Demam Lassa : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Demam Lassa atau Lassa fever merupakan jenis penyakit virus akut atau golongan zoonosis yang dibawa dan disebarkan oleh tikus besar [1,2,3,4,5,6,13].

Penyakit yang berbahaya dan mampu mengancam kesehatan ini lebih banyak dijumpai di Afrika Barat dan mampu memengaruhi beberapa bagian organ penting manusia yang terkena, mulai dari limpa, ginjal, hingga hati [1,2,3,4,5,6,13].

Karena merupakan virus hemoragik, maka penderita demam Lassa dapat mengalami perdarahan walaupun gejala di awal sangat sulit terdeteksi karena bersifat asimptomatik [1,6].

Tinjauan
Demam Lassa adalah penyakit infeksi virus menular yang penyebarannya dilakukan oleh tikus mesar jenis Mastomys dan lebih banyak dijumpai di daerah Afrika Barat.

Fakta Tentang Demam Lassa

  1. Demam Lassa pertama kali dijumpai di Nigeria tahun 1969 dan sebutan untuk penyakit ini pun diambil dari nama desa Lassa, tempat dua orang perawat misionaris yang terkena penyakit ini pertama kali berada [1].
  2. Prevalensi demam Lassa di Afrika Barat adalah sekitar 100.000-300.000 kasus per tahun [2].
  3. Tingkat kematian demam Lassa di Afrika Barat pun cukup tinggi dengan jumlah sekitar 5.000 kasus setiap tahun [2].
  4. Seseorang pernah didiagnosa demam Lassa saat kembali ke Amerika Serikat setelah dari Liberia sehingga akhirnya menyebarkan infeksi ini lebih luas [3].
  5. Prevalensi demam Lassa di Sierra Leone dan Liberia sendiri adalah sekitar 10-16% [2].
  6. Demam Lassa sulit terdeteksi dan didiagnosa karena 8 dari 10 orang yang terpapar virus tidak mengalami gejala apapun [1,4].
  7. Infeksi demam Lassa sekitar 80% bersifat asimptomatik atau tidak bergejala sama sekali, sementara 20% sisanya adalah kasus demam Lassa dengan gejala yang tergolong berat [5].
  8. Di Indonesia, data epidemiologi atau prevalensi demam Lassa belum diketahui jelas.

Penyebab Demam Lassa

Tikus multimammate atau Mastomys natalensis merupakan jenis tikus besar yang menjadi pembawa virus yang menyebabkan infeksi demam Lassa terjadi [1,2,4].

Ketika tikus Mastomys ini sudah terkena infeksi virus lebih dulu, ketika mereka buang air besar dan kecil, kotorannya mengandung virus tersebut [1,4].

Penyebaran virus sangat mudah terjadi karena virus bertahan sangat lama pada feses maupun urine [1,4].

Virus juga berkembang biak dengan cepat dan dapat bersarang serta bertahan hidup di manapun, termasuk rumah manusia [1,4]

Maka ketika virus ini tersebar di dalam rumah, kemudian manusia mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi, manusia dapat terinfeksi [3,4].

Begitu pula dengan menghirup udara yang sudah terkontaminasi virus yang dibawa oleh tikus ini [3,4].

Bagi seseorang yang memiliki luka terbuka, bersihkan, obati, balut dengan perban, dan jaga tetap kering karena virus dari tikus dapat masuk melalui luka tersebut lalu menginfeksi [6].

Penyebaran virus dan penularan infeksi dapat pula terjadi ketika seseorang memutuskan mengonsumsi tikus pembawa virus ini [3,4].

Beberapa orang dapat mengonsumsi tikus Mastomys dan proses pengolahan daging tikus ini dapat menjadi awal penyebaran dan penularan virus [3,4].

Beberapa media penularan virus penyebab demam Lassa antar manusia adalah [3,4,6] :

  • Feses dan urine
  • Darah
  • Jaringan tubuh
  • Penggunaan jarum yang sama
  • Penggunaan peralatan medis yang tidak higienis dan tidak disterilisasi (bahkan penggunaan pakaian pelindung tidak dapat menjadi jaminan pasien tidak tertular virus)

Hanya saja, penularan virus antar manusia tidak dapat terjadi melalui sentuhan, maka menjaga kebersihan makanan hingga menghindari penggunaan barang pribadi maupun jarum bersama bisa dilakukan.

Selain itu, mengunjungi beberapa wilayah endemik seperti Nigeria, Guinea, Liberia dan Sierra Leone dapat meningkatkan risiko tertular dan terkena demam Lassa [1,2,3,4,5].

Tak hanya negara-negara di Afrika Barat, tikus Mastomys juga dapat dijumpai pada beberapa negara lain yang telah disebutkan sehingga risiko penyebaran dan penularan infeksi demam Lassa lebih besar.

Tinjauan
Tikus multimammate atau Mastomys natalensis merupakan jenis tikus besar yang menyebabkan penyebaran dan penularan virus infeksi demam Lassa.

Gejala Demam Lassa

Pada banyak kasus demam Lassa, gejala bersifat asymptomatik atau infeksi muncul tanpa menimbulkan gejala apapun [1,3,6].

Pada beberapa kasus lain, bahkan penderita biasanya hanya mengalami demam ringan, sakit kepala, dan tubuh kelelahan [6].

Namun jika demam Lassa sudah pada tahap yang lebih parah, maka beberapa gejala akan sangat nampak.

Gejala umumnya baru timbul 1-3 minggu setelah pasien terpapar virus dan berikut ini merupakan gejala-gejala demam Lassa yang bersifat lebih berat [1,3,6] :

  • Pembengkakan saluran nafas
  • Batuk-batuk
  • Sesak nafas
  • Perdarahan pada beberapa area tubuh, terutama wajah (mata, hidung dan gusi)
  • Kejang
  • Tekanan darah rendah atau tinggi
  • Detak jantung tidak teratur
  • Kehilangan fungsi pendengaran
  • Syok
  • Nyeri pada area perut, punggung dan dada
  • Wajah membengkak
  • Hepatitis
  • Kesulitan menelan
  • Diare (berpotensi terjadi diare berdarah)
  • Muntah-muntah
  • Meningitis
  • Ensefalitis
  • Tremor
  • Perikarditis atau pembengkakan pada kantung yang berada mengelilingi jantung

Infeksi yang terjadi pada kasus demam Lassa dapat berakibat fatal, walaupun kasus yang sangat serius ini jarang terjadi [1,4,5].

Pada wanita hamil, demam Lassa sangat mengancam jiwa, terutama ketika terinfeksi saat kehamilan menginjak usia trimester ketiga [1,4,5].

Tinjauan
Pada awal kondisi, demam Lassa tidak menimbulkan gejala apapun, namun ketika sudah cukup serius, maka perdarahan dari beberapa area wajah dan masalah pernapasan dapat terjadi.

Pemeriksaan Demam Lassa

Demam Lassa pada umumnya tidak menimbulkan gejala sehingga sulit untuk mendiagnosa kondisi ini.

Jika pun timbul gejala, keluhan yang diderita cukup umum dan bervariasi sehingga dapat menjadi tanda adanya penyakit lain dan berpotensi terjadinya kesalahan diagnosa.

Gejala umum demam Lassa mirip dengan gejala sejumlah penyakit, seperti tifoid, malaria, dan virus Ebola.

  • Tifoid adalah penyakit tifus yang terjadi karena infeksi bakteri Salmonella typhii; gejala yang ditimbulkan antara lain sakit kepala, demam, berat badan turun, sakit perut, tidak enak badan, dan nyeri otot [7].
  • Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan umumnya parasit ini disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina melalui gigitan. Gejala yang ditimbulkan antara lain demam, menggigil, sakit kepala, lemas, dan berkeringat lebih banyak [8].
  • Virus Ebola adalah virus yang menyebabkan penyakit Ebola, yakni jenis infeksi yang berawal dari hewan yang kemudian melalui darah mampu menyebarkannya ke manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain tubuh lemah, demam, batuk, nyeri dada, kulit beruam, kemerahan pada mata, diare, mual, muntah, menggigil, berat badan turun, sakit kepala, hingga perdarahan (bisa terjadi pada anus, mata, hidung serta telinga) [9].

Untuk mendiagnosa demam Lassa secara benar dan mengeliminasi adanya kemungkinan penyakit lain, beberapa metode pemeriksaan berikut perlu pasien tempuh.

  • Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik selalu dokter lakukan di awal untuk mengetahui gejala fisik apa saja yang dialami penderita [6].

Selain itu, beberapa pertanyaan juga dokter ajukan kepada pasien maupun keluarga pasien terkait riwayat penyakit yang pernah diderita [6].

Tentu saja pemeriksaan fisik dan riwayat medis tidak cukup dan masih perlu didukung dengan beberapa pemeriksaan penunjang.

  • Tes Laboratorium

Untuk menegakkan diagnosa, tes laboratorium sangat diperlukan sebagai tes penunjang [1,6,10].

Tes darah adalah salah satunya, yakni untuk memastikan terjadinya infeksi dan mengidentifikasi jenis virus yang menyebabkannya [1,6,10].

  • Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)

Tes ini merupakan salah satu jenis tes antibodi yang umumnya digunakan sebagai pendeteksi antibodi HIV untuk pasien dengan gejala infeksi HIV [1,6,10].

Namun untuk kasus demam Lassa, dokter juga dapat menerapkan metode ini untuk mendapatkan hasil diagnosa yang tepat [1,6,10].

  • RT-PCR (Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction)

RT-PCR kini lebih dikenal sebagai metode pemeriksaan untuk kasus COVID-19 yang bertujuan supaya material genetik virus korona dapat diketahui secara detail [6,10].

Tapi sebenarnya, RT-PCR sendiri merupakan metode diagnosa yang juga berguna dalam mendeteksi infeksi penyebab demam Lassa [6,10].

Namun, penggunaan metode diagnosa ini jauh lebih efektif dan umum dilakukan untuk memeriksa demam Lassa tahap awal.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, tes ELISA, dan RT-PCR merupakan metode-metode diagnosa yang akan memastikan kondisi demam Lassa.

Pengobatan Demam Lassa

Karena demam Lassa dapat membahayakan jiwa penderitanya, maka dari sejak gejala awal timbul, penderita sebaiknya sudah menerima penanganan.

Berikut adalah beberapa pengobatan utama demam Lassa yang pasien dapat terima :

  • Rehidrasi

Rehidrasi juga dikenal dengan istilah terapi cairan yang bertujuan utama sebagai pengganti cairan yang terbuang karena pasien mengalami demam [4].

Obat antivirus adalah penanganan paling baik untuk kasus demam Lassa sejauh ini, yakni ribavirin [1,4,7,11].

Namun pemberian ribavirin hanya untuk mengatasi demam Lassa dengan gejala awal, bukan sebagai pencegah agar demam Lassa tidak terjadi.

  • Oksigenasi dan Penstabilan Tekanan Darah

Tekanan darah penderita demam Lassa dapat meningkat maupun menurun, maka diperlukan tindakan medis untuk mengembalikan kenormalan tekanan darah dan menjaganya tetap stabil [11].

Selain itu, oksigenasi (peningkatan oksigen dalam tubuh) pun merupakan penanganan demam Lassa yang pasien butuhkan agar pernafasan kembali lancar dan normal [11].

Apakah terdapat vaksin untuk mencegah demam Lassa?

Sayangnya, belum ada vaksin yang mampu mencegah infeksi penyebab demam Lassa.

Menurut sebuah artikel tahun 2018 di The Lancet, vaksin untuk demam Lassa tengah dalam proses pengembangan oleh Themis Bioscience dan CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) [13].

Meski demikian, rupanya hingga kini vaksin untuk demam Lassa belum juga tersedia sebab walau telah ada beberapa kandidat vaksin, belum ada yang berlisensi [12].

Tinjauan
Rehidrasi, ribavirin, dan oksigenasi (ditambah penyetabilan tekanan darah) merupakan penanganan utama bagi penderita demam Lassa karena belum adanya vaksin.

Komplikasi Demam Lassa

Sepertiga kasus demam Lassa menyebabkan penderitanya mengalami kehilangan pendengaran atau ketulian permanen [5].

Bahkan kehilangan pendengaran tak hanya dapat terjadi pada penderita demam Lassa dengan kondisi gejala berat, sebab gejala ringan pun bisa saja berakibat pada komplikasi ini [1,4,5].

Beberapa risiko komplikasi lainnya yang patut diwaspadai oleh penderita demam Lassa adalah [5] :

  • Rawat inap (sekitar 50% kasus demam Lassa penderitanya memerlukan rawat inap untuk menjalani pengobatan dan pemulihan).
  • Gangguan kehamilan; pada ibu hamil yang terinfeksi dan mengalami demam Lassa, 95% janin meninggal di dalam kandungan atau keguguran akibat infeksi tersebut.
  • Kematian; risiko kematian sangat tinggi baik pada ibu hamil trimester ketiga (1%) maupun pada pasien yang telah menjalani rawat inap di rumah sakit dan telah mendapatkan penanganan yang sudah seharusnya (15-20%).
Tinjauan
Demam Lassa dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran, gangguan kehamilan, hingga kematian jika tidak segera ditangani.

Pencegahan Demam Lassa

Seperti pada kasus infeksi virus kebanyakan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan adalah upaya pencegahan terbaik agar tidak mudah terpapar virus dan terinfeksi.

Berikut ini merupakan langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan dalam menjaga diri sendiri maupun lingkungan tetap bersih [4,14].

  • Jika berada di wilayah endemik, pastikan untuk mengenakan pelindung mata dan masker penutup wajah agar tidak terpapar virus (terutama menghirup udara yang sudah terkontaminasi virus).
  • Hindari paparan cairan tubuh (termasuk darah) dari orang-orang yang sedang sakit.
  • Hindari berbagi penggunaan jarum suntik ataupun barang pribadi karena kontaminasi dan penyebaran virus menjadi lebih mudah.
  • Rajin membuang sampah dan memastikan bahwa tidak ada sampah yang tertimbun di dalam maupun luar rumah.
  • Cuci tangan secara rutin, terutama menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir bersih atau menggunakan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) bila tidak terdapat air dan sabun saat bepergian.
  • Jika hendak melakukan prosedur penguburan, maka lakukan prosedur ini dengan tepat dan aman.
  • Simpan makanan di dalam wadah tertutup yang juga terbukti aman dari tikus.
  • Klinik maupun rumah sakit sebaiknya pun menyediakan peralatan medis lengkap yang sudah disterilisasi dan mengisolasi pasien yang terinfeksi demam Lassa dari pasien lainnya yang tidak terkena infeksi.
  • Edukasi diri sendiri mengenai keberadaan dan bahaya tikus Mastomys di area tempat tinggal.
Tinjauan
Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri menjadi pencegahan infeksi virus yang paling baik untuk dilakukan ditambah dengan mengedukasi diri mengenai bahaya tikus Mastomys dan penyebaran virus oleh tikus ini.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment