8 Penyebab Anak Sering Ngompol Saat Tidur

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Mengompol saat tidur di malam hari disebut sebagai nocturnal enuresis, yaitu pengeluaran urin secara tidak disengaja atau tidak disadari selama tidur. Mengompol merupakan masalah yang umum dialami oleh anak-anak, meski sudah dilatih untuk buang air kecil di toilet [1].

Kebanyakan anak dapat mengendalikan kandung kemih mereka selama siang dan malam hari menjelang usia 4 tahun. Sekitar 10% anak usia 6 atau 7 tahun tidak secara tidak sengaja mengompol saat siang atau malam hari. Jika anak mengalami masalah pengendalian kandung kemih selama tidur setelah usia 7 tahun, orang tua perlu lebih memperhatikan[1, 2].

Mengompol saat tidur di malam hari umum terjadi pada lebih dari 5 juta anak di Amerika Serikat. Mengompol saat tidur malam lebih umum di antara anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan[2, 3].

Biasanya, mengompol tidak disebabkan oleh suatu kondisi medis atau psikologis tertentu. Hanya sebagian kecil dari anak yang mengalami kondisi medis yang menyebabkan mengompol[1].

Anak dapat sering mengompol karena pengaruh beberapa faktor seperti berikut[1, 2, 3, 4]:

1. Riwayat Keluarga (Faktor Genetik)

Kebiasaan sering mengompol dapat menurun dari orang tua. Hal ini diduga disebabkan oleh “gen mengompol” di dalam keluarga.

Setengah dari anak-anak yang memiliki kebiasaan mengompol saat tidur memiliki orang tua yang memiliki kebiasaan serupa saat kecil. Anak dari orang tua yang sering mengompol setelah berusia lebih dari 5 tahun, memiliki 40% kemungkinan mengalami kebiasaan yang sama.

Kemungkinan anak memiliki kebiasaan mengompol meningkat hingga 75% jika kedua orang tua memiliki kebiasaan mengompol saat kecil. Kerabat dekat anak (bibi, paman, dan kakek-nenek) juga dapat memiliki “gen mengompol” meskipun tidak diketahui.

Anak tanpa riwayat kebiasaan mengompol dalam keluarga hanya memiliki risiko mengompol sebesar 15%.

2. Konstipasi

Kandung kemih dan usus terletak berdekatan antara satu sama lain. Tekanan dari kotoran/sisa makanan pada sistem pencernaan di dalam rektum dapat mempengaruhi sinyal saraf yang dikirim dari kandung kemih ke otak.

Rektum yang penuh juga dapat menurunkan jumlah urin yang dapat ditampung dalam kandung kemih, atau mencegah kandung kemih untuk benar-benar mengosongkan urin di dalamnya saat buang air kecil.

Dalam kasus ini, untuk mengatasi mengompol terlebih dahulu perlu menangani konstipasi yang dialami. Rasa sakit atau straining membuang air besar juga dapat mempengaruhi seringnya anak mengompol.

3. Hormon

Hormon vasopresin membatasi jumlah urin yang dihasilkan tubuh saat malam hari. Vasopresin bekerja dengan memicu reabsorpsi (penyerapan kembali) air dalam urin sehingga jumlah urin yang memasuki kandung kemih lebih sedikit. Anak yang memiliki produksi rendah hormon vasopresin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengompol.

Jumlah urin yang diproduksi juga dipengaruhi oleh hormon ADH (antidiuretic hormone). ADH memicu produksi urin yang lebih sedikit. Ketika produksi hormon ADH menurun, maka akan dihasilkan urin dalam jumlah yang lebih banyak.

Fungsi hormon ADH dapat terganggu akibat konsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein serta minuman berkarbonat. Akibatnya, jumlah urin yang dihasilkan menjadi berlebihan.

4. Kapasitas Kandung Kemih Lebih Kecil

Anak dapat memiliki kandung kemih berukuran normal namun dengan kapasitas fungsional kecil, sehingga kandung kemih lebih cepat terasa penuh meskipun sebenarnya masih dapat menampung lebih banyak urin.

Anak dengan kondisi ini cenderung lebih sering membuang air kecil selama siang hari dan dapat mengalami desakan mendadak untuk ke kamar mandi. Anak dengan kapasitas kandung kemih yang lebih kecil juga berisiko lebih tinggi untuk mengompol saat malam hari.

5. Masalah Emosional atau Psikologis

Segala bentuk tekanan emosional dapat mengarah pada masalah anak mengompol. Tekanan emosional dapat disebabkan karena peristiwa traumatik atau gangguan dalam kegiatan sehari-hari yang biasa, misalnya pindah rumah atau pindah sekolah.

Anak yang mengalami stress sosial berpotensi menjadi sering mengompol. Orang tua dapat mewaspadai berbagai stress sosial yang mempengaruhi anak, meliputi:

  • Memiliki adik baru
  • Tidur sendiri
  • Mulai sekolah baru
  • Krisis keluarga
  • Terjadinya kecelakaan atau trauma

Anak-anak dengan gangguan belajar atau masalah perhatian biasanya merasa lebih mudah tertekan. Mereka umumnya memiliki masalah sering mengompol.

Masalah sering mengompol pada anak juga dapat menimbulkan stress tersendiri. Jika stress akibat masalah anak mengompol mempengaruhi anak dan keluarga, kondisi dapat bertambah buruk.

Anak yang mengompol sering kali merasa takut jika ketahuan dan diejek oleh teman atau saudara-saudaranya. Orang tua sebaiknya mengutamakan untuk membantu anak mengatasi stress yang dialami.

Jika anak sering mengompol akibat stress, maka setelah stress tersebut diatasi anak dapat berhenti mengompol.

6. Tidur Nyenyak

Anak-anak yang sering mengompol sering disebut sebagai orang yang tidur nyenyak. Pola tidur nyenyak (deep sleep) dapat menjadi bagian normal dari perkembangan anak menuju kedewasaan, sebagaimana jadwal tidur yang buruk dan tidur terlalu sebentar.

Dalam kondisi normal, ketika kandung kemih penuh akan dikirim sinyal ke otak. Kemudian otak akan mengirimkan sinyal kembali ke kandung kemih untuk relaksasi dan melebar sehingga dapat  menampung lebih banyak urin. Saat kandung kemih penuh, akan dikirimkan sinyal ke otak secara terus menerus hingga anak terbangun dari tidur.

Akan tetapi, tidur nyenyak mempengaruhi cara kandung kemih berkomunikasi dengan otak. Saat tidur nyenyak, alih-alih terbangun untuk pergi ke toilet, otot dasar panggul merelaksasi dan mengosongkan kandung kemih saat anak sedang tidur.

Kendali kandung kemih dilakukan oleh otak dan akan berkembang dengan sendirinya seiring waktu, atau dapat dipercepat dengan perawatan.

7. Gangguan Tidur

Beberapa anak mengalami gangguan tidur seperti tidur berjalan atau tidur apnea obstruktif. Anak dengan tidur apnea obstruktif memiliki saluran pernapasan yang tersumbat sebagian sehingga dapat menghentikan pernapasan secara singkat saat sedang tidur.

Tidur apnea obstruktif menyebabkan anak mendapatkan lebih sedikit oksigen, yang akan menyebabkan jantung menghasilkan atrial natriuretic peptide (ANP). Substansi ini akan mengakibatkan ginjal memproduksi urin berlebih saat malam hari.

8. Kondisi Medis Tertentu

Jika anak menjadi sering mengompol lagi setelah anak terbiasa tanpa mengompol selama 6 bulan atau lebih, maka kemungkinan disebabkan oleh adanya suatu kondisi medis.

Berikut beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan anak sering mengompol:

  • Infeksi Saluran Urin

Infeksi saluran urin mengakibatkan kandung kemih mengalami iritasi sehingga timbul gejala seperti rasa sakit atau iritasi ketika buang air kecil, desakan yang lebih kuat untuk buang air kecil, dan lebih sering buang air kecil. Infeksi saluran urin pada anak-anak dapat mengindikasikan adanya masalah lain, seperti abnormalitas anatomik.

Sering mengompol dapat merupakan gejala awal diabetes tipe 1 pada anak. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar gula darah.

Penderita diabetes memiliki kadar gula darah tinggi. Tubuh pasien akan meningkatkan pengeluaran urin untuk menurunkan kadar gula. Sehingga pasien diabetes biasanya mengalami sering buang air kecil.

  • Abnormalitas Struktur

Abnormalitas pada organ, otot, atau saraf yang terlibat dalam urinasi dapat menyebabkan inkontinensia atau masalah urinasi lainnya yang dapat menimbulkan keseringan mengompol.

  • Masalah Neurologis

Penyakit neurologis seperti masalah pada sumsum tulang belakang yang berkembang saat anak tumbuh atau dialami sejak awal masa anak-anak dapat mengakibatkan mengompol.

Masalah pada sumsum tulang belakang dapat dipertimbangkan jika anak mengalami gejala lain seperti mati rasa, sensasi kesemutan, atau sakit pada kaki. Namun, kondisi ini termasuk kasus sangat langka menjadi penyebab anak sering mengompol.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment