Xeroftalmia: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Xeroftalmia ?

Xeroftalmia merupakan suatu kondisi mata di mana berkaitan erat dengan defisiensi (kekurangan) vitamin A yang termasuk xerosis konjungtiva dan kornea, bintik Bitot, keratomalacia, nyctalopia, serta retinopati [1].

Mengingat, defisiensi vitamin A akan dapat mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi jaringan epitel, dan kompetensi kekebalan hingga dapat menyebabkan kebutaan khususnya pada anak anak [1, 2].

Xeroftalmia ini hingga kini diketahui sebagai salah satu masalah kesehatan penyebab kebutaan utama di negara negara berkembang yang dapat dicegah [1].

Gejala Xeroftalmia

Xeroftalmia ini umumnya menunjukkan gejala yang ringan pada awalnya, namun akan jadi semakin memburuk seiring dengan memburuknya defisiensi vitamin A [3].

Adapun gejala Xeroftalmia yang paling umum terjadi antara lain [3]:

  • lapisan tipis kelopak mata dan bola mata mengering, menebal, dan mulai berkerut (konjungtiva)
  • Ketidakmampuan untuk melihat dalam cahaya redup (buta malam atau rabun senja)
  • Terbentuknya lesi di kornea
  • Terbentuk deposit jaringan (bintik Bitot)
  • Ulkus kornea

Organisasi kesehatan dunia, WHO mengklasifikasikan gejala klinis pada Xerophthalmia menjadi sebagai berikut [1]:

  • Buta Malam

Seseorang yang mengalami defisiensi vitamin A akan menunjukkan gejala buta malam atau penglihatan terganggu dalam cahaya redup sebagai gejala paling awal.

  • Xerosis Konjungtival

Xerosis konjungtiva ditandai dengan tampilan konjungtiva yang kering akibat perubahan protein jaringan epitel di mana sel piala hilang dan sekresi musin yang tidak mencukupi.

  • Bintik-Bintik Bitot

Bintik bitot ini umumnya berwarna keputihan berbentuk seperti endapan buram di konjungtiva palpebra, biasanya di daerah interpalpebral.

  • Xerosis Kornea

Xerosis kornea awalnya merupakan lesi epitel dan ditandai dengan kornea yang terlihat kering dan berkabut.

  • Keratomalacia

Keratomalacia merupakan tahap selanjutnya setelah terbentuknya lesi epitel pada xerosis kornea, di mana ditandai dengan pencairan sebagian atau seluruh kornea.

  • Jaringan Parut Kornea

Terbentuknya jaringan parut kornea, dapat juga disertai dengan beberapa gejala lain seperti diare, atau infeksi saluran pernapasan.

Penyebab Xeroftalmia

Penyebab utama dari Xeroftalmia ini tidak lain adalah defisiensi vitamin A, yaitu suatu kondisi di mana tubuh tidak mendapatkan cukup vitamin A [3].

Sedangkan vitamin A sendiri tidak diproduksi oleh tubuh, sehingga hanya mengandalkan asupan dari sumber makanan yang dikonsumsi [3].

Dengan demikian, seseorang yang kurang mengonsumsi sumber makanan kaya vitamin A akan mengalami defisiensi vitamin A hingga menyebabkan Xeroftalmia [3].

Mengingat, vitamin A sendiri memiliki banyak fungsi yang berhubungan dengan mata dan kesehatan termasuk [3]:

  • Elemen protein yang menyerap cahaya di reseptor di retina
  • Pemeliharaan jantung, paru-paru, ginjal, dan organ lainnya

Siapa Yang Berisiko ?

Berikut ini merupakan beberapa jenis orang yang memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan Xeroftalmia [3]:

  • Orang dengan perekonomian rendah (jarang memakan produk hewani yang kaya vitamin A)
  • Bayi atau anak anak usia muda
  • Orang yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan
  • Orang dengan fibrosis kistik
  • Orang yang mengidap penyakit seperti penyakit celiac yang membatasi penyerapan nutrisi
  • Seseorang dengan penyakit hati, seperti sirosis
  • Orang yang memiliki diare kronis
  • Orang yang sedang menjalani pengobatan radioiodine untuk kanker tiroid, yang dapat menghasilkan gejala xerophthalmia (tidak permanen)

Kapan Harus Kedokter ?

Jika mengalami gejala Xeroftalmia, khususnya berkurangnya kemampuan melihat pada cahaya redup maupun ulkus kornea, maka sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri kedokter [3].

Dengan memeriksakan diri kedokter sedini mungkin akan dapat membantu mempercepat diagnosis dan penanganan yang tepat.

Diagnosis Xeroftalmia

Diagnosis Xerophthalmia umumnya akan dilakukan dilakukan dengan beberapa tahapan, termasuk [1]:

  • Identifikasi gejala atau tanda-tanda klinis
  • Identifikasi riwayat kesehatan, riwayat pola makan, riwayat sosial, dan riwayat konsumsi alkohol
  • Melakukan tes serum Vitamin A untuk membantu memastikan diagnosis Xerophthalmia
  • Melakukan tes adaptometri gelap dan tes ambang penglihatan malam untuk membantu diagnosis defisit rabun senja malam
  • Tes Sitologi tayangan dan Elektroretinogram untuk membantu diagnosis

Pengobatan Xeroftalmia

Perawatan dan pengobatan Xeroftalmia umumnya akan berfokus pada empat hal yaitu [1, 3]:

  • Perawatan Topikal

Untuk perawatan topikal sendiri, umumnya akan dilakukan dengan memberikan air mata buatan bebas pengawet dan antibiotik jika terdapat infeksi bakteri sekunder.

Jika kornea rusak, penggunaan antibiotik akan membantu dan juga mungkin pasien akan perlu menutup matanya untuk beberapa waktu selama proses penyembuhan.

  • Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan defisiensi vitamin A, di mana upaya pendidikan ini diarahkan dan fokus pada pentingnya konsumsi sumber makanan kaya vitamin A.

Hal ini juga mencakup pengenalan kepada masyarakat terkait sumber makanan apa saja yang memiliki kandungan vitamin A yang tinggi untuk dapat dikonsumsi.

Pendidikan kesehatan dapat menjadi penting dalam membantu orang-orang memanfaatkan sumber makanandengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat membentengi makanan komersial dengan vitamin A untuk membantu mengurangi risiko kekurangan vitamin A.

  • Pengobatan Penyakit Yang Mendasari

Dalam proses penyembuhan Xeroftalmia, pengobatan penyakit yang mendasarinya merupakan hal yang juga penting untuk dilakukan.

Adapun dalam hal ini, penyakit yang dapat mendasari Xeroftalmia tersebut termasuk penyakit hati dan penyakit radang usus.

Selain itu, kebiasaan mengonsumsi alkohol yang dapat menjadi penyebab Xeroftalmia juga harus ditangani agar proses pengobatan menjadi berjalanan dengan baik.

  • Suplementasi

Pengobatan Xeroftalmia dapat dilakukan dengan suplementasi vitamin A yang diberikan secara langsung, baik diminum langsung maupun melalui suntikan.

Suplementasi yang disarankan oleh WHO mencakup pemberian oral 200.000 IU Vitamin A yang diulangi keesokan harinya dengan dosis serupa selama beberapa minggu kemudian.

Dengan suplementasi vitamin A ini, gejala yang ditimbulkan oleh Xeroftalmia umumnya akan dapat segera membaik sehingga melindungi terjadinya risiko yang lebih parah khususnya pada anak anak.

Pencegahan Xeroftalmia

Banyaknya kasus Xeroftalmia yang ditemukan di negara negara berkembang, wilayah perang atau bencana alam umumnya terjadi akibat defisiensi vitamin A [3].

Oleh karena itu, pencegahan untuk mengurangi risiko terjadinya Xeroftalmia ini umumnya perlu difokuskan pada mengurangi defisiensi vitamin A itu sendiri [3].

Salah satu yang pertama kali dapat dilakukan yaitu negara harus dengan sigap menyediakan sumber makanan yang memadai, termasuk produk hewani dan sayuran berdaun hijau yang kaya kandungan vitamin A [3].

Selain itu, negara juga bertanggung jawab untuk memberikan suplementasi pada orang orang yang berisiko atau tinggal didaerah berisiko mengalami defisiensi vitamin A [3].

Dengan demikian, defisiensi vitamin A dapat dikurangi sekaligus mencegah terjadinya Xeroftalmia, penderitaan dan kematian manusia [3].

Adapun bentuk pencegahan yang dapat dilakukan oleh individu yaitu dengan secara aktif berkomunikasi dengan dokter terkait kondisi dirinya atau anaknya yang rentan berisiko terkena defisiensi vitamin A [3].

Mengingat, dokter akan membantu memilihkan produk suplementasi vitamin A dan memberikan saran makanan sehari hari yang tepat untuk memenuhi kebutuhan vitamin A dalam tubuh [3].

Sumber Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh karena perannya yang besar pada banyak fungsi dari tubuh itu sendiri [4].

Vitamin A diperoleh tubuh dari asupan nutrisi sumber makanan yang dikonsumsi setiap hari. Di mana, sumber makanan kaya kandungan vitamin A umumnya dapat berupa sumber makanan nabati maupun hewani [4].

Sumber makanan nabati atau hewani yang kaya akan kandungan Vitamin A inilah yang harus dimasukkan dalam salah satu pola makan yang sehat dan seimbang untuk dikonsumsi setiap hari [4].

Mengingat, pola makan sehat dan seimbang umumnya akan mencakup beberapa nutrisi yang dibutuhkan tubuh termasuk Vitamin A itu sendiri [4].

Adapun menurut, National Institute of Health berikut ini merupakan beberapa sumber makanan yang dapat dimasukkan dalam pola makan sehat lengkap berserta jumlah kandungan vitamin A nya [4] :

  • Sumber Vitamin A Nabati

Sumber makanan nabati yang kaya kandungan vitamin A meliputi [4]:

  1. Ubi jalar panggang: 1.403 mikrogram (mcg) per kentang utuh
  2. Bayam rebus: 573 mcg per 1/2 cangkir
  3. Wortel mentah: 459 mcg per 1/2 cangkir
  4. Blewah mentah: 135 mcg per 1/2 cangkir
  5. Mangga mentah: 112 mcg per mangga utuh
  6. Paprika merah manis mentah: 117 per 1/2 cangkir
  7. Sereal sarapan yang diperkaya: 90 mcg per porsi
  • Sumber Vitamin A Hewani

Sumber makanan hewani yang kaya akan kandungan vitamin A meliputi [4]:

  1. Hati sapi: 6.582 mcg per 3 ons (oz)
  2. Keju ricotta: 263 mcg per cangkir
  3. Ikan herring atlantik: 219 mcg per 3 ons ikan yang dipetik
  4. Susu bebas lemak atau skim dengan tambahan vitamin a: 149 mcg per cangkir
  5. Telur rebus: 75 mcg per telur
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment