Migrain atau sakit kepala merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada banyak orang tanpa adanya penyebab patologis yang pasti. Migrain juga merupakan salah satu penyakit kronis dengan gejala yang episodik (berulang-ulang) seperti cenat-cenut pada kepala. [1]
Sakit kepala diketahui juga sering diasosiasikan pada stress dan depresi yang dapat mengubah gaya hidup serta pola interaksi sosial pengidapnya. Namun hingga saat ini, penyebab pasti dari sakit kepala masih belum ditemukan. [1, 2]
Beberapa teori mengatakan bahwa migrain disebabkan oleh aktivitas abnormal otak yang mempengaruhi sistem syaraf, bahan kimia, dan pembuluh darah di otak. Hingga kini masih belum diketahui apa yang menyebabkan perubahan aktivitas otak tersebut. Namun, beberapa pendapat mengatakan bahwa gen pada manusia cukup berperan dalam hal tersebut. [2]
Meskipun begitu, ada indikasi bahwa beberapa kebiasaan manusia seperti pola makan, kontrol emosi, aktivitas fisik, dan pemakaian obat-obatan bisa memicu sakit kepala. Berikut ini adalah beberapa kebiasaan yang menimbulkan sakit kepala:
1. Kualitas Tidur yang Buruk
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk merupakan penyebab yang umum ditemui pada pengidap migrain. Menurut Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), kualitas tidur bisa diukur dari hal-hal berikut: [3]
- Seberapa telat kita tidur (latensi tidur).
- Lama waktu tidur.
- Gangguan yang terjadi saat tidur.
- Penggunaan hipnosis/hipnoterapi untuk tidur.
- Disfungsi atau kelelahan saat siang hari.
Gejala sakit kepala yang ditimbulkan oleh kualitas tidur yang buruk sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Pada suatu penelitian di India, terdapat lebih dari 60% dari seluruh subyek yang mengalami migrain juga memiliki kualitas tidur yang buruk. [3]
Hal ini disebabkan karena baik kualitas tidur yang buruk atau migrain sama-sama mempunyai hubungan dengan kualitas hidup yang buruk. Kualitas tidur biasanya diasosiasikan dengan tingkat kepusan hidup. [4]
Seperti yang disebutkan di awal artikel, migrain dapat berdampak pada depresi dan kegelisahan, yang mana adalah penanda rendahnya tingkat kepuasan hidup. [4]
2. Kontrol Emosi yang Tidak Baik
Kontrol emosi yang tidak baik juga sering diasosiasikan terhadap sakit kepala. Kontrol emosi yang dimaksud di sini bukan hanya yang bersifat negatif seperti sikap yang tempramental atau mudah emosi dalam menghadapi masalah. Namun, rasa senang yang berlebihan ternyata juga merupakan bentuk kontrol emosi yang buruk. [5]
Pada dasarnya, migrain merupakan bentuk dari emosi negatif. Menurut beberapa penelitian, pengidap migrain akan memiliki masalah pemrosesan informasi sensorik pada otak saat gejala sakit kepala mulai terjadi. [5]
Stimulus sensor ini biasanya memiliki komponen emosi negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa emosi negatif dapat memengaruhi pemrosesan informasi sensosrik pada otak, yang mana bisa berujung pada migrain. [5]
3. Kurang Minum Air Putih
Kurang minum air putih merupakan salah satu kebiasaan yang menimbulkan sakit kepala. Biasanya sakit kepala juga disertai beberapa gejala dehidrasi lain seperti kelelahan, pusing, mulut kering, dan rasa haus yang hebat. Sakit kepala karena dehidrasi bisa diredakan dengan minum air putih yang cukup, beristirahat, dan meminum obat sakit kepala. [6]
Sakit kepala saat dehidrasi bisa terjadi karena otak dan jaringan lain di tubuh kita akan menyusut. Saat otak menyusut, otak akan tertarik dari tengkorak, lalu memberi tekanan pada saraf dan menimbulkan rasa sakit. Saat kita sudah minum air yang cukup, maka otak akan membesar kembali ke ukuran semula dan rasa sakit akan hilang. [6]
4. Berolahraga Terlalu Keras
Gejala migrain setelah berolahraga dengan intensitas tinggi ternyata cukup sering ditemukan. Migrain bisa terjadi karena dipicu oleh berbagai rangsangan, yang mana olahraga biasanya akan menghasilkan banyak rangsangan. Namun juga ada olahraga-olahraga ringan yang tidak menimbulkan migrain seperti bersepeda. [7]
Pada suatu penelitian dengan partisipan 108 orang yang sering mengalami migrain dan juga rajin berolahraga. Ditemukan bahwa prevalensi antara migrain dan olahraga mencapai angka 38%. Diketahui olahraga yang sering dilakukan oleh para partisipan tersebut adalah olahraga kardio/lari. Gejala migrain diketahui muncul 48 jam setelah berolahraga. [7]
5. Bekerja Secara Shift
Bekerja shift memang lumayan sulit, karena kita harus mengatur ulang jadwal sehari-hari kita karena pergeseran jam kerja.Ternyata hal ini juga bisa meningkatkan risiko transisi migrain dari yang bersifat periodis menjadi kronis. [8]
Sebenarnya penyebab ini cukup mirip pada penyebab nomor 1. Karena bekerja shift dapat menyebabkan siklus tidur kita jadi tidak teratur, dan kualitas tidur juga akan menurn. Hal tersebutlah yang mempercepat kronifikasi penyakit migrain. [8]
Biasanya, kronifikasi migrain ini akan bertambah parah jika kita bekerja pada shift malam. Namun, saat kita kembali ke shift pagi, biasanya migrain akan membaik dan turun kembali menjadi periodis. [8]
6. Menunda Waktu Makan
Saat kita kurang makan atau menunda-nunda waktu makan, biasanya kepala kita akan terasa sakit. Hal itu dipicu karena gula darah kita turun lebih rendah dari biasanya. Sakit kepala karena menunda makan biasanya ditandai dengan gejala berikut: [9]
- Nyeri tumpul.
- Kepala terasa seperti terikat dengan keras.
- Terasa adanya tekanan pada dahi.
- Leher dan bahu terasa tegang.
Kalori pada makanan adalah sumber energi yang harus selalu diterima oleh tubuh. Jika kita tidak makan dalam beberapa waktu, maka gula darah akan menurun. Sebagai responnya, tubuh akan mengeluarkan hormon yang menandakan bahwa kita lapar. Hormon tersebut juga akan meningkatkan tekanan darah, yang akan menyebabkan sakit kepala. [9]
7. Mengonsumsi Obat-obatan Secara Berlebihan
Diketahui gejala sakit kepala yang dipengaruhi oleh konsumsi obat-obatan secara berlebihan telah terjadi pada 37 juta orang di seluruh dunia. Meskipun penyebabnya masih belum diketahui, namun para pakar telah menemukan adanya pola pada hal ini. [10, 11]
Saat seseorang mengalami sakit kepala, mereka akan minum obat yang bisa meredakan rasa sakitnya. Saat mereka sakit kepala lagi, mereka akan mengonsumsi obat itu lagi. Lama-kelamaan, obat yang tadinya meredakan akan menjadi menyakitkan. [11
Berikut ini adalah beberapa jenis obat-obatan yang terindikasi dapat menyebabkan sakit kepala: [11]
- Obat pereda rasa sakit.
- Ergotamin.
- Triptan.
- Analgesik.