Rematik adalah radang sendi kronis yang dapat menyebabkan kerusakan hingga kecacatan pada tulang dan tulang rawan. Rematik merupakan akibat dari interaksi kompleks dari faktor genetik, faktor lingkungan, dan infeksi [1]
gejala -gejala rematik, yaitu [3]:
- Rasa nyeri di lebih dari satu persendian
- Rasa kaku di lebih dari satu persendian
- Rasa tertekan di lebih dari satu persendian
- Gejala yang sama di kedua sisi tubuh (misalnya pada kedua tangan atau pada kedua lutut)
- Penurunan berat badan
- Demam
- Mudah lelah
Rematik pada umumnya terjadi ketika memasuki usia lansia, akan tetapi tidak menutup kemungkinan rematik dapat terjadi sejak usia muda. Diketahui bahwa 8 dari 100.000 individu mengalami rematik pada usia 18 sampai 34 tahun [2]. Faktor -faktor yang berperan akan terjadinya rematik di usia muda, yaitu:
Daftar isi
1. Faktor Genetik
Pada individu yang memiliki riwayat keluarga menderita rematik memiliki kemungkinan tiga hingga lima kali lebih tinggi untuk juga menderita rematik[1].
Saat ini diketahui kemungkinan seseorang dengan riwayat keluarga rematik memiliki kemungkinan 40-65% untuk juga menderita rematik seropositif, sedangkan untuk kemungkinan rematik seronegatif lebih kecil, yaitu kurang dari 20% [1].
Gen yang diketahui dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya rematik atau memperparahnya yaitu gen HLA (human leukocyte antigen) kelas II[4].
Faktor resiko ini menjadi lebih tinggi apabila individu dengan gen tersebut terpapar oleh faktor lingkungan seperti kebiasaan merokok atau obesitas [4].
2. Jenis Kelamin
Mayoritas kondisi rematik, termasuk osteoarthritis (OA), rheumatoid arthritis (RA), dan fibromialgia lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria[4].
Hingga saat ini para peneliti belum dapat memastikan penyebab pasti terkait penyakit rematik yang lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan oleh pria, akan tetapi, berbeda dengan gout arthritis yang lebih banyak terjadi pada pria[5].
3. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan sendi menanggung beban yang lebih berat, jika berlangsung dalam waktu yang lama hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada persendian[4].
Pada individu yang overweight atau obesitas memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami osteoarthritis pada lutut dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal[4].
Kelebihan berat badan memberikan beban yang lebih tinggi pada persendian, khususnya pada persendian yang menumpu berat badan, yaitu persendian pada pinggul dan lutut [4].
4. Kebiasaan Merokok
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan faktor resiko seseorang terkena penyakit rematik dan dapat menyebabkan penyakit menjadi lebih parah [4].
Merokok diketahui memiliki peran ganda sebagai faktor resiko terjadinya rematik di usia dini, yaitu dengan memicu produksi autoantibodi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya rematik dan sebagai agen penyebab timbulnya inflamasi di persendian [6].
Cara Mengatasi Rematik di Usia Muda
Hingga saat ini belum ditemukan suatu jenis pengobatan yang dapat menyembuhkan rematik. Perawatan yang dilakukan pada rematik berfokus pada[7]
- Menghentikan atau mengurangi inflamasi yang tengah terjadi
- Mengurangi gejala rematik
- Menghindari kerusakan lebih lanjut pada persendian dan organ-organ tubuh
- Meringankan resiko komplikasi jangka panjang yang disebabkan oleh rematik
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan rematik di usia muda, yaitu:
- Meningkatkan Aktivitas Fisik
Beraktivitas fisik merupakan cara sederhana dan terbukti efektif dapat meredakan nyeri rematik. Selain dapat mengurangi rasa sakit akibat rematik, beraktivitas fisik dapat meningkatkan fungsi persendian, meningkatkan mood, dan meningkatkan kualitas hidup penderita rematik[8].
Memulai aktivitas fisik dapat dengan melakukan kegiatan-kegiatan ringan sehari-hari, berjalan kaki, stretching atau bersepeda [8].
Pada individu yang berhenti merokok diketahui bahwa rasa sakit, nyeri, dan gejala lain yang ditimbulkan oleh rematik menjadi berkurang [9].
Selain itu berhenti merokok juga dapat menurunkan resiko mortalitas atau morbiditas akibat penyakit kardiovaskular dan vaskulitis dan noduli pada rematik [10].
Bagi penderita rematik yang juga mengalami obesitas, penting untuk melakukan penurunan berat badan. Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan pada persendian, khususnya bagi persendian yang menumpu berat badan, seperti persendian pinggul dan lutut[8].
Menurunkan berat badan dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup, seperti mengkonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara rutin [8].
- Melindungi Persendian
Cedera pada persendian dapat memperparah rematik yang sudah ada. Penting untuk memilih melakukan aktivitas yang mudah dan tidak memberatkan persendian, misalnya berjalan-jalan, bersepeda, atau berenang[8].
Aktivitas yang ringan menurunkan resiko terjadinya cedera dan tidak memberikan tekanan yang terlalu besar pada persendian [8].
- Obat-Obatan
Obat obatan yang digunakan untuk mengatasi masalah rematik yaitu DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) dan TNF (Tumor Necrosis Factor Inhibitor). kedua jei-nis pengobatan tersebut merupakan pilihan pertama dan kedua yang paling utama dalam pengobatan rematik [11].
Pada perokok kedua obat-obatan TNF tidak dapat bekerja secara efektif, dan dapat diganti dengan rituximab, yaitu obat imunosupresif yang berfungsi untuk menekan sel B [12].
Rematik secara umum menyerang persendian, sering kali menyerang beberapa persendian dalam satu waktu. Persendian yang sering kali terkena rematik yaitu pada persendian tangan, pergelangan tangan, dan lutut[3].
Pada persendian yang terserang rematik, terjadi peradangan pada lapisan sendi, lebih lanjut hal ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan persendian[3].
Kerusakan jaringan pada persendian ini dapat berlangsung dalam waktu lama dan menyebabkan rasa sakit kronis, berkurangnya keseimbangan tubuh, dan deformitas atau kecacatan[3].