Di Indonesia gorengan merupakan panganan yang sangat popular, entah itu di jadikan makanan selingan atau cemilan maupun sebagai lauk tambahan. Saat ini variasi gorengan sudah tidak terhitung banyaknya mulai dari gorengan buah, ubi, kacang-kacangan, sayuran, daging hingga seafood. Rasanyapun sekarang tidak hanya di dominasi gurih dan manis, beberapa variasi menambahkan rasa coklat, vanilla, hingga matcha. Namun yang pasti sensasi renyah saat menggigit gorengan memberi kepuasan tersendiri[1].
Di balik kenikmatan ‘kriuk’nya gorengan, para ahli nutrisi telah banyak memperingati resiko Kesehatan yang menghantui penggemar gorengan. Jika diolah dengan cara dan bahan yang salah bukan hanya akan menghilangkan nutrisi dalam bahan gorengan tersebut melainkan dapat menimbulkan berbagai gangguan Kesehatan ringan hingga kronis[1].
Apa lagi jika konsumsi gorengan tidak terkendali jumlah dan frekuensinya, maka resiko penyakit semakin besar. Resiko penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti obesitas, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Berikut efek samping dari terlalu banyak mengkonsumsi gorengan:
1. Penyakit jantung
Penggorengan merupakan proses memasak yang dapat mengubah komposisi bahan makanan dan media penggorengan (minyak goreng) melalui oksidasi, polimerisasi, dan hidrogenasi. Selama proses ini bahan makanan akan kehilangan kadar airnya dengan menyerap lemak dan minyak. Kondisi minyak yang terserap oleh makan akan memburuk seiring semakin seringnya minyak tersebut dipakai berulang[1].
Makanan yang kehilangan banyak kadar airnya akan meningkatkan kepadatan energinya[2]. Selain itu, proses penggorengan yang berulang akan merusak minyak melalui proses oksidasi dan hidrogenasi, hal ini menyebabkan hilangnya asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat dan peningkatan asam lemak trans seperti asam trans linoleat[3]. Tingginya asam trans akan menyebabkan kadar LDL atau Kolesterol jahat ikut meningkat. Kolesterol yang menumpuk dalam arteri ini menjadi faktor utama penyakit jantung.
2. Diabetes
Mengkonsusmsi gorengan empat hingga enam kali seminggu meningkatkan 39% resiko terkena penyakit diabetes tipe 2[4]. Sementara memakan gorengan lebih dari 7 kali seminggu resikonya miningkat menjadi 55%. Minyak goreng yang digunakan berulang kali cenderung rusak selama proses penggorengan, hal ini menyebabkan transformasi kimia minyak berubah komposisi menjadi asam lemak minyak menjadi lemak jenuh dan lemak trans.
Keduanya merupakan faktor utama yang memunculkan resiko diabetes dalam gorengan. Mengurangi konsumsi karbohidrat dan lemak jenuh terbukti meningkatkan sensitivitas insulin dalam tubuh[5]. Selain itu tingkat resiko penyakit diabetes dapat dimediasi oleh berat badan, hipertensi komorbiditas dan hiperkolesterolemia . Oleh sebab itu mengurangi bahkan menghindari konsumsi gorengan lebih baik bagi anda yang memiliki riwayat diabetes.
3. Kanker
Kanker merupakan penyakit yang sangat kompleks. Terdapat sangat banyak jenis kanker dan penyebab potensialnya. Banyak penelitian yang menemukan bahwa jenis makanan yang dapat meningkatkan resiko obesitas dan diabetes juga berhubungan dengan resiko penyakit kanker tertentu. Perlu diketahui bahwa resiko penyakit kanker tergantung pada dua hal, yaitu kondisi genetic (turunan) dan durasi paparan zat karsinogen[6].
Pemanasan minyak dalam proses penggorengan memicu pembentukan zat karsinogen dalam makanan. Hal ini merupakan faktor di balik peningkatan risiko kanker. Salah satu zat karsinogen yang terbentuk dari pemanasan minyak adalah akrilamida atau amida akrilat[7].
Pada proses menggoreng makanan, zat akrilamida akan terserab masuk kedalam makanan bersama minyak. Di dalam tubuh, zat ini akan diubah menjadi senyawa glisidamid yang menyebabkan mutasi dan kerusakan pada DNA . Diduga paparam akrilamida pada makanan manusia dikaitkan dengan risiko semua jenis kanker[8].
4. Keriput dan kulit kering
Gorengan dan fast food merupakan musuh kulit kita. Makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi seperti gorengan tahan terhadap oksidasi atau reaksi dimana suatu zat dapat mengikat oksigen, meskipun demikian makanan tinggi lemak jenuh tidak dapat melindungi kulit dari photoaging (penuaan dini)[9].
Sebaliknya kandungan glikosilasi protein dalam gorengan malah akan memperburuk kondisi Kesehatan kulit[9]. Kandungan gula dan karbohidrat kosong dalam bahan-bahan gorengan juga menyebabkan masalah kulit lainnya seperti jerawat.
5. Merusak Fungsi Otak.
Konsumsi makanan berminyak dan berlemak dapat berpengaruh buruk terhadap fungsi otak. Kenaikan berat badan, tekanan darah tinggi, dan sindrom metabolisme yang terkait dengan makanan berminyak berkaitan langsung dengan kerusakan struktur, jaringan, dan aktivitas otak[10]. Selain itu kandungan lemak trans dan lemak jenuh disebut sebagai faktor resiko penyakit demensia[11].
Menghindari Efek Samping Konsumsi Gorengan
Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan menghindari makan gorengan, sama halnya sulit menolak kelezat cake atau es krim. Namun demi Kesehatan dan kualitas hidup anda sebaiknya mulai mengurangi jumlah dan frekuensi memakan gorengan. Agar anda tidak dibayangi perasaan bersalah atau ketakutan dalam mengkonsumsi gorengan, lakukan beberapa Langkah berikut :
- Sebaiknya anda sendiri yang mengolah gorengan yang akan anda konsumsi. Gunakan bahan yang bermutu dan pastikan tidak menggunakan minyak untuk menggoreng makanan berulang-ulang. Para ahli menyarankan maksimal hanya dua kali menggunakan minyak yang sama dalam menggoreng.
- Gunakan minyak yang kaya akan asam lemak omega-3 yang menyehatkan jantung seperti minyak Minyak zaitun, kedelai, dan canola[12].
- Jangan lupa untuk tetap mengkonsumsi bervariasi makanan terutama sayur dan buah yang mengandung antioksidan untuk menetralisir zat berbahaya dalam gorengan yang anda konsumsi.
- Dari pada menggoreng, saat ini mungkin anda harus beralih dengan metode memasak lain yang lebih sehat seperti memanggang atau menggunakan deep freyer untuk mengurangi asupan minyak dan lemak.