7 Penyebab Telinga Berdarah dan Cara Mengatasinya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Pendarahan pada telinga dapat menyebabkan khawatir dan panik. Banyak hal dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dari telinga, termasuk kondisi darurat[1, 2].

Untuk mencari tahu penyebab pendarahan, perlu dipastikan terlebih dahulu lokasi atau bagian telinga tempat darah keluar. Pendarahan dapat berasal dari bagian luar, bagian tengah, ataupun bagian dalam telinga[2, 3].

Bagian luar telinga ialah bagian yang dapat dilihat, berfungsi mengumpulkan suara yang kemudian memasuki ke saluran telinga. Bagian tengah telinga mengirimkan suara ke bagian dalam telinga. Sementara bagian dalam telinga akan mengubah vibrasi suara menjadi sinyal saraf yang kemudian dikirim ke otak[3].

Pendarahan dari bagian luar telinga terjadi karena perlukaan pada kulit. Sementara pendarahan dari bagian telinga yang lebih dalam dapat disebabkan oleh kondisi tertentu[1, 4].

Berikut berbagai penyebab telinga berdarah:

1. Cedera Kulit Superfisial

Terjadinya perlukaan pada kulit dapat menjadi penyebab pendarahan pada telinga bagian luar, misalnya karena luka sayatan atau goresan. Pendarahan pada telinga yang disebabkan oleh luka pada kulit kemungkinan tidak akan menimbulkan gejala selain rasa sakit pada bagian yang terluka[1].

Perlukaan kulit juga dapat terjadi saat kita menggunakan cotton bud atau objek lain untuk membersihkan kotoran telinga dengan terlalu agresif. Luka dapat mengarah pada iritasi dan infeksi yang dapat mengakibatkan pendarahan[1, 2].

2. Objek di dalam Telinga

Adanya objek di dalam telinga lebih disadari saat terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak. Sementara anak-anak sering kali bermain dengan menempelkan permen, mainan, dan benda-benda kecil lain ke telinga[1].

Objek asing di dalam telinga, baik benda mati atau makhluk hidup seperti serangga kecil, berpotensi menyebabkan pendarahan, infeksi, atau ketidaknyamanan. Objek di dalam telinga juga berisiko menyebabkan sobeknya gendang telinga. Biasanya, sakit telinga akan membaik setelah objek asing keluar dari telinga[1, 4].

Telinga berdarah yang terjadi akibat adanya objek di dalam telinga dapat disertai gejala seperti[4]:

  • sakit
  • tekanan
  • keluar cairan dari telinga
  • hilangnya pendengaran
  • pusing

Jika telinga berdarah dikonfirmasi disebabkan oleh objek asing di dalam telinga, sebaiknya objek tersebut dikeluarkan. Jika bagian ujung objek dapat diraih, cobalah untuk mengeluarkannya menggunakan pinset[3].

Cara lainnya ialah dengan memiringkan kepala ke samping untuk membuat objek terjatuh dan keluar dengan sendirinya. Jika objek tidak bergerak dengan cara tersebut, sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan bantuan medis[3].

3. Cedera Kepala

Cedera atau trauma berat pada kepala dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dari telinga. Jenis cedera ini sering kali disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, atau cedera akibat olahraga. Pada kasus telinga berdarah akibat cedera kepala, penderita dapat mengalami gegar otak[1].

Gegar otak dapat disertai gejala seperti[1, 3]:

  • sakit kepala
  • suara berdenging dalam telinga
  • pusing atau hilangnya keseimbangan
  • mual dan muntah
  • kebingungan
  • hilang kesadaran sementara
  • terlihat linglung
  • mudah lupa
  • keletihan atau mengantuk
  • mudah marah
  • kesulitan tidur atau tidur lebih banyak daripada biasanya
  • kesulitan bicara

Telinga berdarah yang terjadi setelah cedera pada kepala dapat disebabkan oleh fraktur kepala, trauma berat, atau cedera serius lain termasuk pendarahan pada otak. Oleh karena itu, penderita cedera kepala memerlukan pertolongan medis segera[1, 4].

Terjadinya kerusakan pada otak akibat cedera kepala seperti pukulan, sentakan, tabrakan, dapat menyebabkan cedera otak traumatis. Kondisi ini termasuk darurat medis dan ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, mudah marah, hidung berair, perubahan penglihatan, dan mati rasa secara umum[2].

4. Infeksi Telinga

Infeksi telinga lebih umum dialami oleh anak-anak daripada orang dewasa, tapi infeksi telinga dapat dialami oleh semua usia[1].

Bakteri atau virus pada telinga bagian tengah dapat menyebabkan infeksi telinga yang kemudian mengarah pada membengkaknya telinga bagian tengah dan mengakibatkan penumpukan cairan di belakang gendang telinga. Tekanan dari cairan yang mengumpul dapat memecah gendang telinga, sehingga cairan atau darah dapat keluar dari telinga[3].

Infeksi pada bagian tengah dan belakang telinga dapat menyebabkan pendarahan dan disertai gejala seperti[1, 3, 4]:

  • demam 38oC atau lebih
  • sakit kepala
  • kemerahan
  • keluarnya cairan dari telinga
  • pembengkakan
  • sakit telinga
  • perubahan pendengaran
  • sakit leher
  • hidung tersumbat
  • masalah keseimbangan
  • kesulitan tidur

Biasanya infeksi pada telinga bagian tengah tidak akan menyebabkan keluarnya cairan kecuali terjadi perforasi pada gendang telinga. Akan tetapi jika saluran telinga ada di tempatnya, cairan berdarah akibat infeksi dapat keluar dari belakang gendang telinga[2].

Infeksi pada telinga bagian tengah juga dapat menyebabkan lepuhan (pustula) terbentuk pada gendang telinga. Jika pustula pecah, maka dapat terjadi pendarahan[2].

Infeksi bakteri kronis pada saluran telinga dapat mengarah pada perkembangan jaringan abnormal yang mudah mengalami pendarahan[2].

Infeksi telinga sering membaik dengan sendirinya dalam satu atau dua minggu tanpa penanganan. Untuk meringankan rasa sakit dan demam, dapat digunakan obat pereda rasa sakit seperti paracetamol atau ibuprofen. Terkadang dokter meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi telinga[3].

Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter jika[3]:

  • sakit yang teramat
  • keluar cairan, nanah, atau darah dari telinga
  • demam

5. Pecahnya Gendang Telinga

Gendang telinga merupakan membran tipis yang memisahkan bagian tengah dari bagian belakang telinga. Gendang telinga akan bergetar ketika gelombang suara mencapainya, kemudian meneruskan vibrasi ke bagian belakang telinga di mana kemudian diubah menjadi sinyal saraf yang akan dikirim ke otak[1, 2].

Membran ini dapat pecah atau robek dan menyebabkan pendengaran terganggu. Biasanya gendang telinga pecah akibat adanya tekanan pada gendang telinga, misalnya pukulan pada telinga, suara petasan yang meledak, jatuh ke dalam air, atau adanya objek tajam di dalam telinga[1, 2].

Pecah atau robeknya gendang telinga dapat terjadi tanpa disadari, tapi bisa juga disertai rasa sakit[1].

Pecahnya gendang telinga dapat terjadi akibat[3]:

  • infeksi telinga
  • perubahan tekanan secara tiba-tiba
  • cedera kepala
  • objek dalam telinga
  • suara yang sangat keras

Gendang telinga yang pecah dapat disertai gejala berikut[1, 3, 4]:

  • sakit pada telinga yang datang tiba-tiba dan menghilang dengan cepat
  • telinga berdenging
  • keluar cairan dari telinga
  • telinga terasa penuh
  • sensasi berputar-putar (dikenal sebagai vertigo)
  • mual atau muntah akibat vertigo
  • hilangnya atau berubahnya pendengaran

Pecahnya gendang telinga selalu disertai gejala seperti sakit pada saluran telinga, cedera telinga, sakit pada telinga yang terjadi terus menerus. Gendang telinga pecah termasuk kondisi yang sebaiknya segera diperiksakan ke dokter[2].

Pada kebanyakan kasus, gendang telinga robek dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Jika gejala tidak membaik, dokter dapat meletakkan patch/tambalan di atas lubang untuk menutupnya[3].

Terkadang pasien perlu menjalani operasi untuk menyumbat lubang pada gendang telinga yang pecah dengan bagian dari kulit tubuh[3].

6. Barotrauma

Perubahan ketinggian umum menyebabkan gendang telinga tertarik dan menimbulkan sensasi sesak dan sakit. Barotrauma ialah cedera yang lebih ekstrim pada telinga akibat perubahan cepat pada tekanan dan ketinggian[1, 3, 4].

Selain pendarahan pada telinga, gejala barotrauma dapat meliputi[1, 4]:

  • sakit telinga
  • tekanan pada telinga
  • hilangnya pendengaran
  • pusing
  • suara berdering dalam telinga

Gejala barotrauma dimulai hampir dengan segera setelah perubahan cepat pada ketinggian atau tekanan dialami[1].

Orang yang menaiki pesawat terbang atau melakukan penyelaman seperti scuba diving memiliki risiko mengalami barotrauma yang lebih tinggi[1, 4].

Untuk mencegah barotrauma saat terbang, dapat mengusahakan menjaga tekanan dalam telinga tetap stabil dengan mengunyah permen karet, menguap, atau menelan. Bisa juga dengan menjepit hidung kemudian mencoba untuk meniup keluar untuk membuat saluran telinga lebih terbuka[3].

Gangguan akibat perubahan tekanan biasanya akan segera menghilang setelah mendarat. Jika tidak membaik, gunakan decongestant untuk membuka saluran eustachian yang tersumbat. Pada beberapa kasus, dokter dapat memerlukan untuk membuat irisan kecil pada gendang telinga untuk menyeimbangkan tekanan dan mengeluarkan cairan[3].

Sebaiknya menghubungi dokter jika mengalami[3]:

  • darah atau cairan keluar dari telinga
  • demam
  • sakit yang teramat

7. Kanker Telinga

Kanker telinga merupakan jenis kanker langka dan dapat terjadi pada semua bagian telinga. Kebanyakan kasus kanker telinga merupakan akibat dari kanker kulit pada telinga bagian luar. Sekitar 5% dari semua kanker kulit terjadi pada telinga[1].

Akan tetapi, orang yang memiliki infeksi telinga kronis yang terus menerus terjadi atau kambuhan selama 10 tahun atau lebih memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker pada bagian tengah atau bagian dalam telinga[1].

Kanker pada bagian tengah atau belakang telinga dapat mengakibatkan pendarahan serta gejala lain seperti berikut[1, 3]:

  • hilangnya pendengaran
  • sakit telinga
  • nodus limfa membengkak
  • paralisis wajah sebagian
  • suara berdering di dalam telinga
  • sakit kepala

Penanganan utama untuk kanker telinga ialah operasi untuk mengangkat tumor. Setelah operasi, pasien dapat memerlukan terapi radiasi untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa[3].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment