Pembengkakan vaginal dapat terjadi dari waktu ke waktu, dan terkadang tidak selalu menyebabkan bahaya. Menstruasi, kehamilan, dan hubungan seks dapat menyebabkan vagina bengkak, termasuk bibir vagina (labia). [3]
Terkadang, bengkak yang terjadi disebabkan karena kondisi, penyakit, atau gangguan lainnnya. Pada kasus ini, penting sekali untuk memahami penyebab yang mendasari pembengkakan dan bagaimana penanganannya. [3]
Daftar isi
1. Alergi
Sebuah reaksi alergi dapat menyebabkan vagina bengkak. Vagina merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif dan dapat bereaksi karena beragam bahan, seperti [1] :
- Sabun
- Lubrikan
- Sabun kewanitaan
- Tampon dan pembalut
- Alat kontrasepsi intravaginal
- Losion dan krim
- Kondom lateks
Pembengkakan dapat terjadi karena respon tubuh terhadap produk baru, walaupun produk lama juga tetap dapat menyebabkan reaksi alergi. Jika seseorang menduga bahwa mereka alergi terhadap produk tertentu, maka lebih baik berhenti menggunakan produk tersebut dan berkonsultasi ke dokter kulit. [1]
2. Iritasi
Walaupun tidak muncul alergi, tubuh dapat bereaksi berbeda saat bersentuhan dengan produk tertentu. Bahkan senyawa kimia yang sangat terkenal dan sering digunakan dapat menyebabkan vagina bengkak. [1]
Wewangian kimia sering menjadi faktor utama pada permasalahan ini. Senyawa tersebut dapat ditemukan pada banyak produk yang kontak dengan vagina, termasuk [1] :
- Deterjen pakaian
- Parfum tubuh
- Tisu toilet
- Sabun mandi
Beberapa jenis kain juga dapat menyebabkan iritasi dan bengkak pada vagina. Pakaian dalam berenda atau berbahan polyester yang sering mengiritasi kulit. [1]
Selain itu, jenis potongan pakaian dalam juga berpengaruh terhadap bengkak. Celana dalam dengan bentuk thongs atau G-strings tidak menutup labia dengan sepenuhnya, dimana dapat menyebabkan gesekan yang tidak diinginkan pada area tersebut. [1]
Penting sekali untuk seseorang mengidentifikasi dan menghindari iritan. Jika seseorang berhenti menggunakan produk tertentu dan bengkak mulai mereda, maka mereka telah menemukan pelakunya. [1]
3. Hubungan Seks yang Kasar
Hubungan seks dapat menyebabkan vagina bengkak. Jika vagina tidak terlubrikasi dengan baik, gesekan tambahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit selama berhubungan, dan menghasilkan vagina bengkak setelah berhubungan. [1]
Hubungan seks yang kasar juga dapat menyebabkan sobekan pada jaringan vagina, menyebabkan seseorang menjadi lebih berisiko terhadap infeksi. [1]
Jika seseorang menduga bahwa hubungan seks yang terlalu kasar telah menyebabkan vagina bengkak, maka mereka harus melakukan pemanasan lebih banyak atau menggunakan lubrikan sebelum berhubungan seks untuk mengurangi friksi. [1]
Pereda nyeri, seperti ibuprofen, atau obat NSAID dapat membantu mengurangi rasa sakit. [1]
4. Infeksi Jamur
Infeksi jamur dapat disebabkan karena pertumbuhan jamur Candida yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan vagina bengkak dengan gejala lain yang menyertai, seperti [1] :
- Sensasi terbakar
- Rasa sakit saat buang air kecil dan berhubungan seks
- Kemerahan
- Leleran kental
- Iritasi kulit
Infeksi jamur selalu diobati dengan obat anti jamur. Maka, penting sekali untuk segera ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat karena beberapa kondisi lainnya juga memiliki gejala yang sama. [1]
5. Vaginosis Bakterialis
Pertumbuhan bakteri berbahaya yang berlebihan di vagina dapat mengarah ke vaginosis. Gejala yang dialami dapat termasuk vagina bengkak dan adanya leleran berwarna abu dengan bau yang tidak sedap. [1]
Banyak kasus vaginosis bakterialis dapat sembuh dengan sendirinya, namun dokter dapat membantu meresepkan antibiotik untuk mempercepat penyembuhan. [1]
Membersihkan area vagina secara berkala dan menghindari kemungkinan iritasi dapat membantu mencegah vaginosis bakterial. Penting juga untuk menghindari produk kewanitaan seperti douches, dimana dapat mengganggu keseimbangan bakteri dalam vagina. [1]
6. Kehamilan
Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh saat hamil. Salah satu perubahan tersebut adalah vagina atau vulva yang bengkak. Saat hamil, ada peningkatan aliran darah ke arah mulut rahim yang dapat menyebabkan vagina bengkak. Masalah sirkulasi yang terjadi pada kehamilan juga dapat mempengaruhi kondisi vulva. [2]
Jika anda mengalami bengkak pada telapak kaki, paha, dan vulva, maka anda harus bicaraa dengan dokter. Anda mungkin perlu mengangkat kaki, menggunakan alat tertentu, atau melakukan hal lain untuk mengatasinya. [2]
7. Kista Duktus Gartner
Saluran penghubung antar janin dan ibu umumnya menghilang setelah melahirkan. Jika bagian dari saluran / duktus ini masih tersisa di dalam rahim, duktus ini akan disebut dengan duktus Gartner. Jaringan yang tersisa ini akan menempel pada dinding vagina dan membentuk kista. [1]
Kista duktus Gartner cenderung tidak berbahaya, namun dapat menjadi sebuah problem jika ukurannya terus bertambah. Kista duktus Gartner dapat menjadi terinfeksi dan menyebabkan rasa nyeri atau bengkak pada vagina. [1]
Pada beberapa kasus, kista dapat muncul dan bertumbuh diluar vagina. Operasi sangat diperlukan untuk menghilangkan kista duktus Gartner ini. [1]
8. Kista Bartholin
Glandula atau kelenjar Bartholin berada pada kedua ujung vagina. Kelenjar ini mensekresikan lubrikan untuk melembabkan dan mencegah luka. [1]
Jika terbentuk kista pada salah satu kelenjar ini, maka dapat terbentuk abses (benjolan bersisi nanah). Selain itu, kulit disekitar vagina juga dapat mengalami inflamasi dan sangat sakit. Pada beberapa kasus, dapat juga dirasakan adanya sensasi terbakar atau pendarahan. [1]
9. Selulitis
Selulitis adalah infeksi bakterial yang terjadi pada lapisan dalam kulit. Infeksi ini dapat menyebabkan kulit menjadi bengkak, merah, dan keras. Seseorang dapat mengalami selulitis saat bakteri masuk melalui luka, misalnya luka pada vagina akibat mencukur. [1]
Membersihkan area luka secara berkala dapat membantu melawan infeksi. Pada beberapa kasus, dokter juga dapat meresepkan antibiotik. [1]
10. Infeksi Menular Seksual dan Servisitis
Inflamasi pada serviks (servisitis) merupakan hasil dari infeksi menular seksual. Beberapa agen penyebab infeksi atau penyakit menular seksual adalah [1,3] :
- Chlamydia = menyebabkan kerusakan pada saluran reproduksi wanita, leleran yang tidak normal, dan rasa sakit saat urinasi.
- Gonorrhea = gejala yang dirasakan serupa dengan infeksi saluran kemih, pendarahan, dan peningkatan leleran vagina.
- Trichomoniasis = disebabkan karena parasit dengan gejala gatal, bengkak, sakit saat urinasi, dan adanya leleran.
11. Herpes Kelamin
Virus herpes simplek dapat menyebabkan bisul kecil, bergerombol, dan sakit di sekitar vagina. Bisul ini dapat pecah dan menyebabkan rasa sakit. [1]
Pada beberapa orang, penyakit ini tidak menunjukan gejala apapun. Namun, herpes kelamin dapat juga menyebabkan vagina bengkak dan sakit, serta rasa tidak enak pada seluruh tubuh. [1]
Belum ada obat penyembuh untuk herpes genital, namun obat yang diresepkan oleh dokter dapat membantu dan mencegah penyakit ini. [1]
Kapan Harus ke Dokter?
Pembengkakan pada vagina dapat terjadi kapanpun. Segera pergi ke dokter jika [3] :
- Terjadi gejala lain seperti demam atau menggigil
- Gejala yang terjadi tidak kunjung mereda setelah 1 minggu
- Rasa sakit yang tidak tertahankan
Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik pada area panggul untuk mengentahui penyebab yang mendasari. Dokter juga dapat melakukan tes darah atau spesimen lain untuk membantu mendeteksi kemungkinan terkena penyakit menular seksual. [3]