak ini akan naik dan membentuk tonjolan di selangkangan.

7. Pembengkakan kelenjar getah bening

Peran dan fungsi kelenjar getah bening sangat dibutuhkan dalam sistem kekebalan tubuh manusia dimana tubuh saat terserang oleh infeksi virus, kelenjar ini akan terus menangkalnya. Perlawanan dalam menghadapi virus atau infeksi ini membuat kelenjar membengkak. Faktor pemicunya hanya karena adanya pembengkakan pada bagian skrotum [7].

8. Nyeri saat berhubungan seks

Nyeri saat berhubungan seks termasuk dalam gejala penyakit orchitis. Namun gejala ini sering disepelekan terutama pria penyebab nya adalah karena adanya tumor ganas menempel pada dinding skrotum yang mengalami penebalan. Penebalan ini yang mengganjal saat seseorang berhubungan badan. Faktor lainnya adalah kontradiksi dari hormon testosteron yang sedang mengalami peningkatan pada waktu yang bersamaan[8].

Orchitis akut diobati dengan obat penghilang rasa sakit, pendinginan lokal, elevasi skrotum dan tirahbaring [9]. Blok saraf dapat digunakan sebagai metode analgesik invasif menggunakan 5 ml lidokain 1%. Orchitis autoimun sekunder, dengan atau tanpa adanya testicular vaskulitis, dapat diobati dengan obat sistemik spesifik sebagai kortikosteroid, agen imunosupresif (azatioprin atau intravenacyclophosphamide dan imunoglobulin intravena).

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment