6 Obat Rematik yang Ada di Apotik

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Rematik ialah penyakit yang mempengaruhi kesehatan sendi. Rematik menyebabkan peradangan, sakit, dan kemerahan pada sendi yang terdampak[1].

Terdapat 5 kelas obat yang umum digunakan untuk mengatasi rematik, yaitu NSAID (non-steroidal anti-inflammatory drug), kortikosteroid, DMARD (disease modifying anti rheumatic drugs), biologik, dan analgesik. Selain kelima kelas obat tersebut, terdapat beberapa obat golongan lain yang dapat membantu mengatasi rematik[2, 3].

Beberapa jenis obat rematik dapat dibeli di apotik tanpa resep, sementara beberapa obat tertentu hanya bisa dibeli dengan resep dokter[2].

Berikut berbagai obat rematik yang dijual di apotik:

1. NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drug)

NSAID termasuk salah satu obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi gejala rematik serta kondisi lain yang berkaitan. NSAID efektif untuk mengurangi inflamasi (peradangan), rasa sakit dan demam[1, 2].

Obat NSAID berisiko menimbulkan efek samping seperti[1]:

  • Iritasi perut
  • Ulser
  • Erosi atau terbentuknya lubang pada perut atau usus
  • Pendarahan lambung
  • Kerusakan ginjal

Jika pasien menggunakan NSAID dalam jangka waktu lama, dokter biasanya akan memantau fungsi ginjal, terutama pada pada pasien yang telah mengalami penyakit ginjal[1].

Terdapat beberapa obat NSAID yang dapat dibeli bebas, tapi obat NSAID dengan dosis yang lebih kuat hanya dapat dibeli berdasarkan resep dokter[1].

Obat NSAID yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain[1, 4]:

  • Aspirin

Aspirin (acetylsalicylic acid) merupakan pereda rasa sakit oral. Aspirin membantu meringankan rasa sakit, demam, dan inflamasi.

Ibuprofen merupakan obat NSAID yang paling umum digunakan. Hindari menggunakan ibuprofen selama lebih dari beberapa hari dalam sekali waktu, kecuali atas petunjuk dokter. Penggunaan ibuprofen dalam jangka lama dapat menyebabkan pendarahan perut. Orang berusia lanjut memiliki risiko lebih besar mengalami pendarahan.

Naproxen sodium sering kali digunakan sebagai pengganti ibuprofen karena obat ini memiliki lebih sedikit efek samping.

Ibuprofen dan naproxen sodium juga tersedia dalam dosis yang lebih kuat yang dapat digunakan dengan resep. Biasanya dokter akan memberikan resep NSAID yang lebih kuat jika penanganan belum efektif dengan obat tanpa resep[1].

Obat NSAID yang memerlukan resep untuk pembelian, antara lain[1]:

2. Kortikosteroid

Obat kortikosteroid disebut juga sebagai steroid. Kortikosteroid tersedia dalam bentuk oral dan injeksi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi peradangan pada pasien rematik serta mengurangi rasa sakit dan kerusakan yang diakibatkan peradangan tersebut[1, 4].

Obat kortikosteroid tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang karena berpotensi menimbulkan efek samping serius. Selain itu, efektivitas kortikosteroid sering kali berkurang seiring waktu. Sehingga makin lama digunakan, efek meredakan gejala makin berkurang[4, 5].

Berikut beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan kortikosteroid[1, 2, 4]:

Dokter dapat meresepkan kortikosteroid untuk meredakan gejala rematik dengan cepat untuk beberapa saat. Injeksi steroid lokal dapat digunakan untuk sakit sendi spesifik, biasanya dengan dosis maksimal 3 injeksi per tahun[2, 4].

Kortikosteroid yang umum diresepkan untuk mengatasi rematik meliputi[1, 2, 4]:

3. DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)

DMARD ialah obat yang bekerja dengan perlahan dan merupakan perawatan pertama yang dianjurkan untuk rematik. Tidak seperti obat lain yang meringankan rasa sakit dan peradangan untuk sementara, DMARD dapat memperlambat progres rematik. Sehingga seiring waktu pasien akan mengalami lebih sedikit gejala dan kerusakan sendi[1, 2].

Obat DMARD digunakan dalam jangka waktu lama dan memerlukan beberapa minggu atau bulan untuk bekerja dengan efektif. Ketika pasien menggunakan DMARD, dokter akan melakukan tes darah secara berkala untuk memantau enzim hati[4].

Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat DMARD meliputi[4]:

  • Sakit perut
  • Mual
  • Diare
  • Rambut rontok
  • Radang mulut
  • Ruam ataueaksi kulit serius
  • Masalah pada hati, ginjal, atau paru-paru

Obat DMARD yang umum diresepkan dokter untuk mengatasi rematik meliputi[1, 4, 5]:

Methotrexate sering kali merupakan obat yang diresepkan pertama kali untuk pasien yang baru didiagnosis rematik[5].

4. Biologik

Jenis obat yang disebut biologik diproduksi dari organisme hidup, merupakan kelas baru dari DMARD. Obat biologik menargetkan sel radang, interaksi seluler, dan sitokin tertentu yang menyebabkan kerusakan jaringan terkait rematik. Dengan demikian, obat ini membantu mengurangi gejala dan memperlambat progres penyakit[1, 2].

Obat biologik diresepkan sebagai terapi tambahan setelah penanganan dengan methotrexate atau DMARD lain tidak efektif meringankan gejala dan menghambat progres penyakit[2].

Pengobatan biologik menekan sistem kekebalan tubuh dan dapat membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi[4].

Efek samping selain infeksi yang dapat ditimbulkan obat ini ialah[4]:

Obat biologik yang umum digunakan meliputi[1]:

5. Analgesik

Analgesik bekerja meringankan gejala dengan mengubah cara tubuh merasakan sakit. Obat analgesik efektif untuk meredakan sakit sementara selama flare up tapi tidak dianjurkan secara umum karena tersedianya penanganan lain yang lebih efektif[2].

Obat analgesik yang dapat dibeli tanpa resep dokter dan umum digunakan ialah acetaminophen. Acetaminophen dapat meredakan rasa sakit ringan hingga sedang, tapi tidak memiliki aktivitas anti peradangan[1].

Acetaminophen tersedia dalam bentuk tunggal atau kombinasi. Penggunaan dalam dosis besar dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati. Hindari penggunaan lebih dari 4.000 mg per hari[4].

Obat analgesik lain yang digunakan untuk mengatasi rematik ialah opioid. Obat opioid hanya dapat dibeli dengan resep dokter[1, 4].

Opioid tersedia dalam bentuk oral dan injeksi. Obat ini hanya digunakan pada rematik berat yang menyebabkan rasa sakit intens. Penggunaan opioid perlu disertai penggunaan obat lain karena opioid hanya mengubah meringankan rasa sakit dan tidak memperlambat penyakit atau mencegah peradangan[1].

Opioid bersifat sangat adiktif dan dapat dengan cepat mengarah pada ketergantungan fisik jika digunakan secara rutin. Pasien yang diresepkan opioid memerlukan pemantauan ketat dokter[1, 4]

Selain adiktif, opioid berisiko mengakibatkan efek samping seperti[2]:

Obat opioid yang digunakan untuk mengatasi rematik antara lain[1, 2]:

6. Obat Golongan Lain

Selain obat anti peradangan dan analgesik, terdapat beberapa obat golongan lain yang dapat membantu meringankan gejala rematik, di antaranya[2, 5]:

  • Obat asam urat: obat yang mengendalikan kadar asam urat yang mengarah pada pembentukan kristal yang dapat memperburuk kondisi, meliputi allopurinol dan febuxostat
  • Duloxetine HCl: obat untuk mengatasi fibromyalgia. Sekitar 20% hingga 30% pasien rematik artritis juga mengalami fibromyalgia
  • Diacerein: menghilangkan gejala pada pengobatan jangka panjang osteoarthritis
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment