Hematuria atau kencing berdarah adalah istilah medis untuk adanya darah pada urin. Pada hematuria mikroskopis, urin tampak normal dengan mata telanjang, tetapi jika diperiksa dengan mikroskop, akan tampak sel darah merah. Pada hematuria kotor, urin berwarna merah atau kecoklatan, atau terlihat adanya darah sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan mikroskop.[1, 2]
Kencing berdarah pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi dan penyakit, seperti infeksi, penyakit ginjal, kanker, dan kelainan darah. Darah pada urin dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan. Hematuria yang tidak diobati dapat menyebabkan memburuknya penyakit seperti kanker dan penyakit ginjal, sehingga disarankan untuk segera ke dokter jika terjadi hematuria. Dokter akan menganalisis urin dengan uji urin untuk mengetahui penyebab kencing berdarah pada lansia [1, 2].
Menurut Dr. Tarun Jain, ahli urologi, masalah sistem perkemihan sering terjadi pada orang usia lanjut. Pada kondisi ini, area yang terpengaruh yaitu ginjal dan saluran kemih. Terdapat bagian yang tidak dapat menyaring sel darah dan menyebabkan kebocoran [3].
Faktor-faktor yang membuat adanya darah pada urin antara lain:[4]
- Usia. Banyak pria yang berusia lebih dari 50 tahun yang mengalami hematuria karena pembesaran kelenjar prostat.
- Infeksi. Peradangan ginjal setelah adanya infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan darah pada urin.
- Genetik. Riwayat penyakit keluarga seperti penyakit ginjal membuat tubuh menjadi lebih rentan mengalami hematuria.
- Obat-obatan. Aspirin, Pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid, dan antibiotic seperti penisilin diketahui dapat meningkatkan risiko pendarahan saluran kemih.
- Latihan yang berat. Pelari jarak jauh sangat rentan terhadap hematuria akibat olahraga.
Penyebab Kencing Berdarah pada Lansia
Kencing berdarah dapat disebabkan oleh banyak kemungkinan dan darah mungkin berasal dari sumber yang berbeda-beda.
- Infeksi
Infeksi adalah salah satu penyebab kencing berdarah pada lansia yang paling umum. Infeksi bisa terjadi pada saluran kemih, kandung kemih, dan ginjal. infeksi pada saluran kemih terjadi ketika bakteri memasuki tubuh melalui uretra dan berkembang biak di kandung kemih. [1, 4]
Gejala yang dialami adalah buang air kecil terus-menerus, nyari dan rasa terbakar saat buang air kecil, dan urin berbau sangat kuat. Infeksi pada ginjal terjadi ketika bakteri memasuki ginjal dari aliran darah atau berpindah dari ureter ke ginjal. Infeksi ginjal cenderung menyebabkan demam dan nyeri pinggang [1, 4].
Batu pada ginjal adalah kristal yang terbentuk dari mineral pekat yang ada pada urin. Lama kelamaan, kristal tersebut mengeras dan menjadi batu. Batu yang berukuran besar dapat menyebabkan penyumbatan yang sering mengakibatkan hematuria dan rasa nyeri. [1, 4]
Batu pada ginjal umumnya tidak menimbulkan rasa sakit sehingga seringkali penderita tidak menyadarinya, kecuali jika batu tersebut menyebabkan penyumbatan. Batu ginjal dapat menyebabkan pendarahan kecil dan besar [1, 4].
- Pembesaran Kelenjar Prostat
Pada pria paruh baya, pembesaran kelenjar prostat (BPH) menjadi penyebab kencing berdarah yang umum. Kelenjar prostat berada tepat di bawah kandung kemih dan mengelilingi bagian uretra atas. Kelenjar prostat yang membesar dapat menekan uretra dan menghalangi aliran urin, dan menyebabkan masalah buang air kecil dan kandung kemih tidak dapat kosong sepenuhnya. Hal ini menyebabkan infeksi saluran kemih dengan darah dalam urin. Tanda dan gejala pembesaran kelenjar prostat adalah kesulitan buang air kecil, terus menerus buang air kecil, dan adanya darah pada urin [1, 4].
- Penyakit Ginjal
Ginjal yang sakit atau meradang dapat menjadi penyebab kencing berdarah pada lansia. Penyakit ginjal dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai dampak dari penyakit lain, misalnya diabetes. Pendarahan urin mikroskopis adalah gejala umum glomerulonephritis, yaitu peradangan pada sistem penyaringan ginjal. [1, 4]
Infeksi virus atau peradangan, penyakit pembuluh darah atau vasculitis, dan masalah imunitas seperti nefropati IgA, yang memengaruhi kapiler kecil yang menyaring darah pada ginjal, yaitu glomeruli, dapat memicu glumerulonefritis [1, 4].
- Kanker
Kanker kandung kemih, ginjal, atau prostat dapat menyebabkan adanya darah pada urin. Kencing berdarah dapat menjadi gejala yang sering terjadi pada kasus kanker stadium lanjut. Menurut Dr. Tarun Jain, kanker prostat merupakan penyakit yang umum pada pria usia lanjut, dimana prostat tumbuh tak terkendali dan akan berbahaya jika diabaikan [1, 3, 4].
- Gangguan atau Penyakit Turunan
Anemia sel sabit, yaitu kelainan hemoglobin dalam sel darah merah, dapat menyebabkan kencing berdarah, baik mikroskopis maupun kotor. Begitu juga dengan sindrom Alport, yang memengaruhi membran penyaringan di glomeruli ginjal [4].
- Obat-obatan
Obat-obatan anti kanker seperti siklofosfamid dan penisilin dapat menyebabkan pendarahan saluran kemih. Bahan antikoagulan seperti aspirin dan pengencer darah heparin juga dapat menyebabkan adanya darah pada urin [1, 4].
- Latihan yang Berlebihan
Olahraga berat berkaitan dengan trauma pada kandung kemih, dehidrasi, atau kerusakan sel darah merah. Pelari merupakan kelompok atlet yang paling sering terkena hematuria. Namun, tetap saja hematuria dapat terjadi pada siapapun yang telah melakukan latihan yang intens. Jika setelah berolahraga terdapat darah pada urin, disarankan untuk segera menemui dokter [4].
- Disfungsi Terkait Usia
Pada wanita, kencing berdarah dapat terjadi karena disfungsi kandung kemih terkait usia, otot dasar panggul yang lemah, dan kondisi pascamenopause [3].
Kapan Harus Menemui Dokter?
Adanya darah pada urin dapat menjadi tanda penyakit yang serius, sehingga sebaiknya segera menemui dokter saat pertama kali mengetahuinya, bahkan jika darah yang ada pada urin dalam jumlah sedikit. Begitu juga jika ada gejala seperti sering buang air kecil, sulit buang air kecil, sakit saat buang air kecil, sakit perut, atau sakit ginjal, sebaiknya segera menemui dokter atau layanan kesehatan. Gejala-gejala tersebut mungkin merupakan gejala hematuria mikroskopis. Gejala hematuria dapat diikuti dengan gejala-gejala lain seperti mual, muntah, demam, rasa sakit di sisi punggung atau perut [1].