Bedah Robotik; Prosedur, Risiko dan Keuntungan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Dunia kedokteran selalu berkembang dan berinovasi untuk menyediakan metode perawatan dan pengobatan yang semakin efektif. Salah satu dari inovasi ini adalah bedah robotik yang menawarkan pembedahan dan invasi minimal.

Mengenal Bedah Robotik

Bedah robotik adalah teknologi yang masih cukup baru dan sangat menarik di dunia pembedahan. Secara sederhana, bedah robotik adalah metode pembedahan dengan menggunakan peralatan yang sangat kecil yang dipasang di suatu alat yang berupa lengan robotik. [1, 2, 3, 4]

Berbeda dengan anggapan kebanyakan orang tentang bedah robotik, prosedur ini tidak benar-benar dilakukan sepenuhnya oleh robot. Dokter ahli bedah tetap memegang kendali selama pembedahan berlangsung.

Ahli bedah yang sudah dilatih untuk menggunakan lengan-lengan robotik ini akan mengendalikan segala tindakan dengan pengawasan melalui sebuah monitor yang berada di ruangan yang sama dengan meja operasi.

Tetapi, monitor ini juga bisa berada jauh dari ruang operasi, sehingga memungkinkan dokter bedah yang berada di lokasi lain untuk tetap melakukan tele-operasi. [1]

Monitor ini disebut sebagai konsol, yang memungkinkan prosedur pembedahan untuk dilakukan oleh dokter dengan posisi duduk sambil melihat citra tiga dimensi yang diperbesar dari bagian tubuh pasien yang sedang dibedah.

Jadi, robot dalam prosedur ini hanya berfungsi sebagai alat dan dianggap sebagai asisten bagi dokter ahli bedah. Ini sebabnya bedah robotik juga disebut sebagai bedah dengan asistensi robot.

Secara umum, bedah robotik hampir sama dengan bedah laparoskopi, hanya saja dilakukan melalui tangan-tangan robotik, bukan langsung dengan tangan dokter bedah. [4]

Sejarah Bedah Robotik

Bedah robotik sudah ada selama beberapa tahun, bahkan, menurut sebuah laporan tahun 2014 oleh Jurnal Bedah Robotik Amerika, robot pertama digunakan untuk melakukan prosedur biopsi otak di tahun 1985. [1, 2]

Robot inovatif pertama ini disebut PUMA 200 dan dibuat oleh Westinghouse Electric.

Model PUMA 200 sekarang sudah lama dianggap ketinggalan jaman, terutama setelah diluncurkannya model robot yang lebih umum digunakan saat ini, yang disebut robot da Vinci.

Model da Vinci diperkenalkan di tahun 2000. Model awal dari robot ini adalah yang pertama diijinkan untuk digunakan dalam bedah laparoskopi umum (bedah invasi minimal untuk bagian perut atau pinggul dengan penggunaan kamera). [1, 2]

Bedah robotik yang ada saat ini telah meningkat secara dramatis dalam hal keakuratan, teknologi pencitraan, kemampuan gerak, dan banyak lagi. Teknologi robotik modern juga telah diadaptasi untuk berbagai pembedahan spesialis, seperti bedah syaraf (bedah otak, tulang belakang, dan syaraf periferal), jantung dan paru-paru, telinga dan tenggorokan, serta banyak lagi.

Prosedur Bedah Robotik

Bedah robotik menggunakan teknik invasi minimal (minimal invasive). Ini artinya, pada saat pelaksanaan prosedur, dokter hanya akan membuat sayatan-sayatan kecil (biasanya sepanjang 1 hingga 2 cm) untuk memasukkan peralatan yang sangat kecil untuk melakukan tindakan. [1, 3]

Melalui sayatan-sayatan kecil tadi, dokter akan memasukkan kamera tiga dimensi high-definition dan instrumen bedah yang ukurannya kecil yang terpasang di ujung-ujung lengan robot. Kemudian, melalui konsol, dokter akan memantau kondisi di dalam tubuh pasien dan memanipulasi instrumen tadi untuk menjalankan tindakan.

Bayangkan sistem robotik ini seperti video game. Saat kita bermain video game, kita menggerakkan tombol-tombol kontrol, kemudian mesin akan menerjemahkan gerakan tadi menjadi gerakan nyata, meniru gerakan kita di layar.

Saat prosedur dengan asistensi robotik ini berlangsung, dokter bedah akan menggunakan kontrol utama untuk menggerakkan instrumen, kemudian instrumen akan bergerak di dalam tubuh pasien persis seperti yang dilakukan dokter pada konsol.

Selama bedah robotik berlangsung, dokter tidak akan melepaskan kendali. Sistem yang bekerja selama prosedur hanya akan merespon apa yang diperintahkan oleh dokter. [3]

Selain hal-hal diatas, proses persiapan dan pemulihan pasien sebelum dan setelah pembedahan sama seperti pada pembedahan tradisional.

Tindakan yang Menggunakan Bedah Robotik

Ada banyak jenis pembedahan yang bisa dilakukan menggunakan teknologi asistensi robot, termasuk: [1, 3]

  • Pembedahan umum seperti pengangkatan kantung empedu, kondisi GERD (gastroesophageal reflux disease) yang parah, operasi bypass gastrik, bedah pankreas, tumor liver, dan banyak lagi.
  • Bedah kepala dan leher, misalnya tumor tenggorokan atau lidah, kanker tiroid, dan sebagainya.
  • Bedah kolorektal, seperti bedah kanker kolon, perawatan untuk penyakit Crohn’s, dsb.
  • Pembedahan urologi, seperti prostatektomi, batu ginjal atau gangguan ginjal lainnya.
  • Bedah ginekolog, misalnya pengangkatan kanker rahim atau serviks, kista ovarium, fibroid rahim, histeroktomi, dsb.
  • Bedah thoracic (dada) untuk kondisi yang menyebabkan masalah pada paru-paru, misalnya tumor paru-paru atau esofagus.
  • Bedah jantung, seperi bypass arteri koroner, atrial fibrillation, dsb.
  • Operasi kanker untuk mengangkat tumor, terutama yang letaknya dekat bagian-bagian tubuh yang vital seperti pembuluh darah dan syaraf.
  • Bedah ortopedi, misalnya penggantian pinggul total.

Siapa yang Sebaiknya Tidak Menggunakan Bedah Robotik?

Ada beberapa alasan mengapa pembedahan dengan asistensi robot sebaiknya tidak dijadikan pilihan, termasuk: [1, 2, 3, 4]

  • Obesitas. Jaringan lemak akan menghalangi pandangan dokter atas bagian yang akan dibedah. Tidak semua pasien yang obesitas secara otomatis tidak memenuhi kualifikasi untuk bedah robotik, tergantung dari anatomi pasien, jenis prosedur, dan faktor-faktor lainnya.
  • Kondisi atau jenis pembedahan. Banyak jenis penyakit yang tidak bisa dibedah menggunakan bantuan robot. Misalnya, operasi plastik dan rekonstruksi mikro. Teknologi khusus yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan ini masih belum mampu dilakukan dengan lengan robot, hal ini karena instrumen bedah robotik yang digunakan saat ini masih terlalu besar untuk operasi mikro pada jaringan lembut yang dibedah pada prosedur rekonstruksi.
  • Risiko atau kontraindikasi tertentu.
  • Beberapa jenis komorbiditas, artinya pasien memiliki lebih dari satu jenis penyakit pada satu waktu.

Ketika seorang pasien memerlukan pembedahan, dokter pasti akan melakukan konsultasi menyeluruh termasuk pilihan apa saja yang tersedia bagi si pasien. Rumah sakit biasanya memiliki badan khusus yang akan menentukan apakah seorang pasien memenuhi syarat untuk menggunakan bedah robotik atau tidak. [1]

Risiko Bedah Robotik

Meskipun pembedahan dengan bantuan robot secara umum dianggap aman, namun ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya cedera saat prosedur berlangsung, termasuk: [1, 2, 3, 4]

  • Potensi terjadinya human error saat mengoperasikan alat. Risiko ini akan lebih tinggi bila dokter bedah yang menjalankan konsol kurang berpengalaman, serta bila ia belum dianggap menguasai keseluruhan penggunaan bedah robotik.
  • Kegagalan mekanis. Meskipun faktor ini jarang terjadi saat pelaksanaan bedah robotik, namun selalu ada kemungkinan komponen mekanis berpotensi mengalami kegagalan, termasuk lengan robot yang bekerja, instrumen yang dimasukkan ke tubuh, kamera, dan sebagainya.
  • Kerusakan syaraf. Hal ini bisa terjadi akibat posisi yang harus dijaga oleh pasien selama prosedur berlangsung, atau akibat tekanan dari lengan robotik. Namun, laporan menunjukkan risiko ini sangatlah kecil.

Risiko umum lain yang bisa terjadi selama bedah robotik juga sama seperti risiko pada bedah metode lainnya, termasuk:

  • Risiko penggunaan anestesi
  • Reaksi alergi terhadap obat yang digunakan
  • Masalah pernafasan
  • Perdarahan
  • Infeksi

Keuntungan Menggunakan Bedah Robotik

Ada beberapa keuntungan utama dari pembedahan dengan bantuan robot, termasuk: [1, 2, 3, 4]

  • Keterampilan tangan robot lebih baik (dibanding tangan dokter bedah) sehingga memungkinkannya untuk mengakses tempat-tempat yang sulit dijangkau
  • Penampakan area yang dioperasi lebih baik karena pembesaran yan dihasilkan oleh kamera kemudian ditampilkan di layar monitor
  • Dokter bedah tidak akan terlalu kelelahan selama prosedur berlangsung
  • Menghilangkan risiko terjadinya tremor pada tangan dokter (fenomena umum, terutama pada prosedur bedah yang sangat lama)
  • Pasien lebih cepat pulih pasca pembedahan (karena kecilnya sayatan serta faktor-faktor lain)
  • Risiko terkena infeksi lebih kecil
  • Lebih sedikit membutuhkan transfusi darah atau kehilangan darah
  • Lebih sedikit menimbulkan nyeri dan bekas luka
  • Pasien bisa kembali beraktivitas normal lebih cepat
  • Bagian tubuh yang dibedah bisa lebih cepat berfungsi normal kembali (misalnya, bedah prostatectomy yang dilakukan dengan bantuan robot diketahui secara dramatis mengurangi waktu yang dibutuhkan pasien untuk bisa kembali buang air kecil dengan normal)

Meskipun bedah robotik masih terbilang baru, namun metode ini telah terbukti sangat bernilai, terutama pada bagian-bagian yang tidak bisa dijangkau oleh prosedur laparoskopi konvensional.

Selain itu, bedah robotik juga berpotensi untuk mengembangkan perawatan dan pengobatan melalui pembedahan diluar batas kemampuan manusia.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment