Adanya darah pada BAB bayi sering kali membuat orang tua khawatir, namun darah pada BAB bayi tidak selalu disebabkan oleh masalah serius. BAB berdarah umum dialami bayi[1, 2].
Berbagai kondisi minor dapat menyebabkan sejumlah kecil darah masuk ke dalam feses, seperti mengejan saat BAB dan fistula anal kecil[1, 3].
Terkadang darah di dalam BAB bayi dapat menandakan adanya kondisi yang lebih berat yang perlu ditangani oleh dokter[1, 3].
Daftar isi
Penyebab BAB Berdarah pada Bayi
Berikut beberapa penyebab adanya darah pada BAB bayi[1, 2, 3, 4]:
Fisura anal (sobekan kecil pada anus) merupakan penyebab paling umum terjadinya BAB berdarah pada bayi, terjadi 90% dari semua kasus.
Fisura anal dapat disebabkan karena feses yang keras dan dapat menyebabkan peregangan serta sobeknya dinding dalam anus yang lembut. feses yang lebih cair dari normal yang mana menyebabkan kerusakan pada jaringan sensitif pada dinding dalam anus.
Pada bayi yang mengalami fisura anal terdapat garis-garis darah merah pada feses atau tisu toilet setelah dibersihkan. Fisura anal juga dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal pada bagian yang terdampak yang mana bertambah buruk selama atau setelah BAB.
Umumnya fisura anal akan sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, karena dapat menimbulkan luka terbuka pada bagian yang terpapar banyak bakteri, terkadang fisura anal dapat mengalami infeksi.
- Infeksi
Diare berdarah dapat menandakan adanya infeksi bakteri seperti salmonella atau E.coli. Infeksi oleh virus dan parasit lain pada saluran pencernaan juga dapat menimbulkan diare berdarah pada bayi.
Diare biasanya dapat membaik tanpa perawatan, tapi berpotensi mengakibatkan dehidrasi yang berbahaya pada bayi. Infeksi dapat disertai gejala lain seperti demam, rewel, dan sulit untuk disusui.
Salah satu kondisi yang paling berbahaya ialah enterokolitis nekrotikans. Infeksi ini lebih umum di antara bayi prematur dan bayi dengan kondisi kesehatan lain.
- Makanan atau Obat
Makanan tertentu seperti tomat atau bit, dapat menyebabkan timbulnya garis berwarna merah pada feses bayi. Penggunaan beberapa obat juga dapat mengakibatkan feses berwarna gelap atau merah.
- Darah dalam ASI
Terkadang, ASI mengandung darah sehingga sejumlah darah tersebut ikut tertelan saat bayi menyusu dan menyebabkan timbulnya garis merah pada feses bayi atau berubahnya warna feses menjadi kemerahan. Adanya darah dalam ASI biasanya terjadi karena ibu mengalami retak atau cedera pada puting payudara.
Jika terdapat darah dalam ASI, ibu perlu melakukan penanganan untuk mengobati puting yang terluka karena kerusakan kronis puting dapat mengganggu proses menyusui.
- Alergi Makanan dan Sensitivitas
Bayi dengan sensitivitas atau alergi makanan dapat menghasilkan BAB dengan garis-garis atau flek darah. Hal ini terjadi dalam beberapa minggu pertama bayi. Alergen utama pada bayi meliputi produk susu sapi dan kedelai.
- Pendarahan pada Saluran Pencernaan Bagian Atas
Darah berwarna gelap pada feses atau feses yang berwarna gelap dapat mengindikasikan terjadinya pendarahan pada saluran pencernaan bagian atas bayi, seperti lambung, esofagus, atau tenggorokan. Pada beberapa kasus, kondisi ini terjadi setelah suatu cedera atau karena infeksi berat.
- Gangguan pada Usus
Kolitis, peradangan pada dinding bagian dalam kolon, dan intususepsi. Intususepsi cukup umum terjadi, ditandai dengan bagian usus besar yang saling menerobos ke dalam dirinya dan mengarah pada keluarnya darah dalam feses, sehingga dapat menyebabkan adanya darah pada feses bayi.
Gejala yang ditimbulkan meliputi sakit perut, perut kembung, muntah, pusing, dan BAB berdarah.
Kapan Sebaiknya ke Dokter?
Sebaiknya segera hubungi dokter jika bayi terlihat sangat kesakitan, menunjukkan tanda sakit perut dan menangis[4, 5].
Segera periksakan ke dokter jika bayi mengalami kondisi berikut[4, 5]:
- adanya sejumlah besar darah dalam feses bayi
- diduga terjadi perlukaan pada rektum atau anus bayi
- menemukan darah pada feses bayi lebih dari dua kali
- bayi mengalami diare
- bayi di bawah usia 12 minggu
- feses bayi terlihat hitam
BAB berdarah yang disertai beberapa gejala berikut menandakan kondisi darurat[2]:
- sakit perut
- pendarahan berat pada feses
- diare
- muntah
- demam
Diagnosis BAB Berdarah pada Bayi
Dokter biasanya dapat mendiagnosis penyebab pendarahan dengan memeriksa bagian luar anus dan melakukan pemeriksaan rektum[1].
Beberapa tes lain yang dapat diperlukan meliputi[1]:
- kultur feses
- tes darah
- X-ray perut
- kolonoskopi
Pengobatan BAB Berdarah pada Bayi
Pada banyak kasus BAB berdarah pada bayi tidak diperlukan penanganan medis. Konstipasi ringan dan fisura anal sering kali dapat membaik dengan sendirinya[3, 5].
Namun karena bayi lebih rentan pada infeksi tertentu, dokter kemungkinan akan memilih mendiagnosis penyebab dan mengobatinya[1].
Pengobatan yang diberikan bergantung pada penyebabnya, meliputi[3, 5]:
- Perawatan untuk mengatasi rasa sakit fisura anal: krim topikal atau berendam dalam sitz bath (mandi duduk), mandi dengan air hangat dangkal untuk membersihkan perineum. Dokter juga dapat menganjurkan supositori gliserin untuk melumasi rektum bayi.
- Antibiotik: diresepkan untuk mengatasi infeksi tertentu atau fistula yang terinfeksi.
- Cairan: dokter dapat menganjurkan cairan IV atau minuman elektrolit untuk bayi yang mengalami dehidrasi akibat diare.
- Mengganti makanan yang dikonsumsi: mengkonsumsi lebih banyak serat dapat membantu konstipasi pada bayi yang sudah cukup usia untuk makanan padat. Bayi yang lebih muda dapat berganti susu formula atau minum lebih banyak ASI. Terkadang ibu yang menyusui perlu mengganti jenis makanan yang dikonsumsinya.
- Operasi: adanya penyumbatan pada usus yang emnyebabkan pendarahan dapat memerlukan operasi.
Pencegahan BAB Berdarah pada Bayi
Berikut beberapa langkah untuk mengurangi risiko terjadinya BAB berdarah pada bayi[1, 3]:
- Selama menyusui, ibu mengkonsumsi diet sehat yang kaya serat dan minum cukup air putih.
- Segera merawat luka atau retak pada kulit di bagian puting payudara supaya tidak keluar darah yang bisa ikut tertelan oleh bayi.
- Menjaga kebersihan bayi, terutama bagian anus saat mengalami fisura anal untuk mencegah luka mengalami infeksi
- Menjaga kebersihan diri, bayi, dan lingkungan untuk menurunkan risiko infeksi bakteri, virus, dan parasit lain.
- Memastikan bahan-bahan yang terkandung dalam produk makanan atau minuman sebelum memberikannya pada bayi. Hindari produk dengan kandungan alergen atau zat yang memicu sensitivitas pada bayi.
- Jika bayi mengalami cedera sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang dibutuhkan, sehingga tidak terjadi pendarahan internal akibat cedera tersebut.