Kita semua pasti pernah merasakannya; ngantuk setelah makan. Perut kenyang dan tubuh menjadi lebih rileks, kemudian kelopak mata terasa berat. Sebenarnya mengapa makan sering kali diikuti dengan keinginan untuk tidur, dan apakah ini berbahaya?
Secara umum, rasa kantuk setelah makan adalah normal dan tidak perlu dikuatirkan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, mulai dari jenis makanan, proses pencernaan, hingga kondisi kesehatan tertentu. [5]
Namun, bila kita menuruti rasa kantuk yang menyerang setelah makan ini kemudian langsung tidur, ada beberapa konsekuensi yang bisa merugikan bagi kesehatan, termasuk:
Daftar isi
1. Gangguan pencernaan
Sistem pencernaan kita bekerja optimal bila kita tetap pada posisi tegak setelah mengonsumsi makanan, jadi berbaring setelah makan bisa menyebabkan tekanan dan penyerapan makanan serta nutrisi yang tidak merata.
Efek samping yang bisa disebabkan oleh posisi berbaring setelah makan adalah: [2, 4]
- Heartburn: Berbaring bisa memperparah atau memicu heartburn bagi beberapa orang. Ini adalah kondisi dimana kelebihan asam lambung bergerak ke tenggorokan atau dada sehingga menyebabkan sensasi panas atau terbakar. Heartburn bisa terasa sakit dan menyebabkan sendawa terus menerus, nafas berbau, dan rasa tidak enak di mulut.
- Asam lambung naik: Gastroesophageal reflux disease (GERD), yang juga dikenal dengan istilah asam lambung naik, adalah kondisi heartburn yang sudah parah. Ketika katup antara perut dan esofagus tidak menutup sempurna, asam lambung bisa menyebar ke tenggorokan dan menyebabkan sensasi terbakar yang menyakitkan di dada.
2. Kenaikan berat badan
Berat badan akan bertambah bila kita mengonsumsi lebih banyak kalori dibanding yang dibakar oleh tubuh. Hal ini berlaku sepanjang hari, kapanpun kita makan. Langsung tidur setelah makan berarti tubuh tidak mendapatkan cukup kesempatan untuk membakar kalori yang masuk lewat aktivitas.
Ini sebabnya makan malam yang terlalu larut dan mendekati waktu tidur sering dihubungkan dengan pertambahan berat badan, terutama bila yang dikonsumsi adalah makanan atau minuman yang mengandung banyak kalori. [2, 3, 4]
Jadi, kenaikan berat badan ini sebenarnya tidak murni disebabkan oleh kebiasaan tidur setelah makan, tetapi juga apa yang dikonsumsi dan hubungannya dengan kurangnya aktivitas setelah tubuh mendapat asupan kalori yang seharusnya dibakar untuk energi.
Efek samping dari kenaikan berat badan yang tidak terkendali kemudian akan mengarah pada gangguan-gangguan kesehatan lain.
3. Stroke
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menunggu setidaknya satu jam setelah makan malam sebelum tidur bisa menurunkan risiko terkena stroke hingga sekitar dua per tiga. Setiap 20 menit menunggu, risiko stroke turun 10%.
Studi ini memang tidak membuktikan sebab-akibat, hanya menunjukkan bahwa tampaknya memang ada hubungan antara menunggu satu jam atau lebih antara setelah makan malam dan waktu tidur dengan menurunnya risiko terkena stroke. [4, 6]
Hasil dari penelitian atas 1,000 pasien ini disampaikan pada Kongres European Society of Cardiology di tahun 2011. Studi ini melibatkan 500 orang yang sehat, 250 orang yang pernah mengalami stroke, dan 250 dengan sindrom koroner akut, yaitu suatu jenis penyakit jantung dimana aliran darah ke jantung berkurang akibat tersumbatnya pembuluh darah yang bisa mengarah pada tekanan pada dada dan bahkan serangan jantung.
Semua partisipan ini mengisi kuesioner detil mengenai kebiasaan tidur mereka dan apa yang mereka konsumsi.
Dibandingkan dengan orang yang tidur dalam satu jam setelah makan malam, mereka yang menunggu 60 hingga 70 menit setelah makan memiliki 66% kemungkinan yang lebih rendah terkena stroke. Mereka yang menunggu 70 menit hingga dua jam memiliki 76% kemungkinan yang lebih rendah terkena stroke. [6]
Setelah dua jam, pengurangan risiko mulai hilang, namun alasannya masih harus diteliti lebih lanjut.
Dari penelitian ini, ada petunjuk bahwa menunggu satu jam atau lebih antara waktu makan malam dengan waktu tidur bisa berhubungan dengan berkurangnya risiko terkena sindrom koroner akut.
Analisis ini juga mencatat faktor-faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya penyakit jantung dan risiko stroke seperti:
- usia
- jenis kelamin
- aktivitas fisik
- berat badan
- kebiasaan merokok
- pola makan
- riwayat penyakit jantung dalam keluarga
- tekanan darah tinggi
- kadar kolesterol tinggi
- diabetes.
Mencegah timbulnya kantuk setelah makan
Apa yang kita konsumsi dan gaya hidup bisa mempengaruhi tingkat energi dan hubungannya dengan rasa kantuk setelah makan. Lakukan hal-hal berikut untuk mengurangi keinginan untuk tidur sehabis makan:
- minum air agar tubuh selalu terhidrasi
- mengonsumsi elektrolit dalam jumlah cukup
- kurangi porsi makanan pada satu waktu makan
- tidur berkualitas yang cukup
- berolahraga secara teratur
- mengendalikan konsumsi kafein
- mengonsumsi makanan yang baik untuk usus, gula darah, kadar insulin, dan otak – termasuk karbohidrat kompleks berserat tinggi dan lemak baik
Kebiasaan baik setelah makan
Para ahli kesehatan menyarankan untuk menunggu setidaknya dua jam sebelum boleh tidur setelah makan. Banyak juga yang menyebutkan empat jam adalah waktu terbaik antara makan dan tidur agar sistem pencernaan bisa bekerja optimal dalam keadaan tubuh tegak. [1, 2, 3, 4, 5, 6]
Ada juga beberapa aktivitas yang sebaiknya dihindari setelah makan: [4]
- Merokok: Berbagai penelitian menunjukkan bahwa merokok satu batang tepat setelah makan sama dengan merokok sepuluh batang pada waktu lainnya.
- Minum teh: Asam dari teh bisa mengganggu sistem pencernaan dengan menghambatnya. Teh juga bisa membuat protein menjadi keras dan mencegah penyerapan zat besi dengan baik. Tunggu satu jam setelah makan jika ingin minum teh.
- Mandi: Setelah makan, disarankan menunggu 40 menit sebelum kemudian mandi. Ini karena saat mandi aliran darah akan meningkat ke area lengan, kaki dan tangan sehingga sistem pencernaan kekurangan darah yang dibutuhkan untuk bekerja optimal.
- Makan buah: Buah bisa membuat kita merasa kembung atau begah. Buah-buahan seperti apel, pear atau pisang sebaiknya dimakan satu jam sebelum atau sesudah makan.