Makrosomia: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Makrosomia adalah kondisi yang menggambarkan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram (4 kg) pada saat lahir. Bayi makrosomia cenderung menyulitkan proses persalinan dan seringkali mengalami masalah dalam perkembangan kesehatannya, seperti obesitas, diabetes dan lain-lain. [1, 3]

Apa itu Makrosomia?

Makrosomia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi lahir dengan ukuran lebih besar. Bayi dengan berat badan normal biasanya memiliki rentan berat 2,4 hingga 3,9 kg pada saat persalinan. Namun bayi yang memiliki berat lebih dari 4 kg akan mengalami kondisi yang disebut makrosomia. [1, 4, 5]

Makrosomia akan mengakibatkan masalah persalinan normal dan membuka kemungkinan untuk persalinan sesar. Penyakit ini juga akan membawa masalah kesehatan untuk bayi dikemudian hari, misalnya obesitas, diabetes, hingga sindrom metabolik. [1, 4]

Sama halnya penyakit lain, makrosomia dapat dicegah. Namun kondisi ini kadang-kadang sulit diprediksi, dokter baru akan bisa mendiagnosa adanya makrosomia setelah persalinan melalui timbang berat badan bayi. [3, 4]

Sehingga untuk mencegah kemungkinan adanya makrosomia, sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan untuk memantau berat badan selama kehamilan. Menjaga pola makan, olahraga ringan dan teratur adalah langkah sederhana untuk mengimbangi usaha menghindari makrosomia. [1, 3, 4]

Fakta-Fakta Tentang Makrosomia

Berikut ini beberapa fakta tentang Makrosomia; [1,2,3,4]

  • Makrosomia Yaitu Berat Badan Bayi Lebih dari 4000 Gram

Ciri-ciri bayi baru lahir dengan berat badan normal menurut pandangan para medis adalah bayi yang memiliki berat 2500 gram-4000 gram. Dan terdapat kesepakatan umum bahwa bila bayi baru lahir memiliki berat lebih 4000 gram, maka bayi tersebut dikategorikan mengalami makrosomia.

  • Makrosomia Adalah Kondisi yang Sulit Diprediksi

Mendeteksi makrosomia pada janin dalam kandungan cukup sulit dan hasilnya kadang-kadang kurang akurat. Para dokter umumnya lebih memilih menanyakan riwayat kehamilan dan obat-obatan yang pernah dikonsumsi ibu selama masa kehamilan.

  • Makrosomia Dapat Mengakibatkan Komplikasi yang Buruk untuk Bayi dan Ibu

Ibu bisa saja sangat kesulitan pada saat persalinan, seperti perdarahan, cedera vagina, dan sebagainya. Bayi yang lahirpun kemungkinan mengalami cacat lahir seperti distosia bahu yang menyebabkan patah tulang selangka, patah tulang lengan hingga cedera saraf diabetes, sindrom metabolik dan sebagainya.

  • Faktor Genetik bisa Memengaruhi Makrosomia

Walaupun jarang ditemui, faktor genetik diduga bisa memengaruhi terjadinya makrosomia. Hal ini karena pertumbuhan bayi yang lebih cepat di dalam lahir kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor genetik yang diperoleh dari ayah maupun ibu.

  • Bayi yang Dilahirkan oleh Ibu yang Menderita Diabetes Memiliki Kemungkinan 40 % Menderita Makrosomia

Ibu dengandiabetes memiliki kemungkinan (10-40 %) untuk melahirkan bayi makrosomia. Hal ini karena bayi (neonatus) besar kemungkinan memproduksi asupan lemak dari ibunya lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak mengidap diabetes.

  • Mengandung Anak Laki-laki

Ibu yang seringkali mengandung anak laki-laki memiliki kemungkinan mengidap makrosomia. Hal ini karena bobot tubuh bayi laki-laki cenderung lebih berat daripada perempuan

Penyebab Makrosomia

Makrosomia pada bayi baru lahir bisa disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut; [1,3,4]

  • Diabetes

Saat kehamilan, sebaiknya rutin memeriksakan diri ke dokter. Apalagi Anda memiliki indikasi mengidap diabetes. Menderita penyakit diabetes selamat kehamilan akan membuat janin lebih banyak memproduksi lemak sehingga membuat ukuran badannya membesar dan hal ini memberi kemungkinan 40 % bayi menderita makrosomia

  • Faktor Genetik

Selain diabtes, faktor genetik juga turut mempengaruhi. Dalam artian, ayah terutama ibu (yang mengandung bayi) apabila pernah memiliki riwayat pernah dilahirkan dengan kelebihan berat badan dicurigai bisa menularkan hal yang sama kepada bayinya ketika persalinan.

  • Obesitas

Obesitas timbul karena penumpukan lemak yang terlalu tinggi dalam tubuh. Berdasarkan penelitian, para medis menyepakati bahwa cara persalinan yang umumnya dijalani ibu hamil obesitas sebagian besar adalah dengan operasi caesar karena seringkali ditemukan kondisi bayi makrosomia.

  • Pernah Melahirkan Bayi Makrosomia

Ibu yang memiliki riwayat persalinan bayi makrosomia berpeluang besar mengalami masalah yang sama pada persalinan berikutnya.

  • Usia Ibu

Ibu hamil di atas 35 tahun berindikasi lebih besar melahirkan bayi makrosomia daripada ibu hamil dengan usia di bawahnya.

  • Usia Kehamilan (post-term)

Resiko persalinan bayi makrosomia umumnya terjadi apabila usia kehamilan lebih lama dari biasanya, yakni melampaui 40 minggu.

Faktor Risiko Penyebab Makrosomia

Selain beberapa penyebab yang disebutkan di atas, kondisi-kondisi yang diyakini turut memperburuk makrosomia pada bayi adalah sebagai berikut; [1,3,5]

  • Mengandung Bayi Laki-laki

Terdapat beberapa faktor penyebab makrosomia bayi dan salah satunya adalah janin laki-laki. Hal ini karena berat badan janin laki-laki cenderung lebih besar daripada perempuan.

  • Hipertensi

Walaupun jarang terjadi–namun ibu hamil yang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi memiliki kemungkinan melahirkan bayi makrosomia.

  • Pola Makan yang Tidak Teratur

Pola makan yang tidak teratur diikuti kurangnya aktivitas selama masa kehamilan menciptakan kemungkinan penambahan berat badan ibu secara signifikan. Penambahan berat badan bisa mengakibatkan kemungkinan terjadinya penumpukan kalori yang bisa berubah menjadi lemak sehingga lama kelamaan berpengaruh pada pertumbuhan bayi

Gejala Makrosomia

Makrosomia sulit diprediksi, namun tanda dan gejala kondisi ini dapat diketahui melalui beberapa hal berikut ini: [1, 4]

  •  Tinggi Fundus Uteri Ibu

Kebiasaan yang dilakukan oleh para dokter pada saat pemeriksaan kandungan adalah mengukur tinggi fundus uteri yakni mengukur jarak antara puncak tulang panggul hingga ke bagian paling atas perut. Apabila ditemui bahwa tinggi fundus uteri melebihi ukuran normal, maka ada kemungkinan bayi mengalami makrosomia

  • Berat Badan Ibu Hamil Meningkat Secara Tiba-tiba

Pada saat kehamilan, hal penting yang selalu diperhatikan adalah berat badan ibu. Apabila berat badan ibu masih dalam tahap normal sesuai keterangan dokter, maka bisa dipastikan tidak ada gangguan makrosomia.

Namun berhati-hati apabila berat badan ibu bertambah secara tak terduga tanpa ada penyebab lain–sebab hal itu berindikasi bayi mengalami makrosomia

  • Cairan Ketuban yang Berlebihan

Kelebihan air ketuban atau yang dikenal juga polihidramnion adalah cairan yang datang dari urin yang dikeluarkan janin. Cairan ini biasanya mengelilingi bayi di dalam rahim.

Sebab air ketuban adalah urin yang dikeluarkan bayi, maka jumlah banyak atau kecilnya cairan ketuban bisa menunjukkan besar atau kecilnya ukuran janin. Air ketuban yang normal biasanya terdapat pada janin yang memiliki ukuran normal, sebaliknya bila air ketuban yang keluar berlebihan maka kemungkinan janin berukuran besar.

Kapan Harus ke Dokter?

Sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan kepada dokter apabila Anda merasakan perubahan tak terduga pada berat badan selama kehamilan, atau mengalami beberapa kondisi seperti diabetes, obesitas, dan pernah melahirkan bayi makrosomia. [3]

Komplikasi Makrosomia

Makrosomia diketahui bisa menimbulkan komplikasi yang serius. Komplikasi ini tidak hanya terjadi pada ibu melainkan terjadi pada janin; [1]

Berikut ini beberapa kemungkinan komplikasi yang terjadi baik pada ibu maupun janin; [1,3,4]

Ibu Hamil

  • Laserasi Saluran Genital

Makrosmia janin bisa mengakibatkan robeknya jaringan vagina sekaligus otot antara vagina dan anus (otot perineum).

  • Pendarahan Setelah Persalinan (postpartum)

Kerusakan yang terjadi pada jaringan vagina dan otot-otot sekitarnya, bisa mengakibatkan pendarahan yang serius setelah persalinan. Hal ini karena kerusakan jaringan-jaringan tersebut meningkatkan risiko otot-otot rahim, tidak berkontraksi dengan baik setelah persalinan (atonia uteri).

  • Ruptur Uteri atau Uterine Rupture 

Bayi makromosia bisa mengakibatkan uterine rupture, yakni  robeknya dinding uterus pada saat persalinan atau bahkan selama kehamilan dan kemungkinan ini bisa sangat besar terjadi bila ibu hamil pernah menjalani proses persalinan ceaser atau operasi uterus pada persalinan sebelumnya.

  • Kesulitan untuk Persalinan Normal

Ibu yang mengandung bayi makromosia umumnya mengalami kesulitan pada saat menjalani persalinan normal (vaginal). Hal ini karena ukuran bayi yang besar bisa saja tersangkut di jalan lahir dan ibunya mengalami cedera serius pada organ-organ vital.

Janin

  • Hipokalsemia

Kekurangan kalsium darah darah atau hipokalsemia seringkali terjadi pada bayi makrosomia. Hal ini merupakan gangguan metabolik utama dari bayi yang dikandung oleh ibu hamil diabetes.

  • Distosia Bahu

Bayi makrosomia seringkali mengalami distosia bahu-yakni salah satu atau kedua bahu bayi tersangkut di belakang tulang pinggul ibu sedangkan kepala bayi sudah berada di luar jalan persalinan.

Kondisi ini bisa mengakibatkan bayi mengalami patah tulang selangka, patah tulang lengan, dan cedera saraf bahkan hingga kematian. Dan ibu sang bayi pun mengalami pendarahan, robeknya jaringan vagina, hingga repture uteri.

  • Sindrom Metabolik

Masalah paling kompleks yang sering dialami bayi makrosomia adalah sindrom metabolik, yakni kumpulan dari gejala yang terjadi bersamaan seperti kadar gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang dan kadar kolesterol abnormal. Kondisi ini bisa mengakibatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes pada usia dini.

Diagnosis Makrosomia

Makrosomia sulit diprediksi sebelum persalinan. Dokter biasanya baru mengetahui bayi menderita makrosomia setelah melewati timbangan berat badan bayi. [3,4]

Namun demikian, beberapa tes dapat dilakukan untuk memantau kemungkinan adanya persoalan makrosomia; [1,3]

  • Pemeriksaan USG

Biasanya menjelang akhir trimester ketiga, para dokter akan melakukan tes USG untuk mengukur bagian tubuh bayi , seperti kepala, perut, dan tulang paha dan bahkan untuk memperkirakan berat bayi. Namun demikian, untuk memprediksi adanya makrosomia janin tidak dapat diandalkan hanya melalui tes USG.

  • Antenatal Testing (care)

Jika dokter menemukan indikasi adanya makrosomia, maka test antenatal seperti nonstress test (NST) bisa saja dilakukan, hal ini bertujuan untuk memantau detak jantung bayi baik pada saat sedang dalam keadaan istirahat dan sedang bergerak.

Dan tees profil biofisik juga dilakukan untuk mengukur denyut jantung bayi, bentuk otot, pergerakan, pernafasan, dan jumlah cairan ketuban di sekitar bayi.

Jika dalam pemeriksaan ditemukan indikasi misalnya ada kelebihan cairan ketuban maka dokter biasanya merekomendasikan pelayanan antenatal (antenatal care/ANC) untuk memastikan agar kondisi ibu dan janin sehat selama kehamilan.

Pencegahan Makrosomia

Walaupun makrosomia sulit diprediksi dalam kandungan, namun kondisi tersebut dapat dicegah risiko kemunculan dan perkembangannya. [1]

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan timbulnya makrosomia; [1,3,4]

  • Rutin memeriksakan kandungan ke dokter.

    Rutin melakukan pemeriksaan selama masa kehamilan memberikan kesempatan kepada ibu hamil untuk memgetahui perkembangan kesehatan janin serta bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting terkait kehamilannya;
    Pertanyaan-pertanyaan yang sebaiknya perlu ditanyakan kepada dokter selama masa pemeriksaan adalah sebagai berikut;
    • Apa yang dapat saya lakukan agar tetap sehat selama kehamilan?
    • Apakah janin saya sehat-sehat saja?
    • Apakah saya perlu melakukan diet atau merubah tingkat aktivitas saya?
    • Perawatan khusus apa yang dibutuhkan bayi setelah persalinan?
  • Menjaga kenaikan berat badan secara tiba-tiba selama masa kehamilan

    Dokter biasanya akan merekomendasikan kenaikan berat badan yang normal kepada ibu hamil. Berat badan yang disarankan hanya sekitar   11 sampai 16 kg. Apabila kenaikan berat badan secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, segera perbaiki pola makan dan konsultasikan dengan dokter
  • Rutin melakukan pengecekan gula darah pada tubuh

Pengecakan gula darah rutin selama masa kehamilan hal yang diperlukan untuk mengontrol kemungkinan timbulnya diabetes gestasional.

  • Tetap aktif bergerak

Aktif bergerak selama hamil penting dilakukan untuk meningkatkan pasokan oksigen pada tubuh ibu hamil dan janin. Dengan demikian ibu hamil memiliki kemungkinan untuk tidak diserang diabetes gestasional, kualitas tidur malam hari terjaga dan badan tetap sehat serta bugar.

Berhati-hatilah terhadap kemungkinan terjadinya makrosomia. Sebab kondisi tersebut sangat berbahaya dan bisa terjadi pada siapapun wanita yang hamil. Oleh karena itu, pencegahan dini adalah langkah tepat untuk menghindari penyakit tersebut.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment