Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Trombositosis merupakan suatu kondisi dimana terdapat jumlah trombosit yang berlebihan di dalam darah. Trombosit sendiri merupakan salah satu sel di dalam darah yang berfungsi untuk menghentikan perdarahan... dengan membentuk gumpalan darah. Jika trombosit terlalu banyak maka dapat menyebabkan bekuan darah yang dapat berujung pada stroke atau serangan jantung. Sebagian besar orang dengan trombositosis tidak menunjukkan gejala pada awalnya. Evaluasi akan ditujukan kepada penyebab trombositosis itu sendiri. Pilihan terapi berupa obat-obatan untuk mencegah penggumpalan darah dan menekan produksi trombosit. Read more
Daftar isi
Apa itu Trombositosis?
Trombositosis merupakan suatu kondisi tingginya trombosit yang ada pada darah. Trombosit sendiri merupakan sel darah yang bertugas untuk menghentikan pendarahan. Caranya yaitu dengan menempel sesamanya dan membentuk gumpalan. [1]
Kelebihan trombosit ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Trombositosis primer merupakan suatu kondisi kelebihan trombosit yang disebabkan oleh sel-sel abnormal pada sumsum tulang belakang. Trombositosis primer ini juga sering disebut sebagai trombositemia esensial (ET). [1]
Trombositosis sekunder merupakan kondisi kelebihan trombosit yang disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang diderita oleh pasien. Kondisi tersebut seperti anemia, kanker, atau infeksi. Trombositosis jenis ini juga sering disebut sebagai trombositosis reaktif. [1]
Gejala Trombositosis
Seringkali orang yang mengalami trombositosis tidak memiliki gejala. Khusus pada trombositosis sekunder, gejala yang terjadi umumnya karena masalah kesehatan yang dialaminya. [2]
Beberapa gejala yang berkaitan dengan trombositosis esensial dan berhubungan dengan pembekuan darah serta pendarahan adalah: [2]
- Sakit kepala
- Pusing
- Nyeri pada dada
- Lemah
- Mengalami mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki
Gejala lainnya yang mungkin saja terjadi yaitu: [1]
- Memar pada kulit
- Pendarahan pada bagian tertentu seperti hidung, mulut, dan gusi
- Pendarahan di saluran pencernaan, seperti lambung dan usus
Penyebab Trombositosis
Trombositosis Esensial
Trombositosis esensial terjadi karena terdapat sel yang rusak pada sumsum tulang belakang. Sel rusak inilah yang menyebabkan tingginya produksi trombosit pada tubuh. [3]
Hal ini bisa saja terjadi karena genetik atau diturunkan dari orang tua. Dalam beberapa kasus, sel rusak tersebut terjadi karena mutasi genetik. [3]
Jika trombositosis esensial terjadi, maka dapat mengakibatkan darah yang menggumpal atau pendarahan. Pendarahan juga dapat terjadi jika seseorang memiliki penyakit von Willebrand. [3]
Trombositosis Reaktif
Trombositosis reaktif biasanya terjadi karena kondisi kesehatan lain yang dialami oleh seseorang. Kondisi kesehatan yang dimaksud adalah masalah pada paru-paru, sistem pencernaan, payudara, ovarium, atau limfoma. [3]
Tingginya kadar trombosit pada tubuh juga dapat dikaitkan dengan kanker, dimana jumlah trombosit tersebut dapat menjadi tanda pertama kanker. Kondisi kesehatan lain yang juga dapat menyebabkan trombositosis reaktif adalah anemia yaitu anemia defisiensi besi dan anemia hemolitik. [3]
Selain itu, seseorang yang pernah mengalami pengangkatan organ juga dapat mengalaminya. Infeksi atau peradangan seperti gangguan jaringan ikat dan tuberkulosis juga dapat menjadi penyebab trombositosis reaktif ini. [3]
Kondisi lain yang dapat menyebabkan tingginya trombosit secara singkat yaitu: [3]
- Pemulihan dari kehilangan darah yang parah
- Pemulihan jumlah trombosit yang sangat rendah karena mengonsumsi alkohol berlebih
- Kekurangan vitamin B12 atau folat
- Infeksi atau peradangan akut
- Respon terhadap aktivitas fisik
Kapan Harus ke Dokter?
Trombositosis merupakan suatu kondisi yang tidak menyebabkan gejala, sehingga Anda mungkin tidak tahu jika mengalaminya. Hal tersebut akan diketahui ketika Anda melakukan tes darah secara rutin dan hasilnya adalah jumlah trombosit yang tinggi.
Jika hal ini terjadi, maka segera bertemu dokter untuk mengetahui apa penyebabnya dan cara mengatasinya. [2]
Diagnosis Trombositosis
Langkah pertama yang akan dilakukan dokter untuk mendiagnosis trombositosis adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu, dokter juga akan bertanya mengenai kondisi kesehatan Anda seperti kanker, atau anemia defisiensi. [1,4]
Beritahulah kepada dokter apa yang terjadi, seperti misalnya Anda menerima transfusi darah, infeksi, atau prosedur medis lainnya. Beri tahu pula obat dan suplemen yang Anda konsumsi. [4]
Jika dicurigai bahwa Anda mengalami trombositosis primer, maka dokter akan melakukan tes darah. Tes darah tersebut termasuk:
- Hitung Darah Lengkap (CBC)
CBC dapat digunakan untuk mengukur jumlah trombosit yang ada di dalam darah. [4]
- Noda Darah
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan untuk melihat bagaimana kondisi trombosit Anda. [4]
- Pengujian Genetik
Pengujian ini ditujukan untuk melihat apakah Anda mengalaminya karena genetik atau tidak. [4]
Tes lainnya yang mungkin saja dilakukan adalah aspirasi sumsum tulang dengan memeriksa trombosit Anda pada mikroskop. Pemeriksaan ini membutuhkan sampel jaringan sumsum tulang dalam bentuk cair. Biasanya sampel ini didapatkan dari ekstraksi tulang dada atau panggul. [4]
Pengobatan Trombositosis
Trombositosis Esensial
Aspirin dapat digunakan untuk membantu mengurangi pembekuan darah. Obat ini biasanya diresepkan untuk wanita hamil yang mengalami trombositosis primer. [3]
Beberapa obat yang dapat diberikan untuk pengobatan adalah:
- Hidroksiurea
Hidroksiurea merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan trombosit. Obat ini biasanya digunakan untuk perawatan kanker atau penyakit darah. [3]
Anagrelide merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan jumlah trombosit pada darah. Namun, terdapat penelitian yang menyatakan bahwa hasil hidroksiurea lebih baik dibandingkan anagrelide. [3]
Selain itu, anagrelide memiliki efek samping seperti retensi cairan, palpitasi, aritmia, gagal jantung, dan sakit kepala. [3]
- Interferon Alfa
Interferon alfa juga merupakan obat yang ditujukan untuk menurunkan kadar trombosit. Sayangnya 20 persen pasien yang menggunakan obat ini tidak dapat mengatasi efek samping. [3]
Efek samping tersebut seperti flu, nafsu makan yang kurang, mual, diare, kejang, marah, dan mengantuk. Obat ini sering disarankan dokter untuk ibu hamil karena lebih aman dibandingkan dua obat sebelumnya. [3]
Pengobatan lain yang mungkin dilakukan adalah plateletpheresis. Pengobatan ini memiliki tujuan untuk menurunkan jumlah trombosit dengan cepat. Namun prosedur tersebut hanya digunakan pada saat darurat seperti ketika Anda mengalami stroke. [3]
Trombositosis Reaktif
Orang yang mengalami trombositosis reaktif atau sekunder biasanya tidak membutuhkan pengobatan untuk menurunkan trombosit. Hal ini karena yang dibutuhkan adalah mengatasi kondisi yang menyebabkannya. [3]
Pencegahan Trombositosis
Tidak ada cara untuk mencegah trombositosis primer, namun Anda dapat melakukan beberapa hal untuk mencegah trombositosis sekunder dan menurunkan risiko komplikasi. [4]
Beberapa hal tersebut adalah: [4]
- Kontrol kondisi tubuh seperti tekanan darah, kolesterol, dan diabetes
- Olahraga dengan teratur
- Konsumsi makanan yang sehat
- Berhenti merokok