Stroke ringan atau mini stroke dalam istilah medis disebut sebagai serangan iskemik sementara. Stroke ringan terjadi ketika bagian otak mengalami kekurangan aliran darah sementara. Kondisi ini mengakibatkan timbulnya gejala menyerupai stroke yang biasanya membaik dalam waktu 24 jam[1, 2].
Kekurangan suplai darah biasanya berlangsung tidak lebih dari 5 menit, meski begitu stroke ringan termasuk kondisi darurat medis. Karena gejala berlangsung sementara, banyak penderita tidak mencari bantuan medis. Padahal stroke ringan dapat menandakan terjadinya stroke besar[1, 3].
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), lebih dari 1/3 orang yang tidak menerima penanganan untuk serangan iskemik sementara mengalami stroke besar dalam satu tahun[3].
Stroke ringan terjadi ketika terdapat gangguan suplai oksigen ke otak, biasanya akibat adanya bekuan darah dalam pembuluh arteri yang mengarah ke otak. Bekuan darah menyebabkan aliran darah tersumbat sehingga otak tidak mendapatkan cukup oksigen untuk bekerja dengan normal[1, 2].
Terkadang stroke ringan diakibatkan tumpukan lemak (plak) di dalam pembuluh arteri yang mengarah pada pembentukan bekuan darah[1, 2].
Berikut beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab atau meningkatkan risiko mengalami stroke ringan:
Daftar isi
1. Aterosklerosis
Sekitar 50% dari semua kasus stroke disebabkan oleh aterosklerosis. Aterosklerosis dikenal juga sebagai pengerasan arteri, terjadi ketika lemak (kolesterol) dan kalsium menumpuk pada dinding dalam pembuluh arteri dan membentuk plak[4, 5].
Seiring waktu, plak mengakibatkan penyempitan arteri dan menghambat aliran darah yang melewatinya. Aterosklerosis berprogres secara perlahan tanpa menimbulkan gejala[4, 5].
Umumnya plak akan bertambah besar tanpa pernah diketahui, sehingga pembuluh arteri mengalami penyempitan secara perlahan tanpa gejala. Tapi terkadang tanpa alasan jelas, plak dapat mengalami peradangan dan menjadi tidak stabil[4].
Jika plak robek, materi yang dikandungnya akan terpapar aliran darah. Robeknya plak akan memicu pembentukan bekuan darah yang mana dapat dengan cepat menghambat aliran darah pada pembuluh arteri[4, 5].
Akibatnya sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi, yang mana lama-kelamaan mengarah pada kerusakan dan kematian sel. Kondisi ini menimbulkan gejala stroke ringan[4].
2. Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya stroke. Lebih dari 50% kasus stroke disebabkan oleh hipertensi[6, 7].
Para ahli berpendapat bahwa 80% stroke dapat dicegah dengan mengendalikan tekanan darah dalam rentang sehat. Besarnya tekanan darah dapat naik dan turun bergantung yang kita lakukan, konsumsi, serta tekanan yang dialami[6].
Menurut Mayo Clinic, risiko stroke mulai meningkat pada tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg[8].
Hipertensi menyebabkan pembuluh darah mengalami tekanan terus menerus. Tekanan ini dapat merusak dinding pembuluh dan membuatnya menjadi lebih lemah[6].
Tekanan darah tinggi mengakibatkan progres ateroskeloris menjadi lebih cepat. Sehingga pembuluh arteri makin menyempit dan tersumbat plak. Peningkatan progres ateroklerosis berkaitan dengan peningkatan risiko robeknya plak dan terbentuknya bekuan darah yang mana dapat menimbulkan gejala stroke ringan[6].
3. Penyakit Kardiovaskuler
Kardiovaskuler ialah sistem yang bertanggung jawab dalam sirkulasi darah ke seluruh tubuh untuk mengangkut oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel, serta membuang sisa metabolisme.
Adanya gangguan pada kardiovaskuler dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang mengarah pada gejala stroke. Misalnya, gangguan pada jantung yang bertanggung jawab untuk memompa darah[9, 10].
Berbagai jenis penyakit jantung berkaitan dengan risiko terjadinya stroke ringan, meliputi[7, 9, 10]:
Aritmia
Kondisi ini ditandai dengan detak jantung yang tidak teratur atau abnormal. Normalnya, jantung dapat menjaga detak yang teratur dan stabil, sekitar 60-100 kali per menit. Setiap detak jantung dapat memompa darah ke seluruh tubuh.
Saat jantung berdetak secara tidak teratur, aliran darah menjadi tidak merata seperti seharusnya. Darah dapat mandek pada suatu bagian alih-alih mengalir dengan efisien, disebut sebagai statis. Stagnasi dari aliran darah ini berlangsung selama sepersekian detik saja, tapi dapat memicu pembentukan bekuan darah.
Bekuan darah yang terbentuk dapat mengalir dari jantung ke arteri karotid atau ke otak, mengganggu sirkulasi darah pda otak dan menyebabkan iskemik (kekurangan oksigen). Kondisi ini memicu timbulnya gejala stroke ringan.
Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan jantung saat kondisinya lemah dan tidak dapat berfungsi secara efisien. Orang yang mengalami gagal jantung atau gagal jantung kongestif (bawaan lahir) diperkirakan memiliki risiko 2-3 kali lebih besar mengalami stroke.
Kaitan antara gagal jantung dan stroke terbilang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu cara gagal jantung berperan dalam stroke ialah melalui respon fisiologis tubuh terhadap suplai oksigen yang tidak mencukupi.
Tubuh berusaha mengatasi masalah dengan melepas sejumlah hormon yang dapat menstimulasi terbentuknya bekuan darah.
Gagal jantung juga dapat menyebabkan tubuh merespon kekurangan oksigen dengan mengubah tekanan darah, sehingga mengarah pada terjadinya stroke. Selain itu, gagal jantung dapat mengarah pada terjadinya detak jantung tidak teratur.
Penyakit Katub Jantung
Katub jantung ialah struktur yang terletak di dalam ruang jantung dan dalam pembuluh darah pada jantung. Katub berperan untuk menjaga arah aliran darah normal untuk masuk, melalui, dan keluar dari jantung.
Kecacatan pada katub jantung dapat menyebabkan berbagai masalah. Darah dapat mengalir ke arah sebaliknya, mengakibatkan pembentukan bekuan darah akibat stasis.
Darah, kolesterol, dan substansi lain dapat saling menumpuk dan membentuk gumpalan pada katub. Gumpalan ini dapat bertambah besar dan terlepas, kemudian mengikuti aliran darah ke otak dan mengakibatkan penyumbatan pembuluh.
Katub jantung juga dapat mengalami infeksi, menghasilkan debris dan materi lengket yang akan ikut dalam aliran darah. Debris dan materi ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
Penyumbatan pembuluh darah mengarah pada kurangnya suplai oksigen dan nutrisi otak, sehingga berpotensi menimbulkan gejala stroke ringan.
Serangan Jantung
Risiko stroke jangka panjang setelah serangan jantung termasuk cukup umum. Serangan jantung ditandai dengan rasa sakit dengan napas pendek berat dan tekanan pada dada.
Serangan jantung dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung yang mana dapat berakibat terjadi gangguan fungsi. Jika kerusakan terjadi pada bagian yang mengendalikan ritme jantung, maka penderita dapat mengalami aritmia. Jika kerusakan terjadi pada otot jantung, penderita dapat mengalami gagal jantung.
Pada serangan jantung mayor, dapat terjadi kekurangan suplai darah ke otak di waktu yang bersamaan. Sehingga penderita dapat mengalami stroke sekaligus serangan jantung.
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner terjadi ketika aliran darah kaya oksigen ke otot jantung terhambat atau mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan jantung mengalami kesulitan untuk berfungsi normal. Penyakit jantung koroner dapat mengarah pada terjadinya serangan jantung dan gagal jantung, yang mana berkaitan dengan peningkatan risiko stroke.
4. Diabetes
Diabetes ditandai dengan penurunan kemampuan sel tubuh untuk menyerap gula untuk digunakan sebagai sumber energi. Orang dengan diabetes memiliki kadar gula darah yang tinggi. Kondisi ini menghalangi proses sirkulasi oksigen dan nutrisi ke bagian tubuh, termasuk otak[7].
Diabetes juga dapat meningkatkan keparahan aterosklerosis dan mempercepat perkembangannya. Sehingga meningkatkan risiko terbentuknya bekuan darah[8].
Penderita diabetes juga umumnya memiliki tekanan darah tinggi, yang mana merupakan salah satu penyebab umum stroke. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama terjadinya stroke pada penderita diabetes[7].
5. Penyakit Sel Sabit
Penyakit sel sabit merupakan kelainan darah yang berkaitan dengan stroke iskemik. Penyakit ini mengakibatkan sel-sel darah merah penderita berbentuk sabit abnormal[7].
Orang dengan penyakit sel sabit memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi otak. Anak dengan penyakit sel sabit sering kali mengalami stroke akut ketika sel sabit menghambat pembuluh arteri yang mengarah ke otak[11].
Sel darah merah abnormal yang berbentuk bulan sabit bersifat lebih kaku dan mudah menempel, sehingga cenderung membentuk gumpalan di sepanjang dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh, penyempitan pembuluh darah, dan menghambat pengangkutan oksigen ke otak[11].
6. Kolesterol Tinggi
Kolesterol merupakan suatu jenis lemak yang diproduksi oleh hati. Kolesterol memegang peran penting bagi tubuh, tapi dalam kadar yang berlebihan kolesterol dapat mengakibatkan dampak merugikan[12].
Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kolesterol di dalam pembuluh arteri membentuk plak. Jika kadar kolesterol tidak terkendali, plak akan bertambah besar, akibatnya pembuluh darah dapat mengalami penyempitan dan menjadi kaku (aterosklerosis)[12].
Kondisi tersebut menyebabkan aliran darah terganggu dan meningkatkan risiko terbentuknya bekuan darah[12].
7. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan jantung perlu bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Berat badan berlebihan atau obesitas ditandai dengan BMI (body mass index) ≥ 30[13].
Penelitian menunjukkan bahwa berat badan berlebih meningkatkan risiko stroke hingga dua kali lipat[13].
Studi menemukan bahwa pria dewasa muda yang mengalami obesitas memiliki risiko 73% lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan pria dengan BMI sehat. Sementara wanita dewasa muda obesitas memiliki risiko 46% lebih tinggi mengalami stroke dibandingkan wanita dengan BMI normal[13].
Berat badan lebih mengarah pada tekanan darah tinggi, yang merupakan penyebab umum stroke. Selain itu, obesitas juga mengarah pada sindrom metabolik, ditandai dengan kadar kolesterol tinggi, kadar trigliserida tinggi, dan kadar gula darah tinggi[13].
Seiring waktu, kondisi tersebut menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di otak dan jantung, serta meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah yang dapat menyebabkan stroke[13].
8. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko untuk semua jenis stroke. Rokok dapat meningkatkan risiko stroke melalui berbagai mekanisme, meliputi[14, 15]:
- karboksihemoglobinemia: peningkatan kadar gas CO yang diangkut oleh hemoglobin dalam sel darah merah. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang diangkut sel darah merah untuk diedarkan ke seluruh tubuh
- peningkatan agregasi platelet (keping darah) dan peningkatan kadar fibrinogen: menyebabkan darah menjadi lebih lengket dan mudah membentuk bekuan
- penurunan kadar kolesterol baik (HDL) yang mana berfungsi mengendalikan kadar kolesterol jahat (LDL)
- efek langsung dari senyawa toksin dalam rokok
- peningkatan progres pembentukan plak pada pembuluh darah (aterosklerosis)
- menyebabkan kerusakan sel-sel pada pembuluh arteri
Selain itu, merokok juga merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskuler yang dapat meningkatkan risiko stroke[14].
9. Kurang Olahraga
Studi menunjukkan bahwa berolahraga dapat menurunkan risiko stroke pada orang dewasa paruh baya dan orang berusia lanjut, dibandingkan dengan orang yang tidak aktif beraktivitas[16].
Kurangnya melakukan aktivitas fisik aktif dapat mengarah pada timbulnya kondisi kesehatan yang dapat meningkatkan risiko stroke, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes[17].
Orang dewasa dilanjutkan untuk melakukan aktivitas fisik berintensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu, aktivitas berintensitas berat 75 menit, dan atau melakukan keduanya secara bergantian[16].
10. Konsumsi Makanan Tidak Sehat
Makanan yang kita konsumsi berdampak besar pada kesehatan tubuh. Sering mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi kandungan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol berkaitan dengan risiko stroke dan kondisi terkait[17].
Konsumsi makanan dengan kandungan garam (natrium) berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan darah, yang mana merupakan penyebab umum stroke[17].
Selain membiasakan untuk mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, sebaiknya kita menghindari konsumsi alkohol. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah serta risiko stroke. Konsumsi alkohol juga meningkatkan kadar trigliserida dalam darah[17].