Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Gangguan kepribadian adalah bentuk dari gangguan mental dimana seseorang memiliki pola berpikir, fungsi, dan perilaku yang kaku dan tidak sehat. Orang dengan gangguan kepribadian memiliki masalah untuk... memahami dan menerima situasi dan orang lain. Hal ini menyebabkan masalah yang signifikan pada hubungan dan aktivitas sosial, pekerjaan, dan sekolah. Pada banyak kasus, orang dengan gangguan kepribadian mungkin tidak menyadari adanya gangguan karena mereka menganggap pola pikir dan perilaku mereka adalah normal. Mereka mungkin akan menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka hadapi. Gangguan ini biasanya dimulai di masa remaja atau dewasa awal. Diduga penyebab dari gangguan kepribadian adalah kombinasi dari genetik dan faktor lingkungan. Faktor risiko termasuk riwayat keluarga dengan gangguan serupa, keluarga yang tidak stabil atau berantakan ketika masa kanak-kanak, dan variasi pada kondisi kimia dan struktur otak. Read more
Kluster A: Penuh Kecurigaan
1. Gangguan kepribadian paranoid
Pikiran , perasaan dan pengalaman yang berhubungan dengan paranoia bisa menyebabkan penderitanya:
- Sulit percaya pada orang lain, bahkan teman dan keluarga
- Percaya bahwa orang lain akan memanfaatkan atau mengambil keuntungan dari mereka
- Tidak bisa merasa tenang
- Merasa terancam dan berada dalam bahaya setiap hari, meskipun orang lain hanya mengatakan sesuatu yang biasa saja atau menatap dengan santai ke arah mereka
Gangguan kepribadian ini bisa menimbulkan masalah besar dalam kehidupan penderitanya, karena bukan hanya mengganggu diri mereka sendiri tetapi juga orang-orang lain di sekitarnya. Orang yang paranoid juga sulit berfungsi di masyarakat.
2. Gangguan kepribadian skizoid
Sebagian besar orang dengan gangguan kepribadian skizoid masih bisa berfungsi dengan baik di masyarakat. Tidak seperti penderita skizofrenia atau skizoafektif, penderita skizoid biasanya tidak mengalami gejala-gejala psikotik.
Tetapi, akibat dari pikiran dan perasaan yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ini, penderitanya akan:
- Kesulitan membangun hubungan pribadi dengan orang lain
- Memilih untuk hidup tanpa campur tangan orang lain
- Memilih untuk berada dalam pikirannya sendiri
- Tidak bisa menikmati berbagai bentuk aktivitas yang menyenangkan
- Tidak tertarik pada seks atau kedekatan dengan orang lain
- Tidak bisa memahami emosi orang lain atau bersikap dingin pada orang lain
3. Gangguan kepribadian skizotipal
Setiap orang memiliki sikap eksentrik atau tidak biasa yang menjadi ciri khas mereka masing-masing. Tetapi jika pola pikir dan cara bersikap seseorang membuatnya sulit untuk memahami orang lain, maka ia mungkin memiliki gangguan kepribadian skizotipal.
Tidak seperti skizofrenia, penderita skizotipal tidak mengalami gejala psikosis. Namun, mereka akan:
- Mengalami pemikiran atau persepsi yang tidak nyata
- Sulit membangun hubungan dekat dengan orang lain
- Berpikir dan mengekspresikan diri dengan cara-cara yang dianggap “aneh” oleh orang lain, termasuk menggunakan kata-kata atau kalimat yang tidak biasa, sehingga sulit dipahami orang lain
- Percaya bahwa mereka bisa membaca pikiran atau memiliki kekuatan istimewa misalnya “indera ke-enam”
- Merasa cemas dan tegang bila berada bersama orang lain yang tidak percaya pada hal-hal yang mereka yakini
- Merasa sangat cemas dan paranoid saat berada di situasi sosial, sehingga mereka sulit memahami orang lain
4. Gangguan kepribadian antisosial
Wajar bila sesekali kita mendahulukan kepentingan, kesenangan, atau tujuan pribadi sebelum orang lain di sekitar kita. Tetapi, bila hal ini terjadi sangat sering dan sulit untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan, atau sering bertindak berdasarkan rasa marah atau tanpa memikirkan orang lain, maka gejala-gejala ini bisa mengarah pada gangguan kepribadian antisosial.
Orang antisosial akan:
- Menempatkan dirinya dalam situasi yang berisiko atau berbahaya, seringkali tanpa memikirkan konsekuensinya pada diri mereka sendiri atau orang lain
- Melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya dan kadang-kadang ilegal (bahkan memiliki catatan kriminal)
- Mudah merasa bosan dan bertindak impulsif
- Bersikap agresif dan mudah terlibat perkelahian
- Melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang diinginkan meskipun harus menyakiti orang lain, serta selalu mendahulukan kebutuhan pribadi
- Sulit berempati, misalnya tidak merasa bersalah meskipun telah menyakiti orang lain
- Pernah didiagnosa mengalami gangguan tingkah laku sebelum usia 15 tahun.
Kluster B: Emosional dan Impulsif
1. Gangguan kepribadian borderline
Gangguan kepribadian borderline juga dikenal sebagai gangguan kepribadian emosi tidak stabil.
Kita semua bisa mengalami masalah dalam hubungan, cara memandang diri sendiri dan emosi. Tetapi, orang dengan gangguan kepribadian borderline terus menerus merasa tidak stabil atau tegang.
Gejala-gejalanya:
- Merasa sangat khawatir akan diterlantarkan sehingga akan melakukan apa saja untuk mencegah hal itu terjadi
- Memiliki emosi yang sangat intens dan bisa berubah-ubah dengan sangat cepat (misalnya, dari merasa sangat bahagia dan percaya diri di pagi hari kemudian tiba-tiba merasa sedih dan tidak berharga di sore hari)
- Tidak memiliki keyakinan yang kuat tentang siapa diri mereka sebenarnya atau apa yang mereka inginkan dari hidup karena prinsip mereka selalu beruba-ubah tergantung dengan siapa mereka bergaul
- Sulit memiliki hubungan atau pertemanan yang stabil
- Bersikap impulsif dan melakukan hal-hal yang bisa menyakiti diri mereka sendiri (misalnya makan berlebihan, menggunakan narkoba atau kebut-kebutan)
- Memiliki pikiran untuk bunuh diri
- Menyakiti diri sendiri
- Sering merasa kosong dan kesepian
- Sering merasa sangat marah dan kesulitan mengendalikan rasa marah itu
- Tidak percaya pada orang lain
- Mengalami masalah kesehatan mental lainnya bersamaan dengan gangguan kepribadian ini, termasuk kecemasan, depresi, masalah pola makan dan gangguan stres pasca trauma.
Bila sedang merasa sangat tertekan, penderita gangguan kepribadian borderline akan:
- Merasa paranoid
- Mengalami hal-hal psikotis, misalnya melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada
- Mati rasa dan tidak bisa mengingat kejadian yang baru saja terjadi
2. Gangguan kepribadian histrionik
Sebagian besar orang senang bila dipuji atau mendapatkan komentar positif tentang hal-hal yang mereka lakukan. Tetapi orang dengan gangguan kepribadian histrionik sangat tergantung pada pujian-pujian ini.
Mereka ingin selalu diperhatikan dan membutuhkan persetujuan orang lain atas tindakan-tindakan yang mereka lakukan. Gejala-gejala lainnya:
- Merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian
- Merasa harus selalu menghibur orang lain
- Selalu mencari, atau tergantung pada, persetujuan orang lain
- Membuat keputusan yang serampangan
- Genit atau menggoda orang lain agar bisa menjadi pusat perhatian
- Dikenal sebagai oran yang dramatis dan terlalu emosional
- Mudah dipengaruhi orang lain
3. Gangguan kepribadian narsisistik
Sudah menjadi sifat manusia untuk menyadari kebutuhan pribadi, mengungkapkannya, serta ingin orang lain tahu tentang kemampuan serta pencapaian yang telah diraih. Semua ini bukan sikap-sikap yang buruk.
Tetapi, bila pikiran, perasaan dan sikap seperti ini menjadi sangat ekstrem dan menyebabkan masalah untuk memahami orang lain, maka ini adalah gejala-gejala gangguan kepribadian narsisistik.
Gejala-gejala lainnya adalah:
- Merasa yakin diri ada alasan istimewa yang membuat mereka berbeda dan lebih baik dari orang lain
- Memiliki kepercayaan diri yang rapuh, sehingga bergantung pada pujian dari orang lain tentang kemampuan dan kebutuhan mereka
- Merasa jengkel bila orang lain mengabaikan mereka dan tidak memberikan apa yang mereka anggap adalah hak mereka
- Tidak suka melihat kesuksesan orang lain
- Mendahulukan kepentingan pribadi diatas kepentingan orang lain
- Dianggap egois dan tidak perduli pada kebutuhan orang lain
Klaster C: Cemas
1. Gangguan kepribadian avoidan
Kita semua memiliki hal, tempat atau orang yang tidak disukai, atau yang membuat kita merasa cemas. Tetapi jika hal-hal ini mengakibatkan kecemasan berlebih hingga menimbulkan masalah dalam hubungan pribadi, maka ini adalah gejala gangguan kepribadian avoidan.
Gejala-gejala lainnya:
- Menghindari pekerjaan atau aktivitas sosial yang mengharuskan mereka berada bersama orang lain
- Merasa akan selalu dikritik dan sangat sensitif bila diberi masukan
- Selalu khawatir akan dipermalukan oleh orang lain
- Menghindari hubungan pribadi, pertemanan, dan kedekatan dengan orang lain karena takut ditolak
- Merasa kesepian, terasing, serta rendah diri
- Malas mencoba aktivitas baru karena takut akan mempermalukan diri sendiri
2. Gangguan kepribadian dependen
Wajar bila kita membutuhkan oran lain untuk menyayangi kita atau membuat kita merasa tenang dan nyaman. Keseimbangan yang sehat harus terdiri dari kemampuan untuk menjadi mandiri namun tetap membutuhkan orang lain.
Tetapi, bila perasaan dan pikiran membutuhkan orang lain lebih menguasai diri hingga berdampak pada kehidupan sehari-hari dan hubungan dengan orang lain, maka ini sudah menjadi tanda gangguan kepribadian dependen.
Gejala-gejala lainnya:
- Merasa lemah dan tidak bisa berfungsi atau membuat keputusan tanpa bantuan atau dukungan dari orang lain
- Membutuhkan orang lain untuk mengurus banyak hal dalam kehidupan pribadinya
- Menyetujui hal-hal yang sebenarnya dirasa salah atau tidak disukai hanya karena tidak mau merasa kesepian atau kehilangan dukungan dari orang lain
- Sangat takut ditinggalkan dan harus mengurus diri sendiri
- Memiliki kepercayaan diri yang rendah
- Menganggap orang lain jauh lebih mampu daripada dirinya
3. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif (OCPD)
Gangguan kepribadian obsesif kompulsof (OCPD) terpisah dari gangguan obsesif kompulsif (OCD), yang merupakan suatu bentuk tingkah laku dan bukan jenis kepribadian.
Tetapi, serupa dengan OCD, OCPD juga berkaitan dengan masalah perfeksionisme, kebutuhan untuk selalu memegang kendali, dan kesulitan untuk bersikap fleksibel tentang berbagai hal.
Gejala-gejala lainnya termasuk:
- Ingin semua hal selalu teratur dan terkendali
- Membuat standar yang terlalu tinggi dan tidak realistis bagi diri sendiri maupun orang lain
- Merasa cara yang ditetapkannya adalah cara yang terbaik untuk menyelesaikan semua hal
- Khawatir diri sendiri atau orang lain akan membuat kesalahan
- Merasa sangat cemas bila suatu hal tidak dikerjakan dengan sempurna