Penyakit Autoimun: Jenis – Gejala – Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Penyakit Autoimun ?

Sistem kekebalan tubuh umumnya akan memberikan respon perlawanan untuk melindungi tubuh dari penyakit dan infeksi [1].

Namun, sistem kekebalan tubuh ternyata juga dapat memberikan respon yang salah dalam menjalankan fungsinya, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh malah menyerang sel, jaringan maupun organ tubuh yang sehat. Inilah yang kemudian disebut penyakit autoimun [1].

Penyakit autoimun ini dapat mempengaruhi berbagai sel, jaringan atau organ dalam tubuh dengan sebagian besar belum ditemukan obatnya [1, 2].

Jenis Penyakit Autoimun

Berikut ini merupakan beberapa jenis penyakit autoimun yang telah diketahui hingga kini [3, 4]:

1. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 merupakan salah satu jenis penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel penghasil insulin di pankreas.

Sedangkan, pankreas sendiri merupakan penghasil hormon insulin untuk mengatur kadar gula darah. Ketika pankreas diserang, maka kadar gula darah tidak terkontrol, meningkat, hingga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan organ lain (jantung, ginjal, mata dan syaraf).

2. Rheumatoid Arthritis (RA)

Rheumatoid arthritis juga termasuk dalam salah satu jenis penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sendi hingga menyebabkan kemerahan, rasa terbakar, nyeri dan kekakuan persendia.

Rheumatoid arthritis ini bahkan dapat berkembang pada orang-orang dengan usia yang tidak terlampau tua yaitu sejak usia 30an atau bahkan lebih muda.

3. Psoriasis Atau Artritis Psoriatik

Psoriasis atau Artritis Psoriatik merupakan penyakit autoimun yang berhubungan dengan kulit. Umumnya, sel-sel kulit memang akan tumbuh dan luruh ketika pada waktunya.

Namun, ada suatu kondisi di mana sel-sel kulit ini mengalami proses pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga menyebabkan penumpukan dan membentuk bercak merah meradang.

Tanda yang paling sering muncul dari penyakit psoriasis ini yaitu adanya sisik putih keperakan pada kulit, terjadinya pembengkakan, kekakuan dan nyeri persendian.

4. Multiple Sclerosis

Jenis penyakit imun yang mempengaruhi sistem syaraf yaitu Multiple Sclerosis. Pada kondisi ini, selubung mielin rusak sehingga kecepatan transmisi pesan antara otak dan sumsum tulang belakang ke dan dari seluruh tubuh menjadi lebih lambat.

Mengingat, selubung mielin memiliki peranan penting dalam melindungi sel-sel saraf di sistem saraf pusat.

Gejala penyakit Multiple Sclerosis ini dapat meliputi mati rasa, gangguan keseimbangan, dan bahkan kesulitan berjalan.

5. Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

Lupus Eritematosus Sistemik merupakan penyakit autoimun yang mempengaruhi kulit dan juga banyak organ lain dalam tubuh, termasuk persendian, ginjal, otak dan jantung.

Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik dapat menimbulkan gejala berupa muncul ruam pada kulit, sendi terasa nyeri hingga kelelahan.      

6. Penyakit Radang Usus

Penyakit Radang Usus merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada lapisan dinding usus. Jenis penyaki radang usus diketahui juga dapat mempengaruhi saluran gastrointestinal yang berbeda.

Untuk penyakit Crohn, dapat mempengaruhi saluran pencernaan (dari mulut hingga anus), sedangkan kolitiis ulserativa mempengaruhi lapisan usus besar dan rektum.

7. Penyakit Addison

Salah satu jenis penyakit autoimun yang disebut dengan Penyakit Addison merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi kelenjar adrenal.

Adapun kelenjar adrenal ini merupakan kelenjar yang berfungsi dalam menghasilkan hormon kortisol, aldosterone dan hormon androgen.

Jika hormon kortisol terlalu sedikit maka kemampuan tubuh menggunakan dan menyimpan karbohidrat serta gula (glukosa) akan terpengaruh.

Sedangkan hormon aldosterone yang mengalami defisiensi dapat menyebabkan aliran darah kehilangan natrium dan kelebihan kalium.  

8. Penyakit Graves

Penyakit Graves merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid di leher.

Kelenjar tiroid sendiri merupakan kelenjar yang berfungsi mengontrol penggunaan energi tubuh atau dikenal sebagai metabolisme.

Dengan kata lain, Penyakit Graves menyebakan hormon diproduksi dalam jumlah yang terlalu banyak. Oleh karena itum gejala yang dapat terjadi yaitu gugup, detak jantung yang cepat, intoleransi panas dan perunuran berat badan.

9. Sindrom Sjögren

Penyakit autoimun yang disebut sebagai Sindrom Sjögren merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi kelenjar pelumas pada mata dan mulut.

Selain mata dan mulut, Sindrom Sjögren ternyata juga merupakan penyakit autoimun yang dapat mempengaruhi persendian atau kulit.

10. Tiroiditis Hashimoto

Penyakit autoimun Tiroiditis Hashimoto merupakan suatu kondisi di mana hormon tiroid produksinya melambat hingga tubuh kekurangan hormon tiroid.

Tiroiditis Hashimoto ini menimbulkan beberapa gejala seperti [3]:

  • Penambahan Berat Badan
  • Lebih mudah kedinginan
  • Kelelahan
  • Rambut rontok
  • Pembengkakan tiroid (gondok)

11. Miastenia Gravis

Miastenia Gravis merupakan penyakit autoimun yang mempengaruhi impuls saraf yang bertugas mengontrol otot. Oleh karena itu, Miastenia Gravis dapat menyebakan komunikasi dari saraf ke otot menjadi terganggu.

Adapun otot yang sering terganggu dapat meliputi otot yang mengontrol [3]:

  • Gerakan mata
  • Pembukaan kelopak mata
  • Menelan
  • Gerakan wajah

12. Vaskulitis Autoimun

Vaskulitis Autoimun adalah satu dari beberapa penyakit autoimun, di mana pembuluh darah yang sehat diserang oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi dari infeksi ataupun penyakit.

Vaskulitis Autoimun kemudian menyebabkan peradangan yang mempersempit arteri dan vena sehingga membatasi jumlah aliran darah yang melaluinya.

13. Anemia Pernisiosa

Penyakit autoimun Anemia Pernisiosa merupakan kondisi kekurangan protein yang dibuat oleh sel lapisan perut (faktor intrinsik yang dibutuhkan usus kecil untuk menyerap vitamin B12).

Jika vitamin tersebut tidak tercukupi maka anemia mungkin akan terjadi. Selain itu kemampuan tubuh mensintesis DNA mungkin juga padat terpengaruh.

14. Penyakit Celiac

Penyakit Celiac menyebabkan seseorang tidak dapat mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Gluten ini merupakan protein yang ditemukan dalam gandum maupun biji-bijian.

Penyakit Celiac tidak boleh mengonsumsi gluten karena gluten dapat membuat sistem kekebalan tubuh menyerang saluran pencernaan hingga menyebabkan peradangan.

Oleh karena itu, Penyakit Celiac termasuk juga dalam salah satu jenis penyakit autoimun. Adapun gejalanya dapat berupa diare dan sakit perut.

15. Sindrom Guillain-Barre

Sindrom Guillain-Barre suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang saraf yang mengendalikan otot-otot di kaki, lengan dan tubuh bagian atas.

Oleh karena itu Sindrom Guillain-Barre termasuk dalam salah satu penyakit autoimun. Adapun Sindrom Guillain-Barre ini dapat menimbulkan kelemahan yang terkadang menjadi parah.

Faktor Risko Penyakit Imun

Penyakit autoimun dapat dialami oleh siapa saja, namun beberapa faktor berikut ini diketahui dapat meningkatkan risikonya [5]:

  • Genetika

Gen tertentu mungkin diwarisi seseorang dan membuat seseorang lebih berisiko mengembangkan penyakit autoimun.

  • Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan seperti sinar matahari, bahan kimia atau infeksi virus dan bakteri mungkin membuat seseorang lebih berisiko mengembangkan penyakit autoimun.

  • Jenis Kelamin

Jenis kelamin wanita diketahui lebih berisiko mengalami penyakit autoimun dibandingkan dengan pria.

  • Ras

Ras kulit putih ternyata lebih rentan mengembangkan penyakit autoimun seperti diabetes tipe 1.

  • Kondisi Autoimun Lainnya

Kondisi autoimun yang lainnya dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan penyakit autoimun yang lain.

Kapan Harus Kedokter ?

Jika mengalami gejala penyakit autoimun maka sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri kedokter. Adapun dokter umum nanti mungkin akan merujuk kedokter spesialis sesuai dengan penyakit autoiimun yang diderita, seperti [3]:

  • Rheumatologists untuk penyakit sendi (rheumatoid arthritis dan sindrom Sjögren)
  • Ahli gastroenterologi untuk penyakit pada saluran pencernaan (penyakit celiac dan Crohn)
  • Ahli endokrin untuk penyakit pada kelenjar (penyakit Graves, tiroiditis Hashimoto, dan penyakit Addison)
  • Dermatologis untuk penyakit kulit (psoriasis)

Diagnosis Penyakit Autoimun

Diagnosis penyakit autoimun mungkin lebih rumit dari kelihatannya, mengingat gejalanya kadang tumpeng tindih dengan gejala penyakit atau gangguan kesehatan lain. Misalnya, lupus yang mempengaruhi persendian akan tumpang tindih dengan rheumatoid arthritis [5].

Untuk mengatasi tumpang tindih ini, beberapa tes mungkin akan dilakukan untuk mendiagnosis penyakit autoimun secara tepat, termasuk [2]:

  • Tes ANA (Antinuklear Antibodi)
  • Tes Darah: Immunoglobulin A (IgA)
  • Tes Protein C-Reaktif (CRP)
  • Tes Darah Pelengkap
  • Tingkat Sedimentasi Eritrosit (ESR)
  • Tes Darah Imunofiksasi (IFE)
  • Tes Darah Imunoglobulin
  • Tes Farmakogenetik

Cara Mengatasi Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun diketahui masih belum ditemukan obat yang dapat benar-benar menyembuhkannya. Hingga kini, fokus pengobatan pada penyakit autoimun difokuskan untuk [5]:

  • Mengurangi atau menghilangkan gejala
  • Memperlambat perkembangan penyakit
  • Meningkatkan kualitas hidup

Dalam perawatan penyakit autoimun, pendekatan berbeda didasarkan pada kondisi yang berbeda-beda. Adapun perawatan yang umum dapat meliputi [5]:

  • Menghilangkan Gejala

Dalam mengurangi atau menghilangkan gejala yang disebabkan oleh penyakit autoimun, penggunaan aspirin atau ibuprofen mungkin akan disarankan.

Mengingat obat tersebut dapat mengurangi rasa sakit dan pembengkakan ringan yang menjadi gejala penyakit autoimun. Selain itu, obat-obatan mungkin juga akan diresepkan untuk mengatasi [5]:

  1. Depresi
  2. Kecemasan
  3. Kelelahan
  4. Gangguan tidur
  5. Ruam

Perawatan penyakit autoimun mungkin juga akan terbantu dengan melakukan olahraga teratur yang didukung oleh diet sehat yang bergizi seimbang.

  • Minum Obat Pengganti

Minum obat pengganti dalam hal ini dapat berarti menggantikan zat tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh dengan obat tertentu.

Misalnya, pada penderita diabetes tipe 1 tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, suntikan insulin mungkin akan diresepkan untuk mengatasi kekurangan insulin pada tubuh.

Sedangkan untuk penyakit tiroid, minum pil yang mengandung sintesis hormon tiroid mungkin akan membantu mengatasinya.

  • Mengonsumsi Imunosupresan

Konsumsi imunosupresan diketahui dapat membantu meredakan gejala penyakit autoimun dengan menekan sistem kekebalan tubuh.

Namun, perlu diketahui juga bahwa, penggunaan imunosupresan ini memiliki efek samping sehingga hanya boleh dikonsumsi atas resep dan dalam pengawasan dokter.

  • Menghindari Pemicu

Menghindari pemicu respon sistem kekebalan tubuh mungkin merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini mungkin sangat berperan penting dalam menghilangkan gejala bahkan memperlambat perkembangan penyakit autoimun.

Misalnya, penderita celiac harus menghindari gluten karena gluten merupakan pemicu respon keliru sistem kekebalan tubuh pada saluran pencernaan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment