Daftar isi
Apa Itu Necrotizing Enterocolitis?
Necrotizing Enterocolitis adalah salah satu penyakit peradangan usus yang dapat menyebabkan kematian khususnya bagi bayi [1].
Peradangan usus Necrotizing Enterocolitis ini diketahui menyebabkan invansi yang merusak sel dan nekrosis usus besar [1].
Selain itu, perkembangan Necrotizing Enterocolitis dapat menyebabkan perforasi usus yang mengakibatkan peritonitis, sepsis hingga kematian [1].
Necrotizing Enterocolitis ini kemudian menjadi salah satu penyakit yang dinilai sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi khususnya bagi bayi prematur [2].
Morbiditas dan mortalitas yang signifikan ini membuat pengetahuan terkait NEC menjadi sangat penting untuk diketahui.
Fakta Necrotizing Enterocolitis
Berikut ini merupakan beberapa fakta terkait dengan Necrotizing Enterocolitis yang perlu untuk diketahui [1, 2, 3] :
- Sekitar 7% bayi yang memiliki berat lahir antara 500 hingga 1500 gram diketahui mengembangkan Necrotizing Enterocolitis
- Peradangan usus Necrotizing Enterocolitis dapat berkembang menjadi infeksi atau peradangan sistemik
- Peradangan usus Necrotizing Enterocolitis dapat berkembang menjadi kegagalan multiorgan
- Dalam pemeriksaan kotor, Necrotizing Enterocolitis menunjukkan usus yang membengkak dan berdarah
- Angka kematian atau mortalitas Necrotizing Enterocolitis dapat mencapai 50% dari kasus yang ada
- Necrotizing Enterocolitis ini merupakan salah satu penyakit yang memiliki perkembangan yang sangat cepat sehingga perlu diagnosis dan perawatan segera
- Necrotizing Enterocolitis umumnya terjadi pada minggu kedua hingga ketiga kehidupan
- Necrotizing Enterocolitis tidak hanya terjadi pada bayi prematur, namun pada bayi normal juga
Gejala Necrotizing Enterocolitis
Gejala Necrotizing Enterocolitis ini sangat bervariasi antara bayi satu dengan lainnya dan kadang tidak terlihat secara spesifik sehingga membuat orang tua kadang tidak menyadarinya [1].
Adapun gejala yang paling umum dari Necrotizing Enterocolitis ini antara lain [1] :
- Bayi mengalami penurunan aktivitas dan kelelahan
- Bayi mengalami penurunan nafsu makan
- Bayi muntah
- Bayi mengalami diare
- Bayi mengalami peningkatan lingkar perut
- Bayi juga kemungkinan dapat mengeluarkan tinja yang berdarah
- Terjadinya distensi abdomen
- Bayi mengalami nyeri abdomen saat palpasi
- Loop usus terlihat
- Suara usus menjadi berkurang
- Massa abdomen menjadi teraba atau dapat diraba
- Terjadi eritema dinding abdomen
Dan jika Necrotizing Enterocolitis ini telah memasuki tahapan yang serius, umumnya akan menunjukkan tanda tanda sebagai berikut [1] :
- Bayi mengalami gagal napas
- Bayi mengalami kolaps sirkulasi seperti sianosis
- Bayi menjadi tidak responsif
- Bayi mengalami penurunan perfusi perifer
Penyebab Necrotizing Enterocolitis
Penyebab dari Necrotizing Enterocolitis ini adalah karena invansi bakteri ke dalam dinding usus yang hingga kini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebab atau mekanismenya [1, 3].
Namun, ada beberapa kemungkinan yang mungkin menjadi penyebab terjadinya invansi bakteri ke dalam usus seperti [3] :
- Kekurangan oksigen selama persalinan
Bayi yang mengalami kekurangan oksigen selama proses persalinan yang berjalan sulit dapat mengakibatkan kelemahan.
Ketika keadaan lemah tersebut, umumnya bakteri akan jauh lebih mudah masuk melalui makanan dan menyerang usus dengan merusak jaringan usus.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya perkembangan infeksi peradangan Necrotizing Enterocolitis pada bayi.
- Sistim tubuh yang kurang berkembang
Bayi yang lahir prematur, umumnya memiliki sistim tubuh yang kurang berkembang dan berisiko mengalami Necrotizing Enterocolitis.
Mengingat, sistim tubuh yang belum berkembang secara penuh dapat mengakibatkan bayi mengalami kesulitan pencernaan, melawan infeksi dan mengalami kesulitasn atau gangguan pada sirkulasi darah atau oksigen.
Kapan Harus Kedokter?
Mengingat Necrotizing Enterocolitis dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani, maka orang tua harus sangat waspada dan memperhatikan tanda tanda pada bayinya [1, 4].
Jika orang tua sudah melihat bayinya menunjukkan gejala gejal NEC maka sangat disarankan untuk segera memeriksakannya kedokter agar dapat segera ditangani dengan tepat [4].
Diagnosis Necrotizing Enterocolitis
Dalam melakukan diagnosis terhadap Necrotizing Enterocolitis maka tes atau pemeriksaan yang paling umum dilakukan antara lain [1]:
- Tes rangkaian film polos abdomen (gambaran dekubitus anterior-posterior dan lateral kiri)
- Tes pneumatosis intestinalis (visualisasi sejumlah kecil udara dalam dinding usus)
- Tes udara bena portal (keberadaanya menjadi tanda prognostik yang buruk)
- Radiografi perut untuk melacak perkembangan penyakit
- Leukopenia (jumlah sel darah putih kurang dari 1500 per mikroliter menjadi indikator adanya sepsis)
- Panel metabolik (untuk menunjukkan kemungkinan adanya hiponatremia dan bikarbonat serum rendah)
- Tes hidrogren napas (jarang dilakukan)
Komplikasi Necrotizing Enterocolitis
Necrotizing Enterocolitis kemungkinan dapat menimbulkan komplikasi akibat perawatan yang dilakukan secara berkepanjangan seperti [1] :
- Gagal hati karena pasien membutuhkan nutrisi parenteral total berkepanjangan
- Striktur dan obstruksi karena terjadi adhesi dan jaringan parut pasca operasi
- Sindrom usus pendek
- Gagal usus
- Defisiensi nutrisi
- Mengalami cacat pada pertumbuhan dan perkembangan
Dalam kasus yang jarang terjadi, komplikasi berupa penyumbatan usus hingga malabsopsi diketahui juga dapat terjadi [3].
Komplikasi penyumbatan usus hingga malabsorpsi ini kemungkian dapat terjadi pada bayi yang bagian ususnya ada yang diangkat [3].
Pengobatan Necrotizing Enterocolitis
Necrotizing Enterocolitis memang merupakan penyakit berbahaya bahkan mengancam jiwa, namun umumnya dapat disembuhkan secara total setelah menerima pengobatan [3].
Dalam pengobatan Necrotizing Enterocolitis umumnya akan dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut [1]:
- Resusitasi Standar Sesuai dengan Tanda Vital Pasien
Perawatan umumnya dimulai dengan melakukan resusitasi standar yang didasarkan sebagaimana keadaan pasien.
Resusitasi standar ini contohnya, resusitasi cairan untuk pasien yang hipotensi, atau intubasi endotrakeal dan vebtilasi mekanis untuk pasien yang mengalami kegagalan pernapasan.
- Melakukan Intervensi Makanan
Langkah yang dapat dilakukan untukk mengobati Necrotizing Enterocolitis yaitu dengan melakukan intervensi atau menghentikan semua makanan enteral dan mempertahankan NPO pasien.
- Penggunaan Selang Nasogastrik
Dekompresi usus yang melebar pada kasus Necrotizing Enterocolitis ini diketahui dapat dilakukan dengan penggunaan selang nasogastrik.
- Penggunaan Antibiotik Intravena
Dalam pengobatan Necrotizing Enterocolitis ini penggunaan antibiotik intravena harus mulai mencakup spektrum luas dengan rejimen antibiotik yang disarankan termasuk ampisilin, gentamisin, dan klindamisin atau metronidazol.
- Intervensi Bedah
Jika bayi tidak merespon pengobatan yang telah dilakukan sebelumnya atau terjadi perforasi usus yang memburuk, maka intervensi bedah dapat menjadi pilihan untuk pengobatan.
Pembedahan ini dilakukan untuk melakukan pengangkatan pada bagian usus nekrotik atau perforasi agar dapat mempertahankan usus sebanyak mungkin.
Setelah melakukan operasi pembedahan, bayi harus menerima antibiotik intravena dan nutrisi parenteral toatl selama minimal dua minggu.
Selain itu, bayi juga harus menjalani perawatan medis rutin, khususnya untuk memantau kelainan elektrolit atau anemia.
Dan yang tidak kalah penting, penyediaan ventilasi yang mendukung juga diperlukan untuk menunjang proses penyembuhan.
Pencegahan Necrotizing Enterocolitis
Strategi pencegahan terhadap Necrotizing Enterocolitis ini diketahui dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut [5]:
- Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
ASI diketahui dapat digunakan sebagai salah satu pencegah terjadinya Necrotizing Enterocolitis pada bayi, di mana tingkat keparahan Necrotizing Enterocolitis ditemukan lebih rendah pada bayi yang telah mengonsumsi ASI.
Dalam hal ini, efek perlindungan dan pencegahan Necrotizing Enterocolitis pada ASI berkaitan dengan peningkatan produksi sitokin IL-10 antiinflamasi.
Selain itu, ASI yang segar diketahui mengandung banyak zat imunoprotektif seperti imunoglobulin, lisozim, laktoferin, makrofag, limfosit dan neutrofil yang dapat mendukung sistim kekebalan tubuh.
Dan, yang tidak kalah penting, ASI segar diketahui juga mengandung enzim (asetilhidrolase PAF) yang dapat menghancurkan mediator patogenesis Necrotizing Enterocolitis.
- Penggunaan Sediaan Imunoglobulin Oral
Berdasarkan hasil uji klinis, diketahui bahwa penggunaan sediaan imunoglobulin oral dapat menurunkan risiko terjadinya Necrotizing Enterocolitis pada bayi prematur.
Namun, karena adanya potensi risiko pengambangan bakteri resisten, penggunaan sediaan imunoglobulin oral ini belum dapat diterapkan secara umum sebelum penelitian lebih lanjut dilakukan.
- Suplementasi Probiotik
Suplementasi probiotik mungkin dapat menjadi salah satu alternatif pencegahan Necrotizing Enterocolitis, khususnya dengan efek perlindungan Bifidobacteria dan Lactobacillus acidophilus.
Mengingat, uji klinis pada Bifidobacteria breve pada bayi prematur tidak menunjukkan efek samping pada bayi.
Namun, karena penelitian yang lebih lanjut terkait dengan keamaan suplementasi probiotik Bifidobacteria dan Lactobacillus acidophilus masih diperlukan agar metode pencegahan ini dapat dilakukan.
Dengan melihat beberapa penjelasan terkait cara pencegahan Necrotizing Enterocolitis tersebut diketahui bahwa, hanya sedikit diantaranya yang terbukti manjur dan dapat digunakan [5].
Namun, meskipun demikian perlu diketahui bahwa dalam pencegahan Necrotizing Enterocolitis yang paling dapat dilakukan yaitu dengan menghindari kelahiran prematur, penggunaan steroid antenatal (untuk persalinan prematur), ASI dan penggunaan makanan trofik [5].
Jika memang bayi lahir dengan berat yang sangat rendah, maka bayi tersebut harus disusui agar mengurangi risiko Necrotizing Enterocolitis [1]. Dan untuk hal ini, konseling kepada para ibu yang melahirkan bayi dengan berat sangat rendah juga merupakan salah satu strategi pencegahan Necritizing Eenteroclitis yang tepat [1].