Kortikosteroid : Manfaat – Cara Kerja, dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Penyakit peru-paru jangka panjang disebut dengan asma. Penyakit ini menyebabkan saluran udara meradang dan menyempit, sehingga sulit bernapas. Asma dapat membuat penderitanya kesulitan dalam berbicara[1].

Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan di saluran bronkial, dengan sekresi yang lengket di dalam tabung. Gejalanya seperti batuk, desah, sesak napas, sesak dan nyeri di dada, juga kesulitan tidur karena masalah pada pernapasan.

Fungsi Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan obat yang digunakan untuk meredakan peradangan yang terjadi pada tubuh. Berfungsi untuk mengurangi pembengkakan, kemerahan, gatal, dan reaksi alergi. Juga digunakan untuk sejumlah penyakit berbeda lainnya, dengan alergi parah, masalah kulit, atau artritis[2].

Kortikosteroid adalah obat yang kuat, efek obat ini dapat membantu dalam menangani masalah medis, juga bisa mempunyai efek samping yang sangat serius[2].

Apabila kelenjar adrenal tidak cukup menghasilakan hormon kortison, menggunakan obat ini dengan secukupnya tidak akan menimbulkan masalah. Apabila digunakan untuk masalah medis lainnya, pastikan untuk mendiskusikannya dengan dokter[2].

Sebagai contoh yaitu obat prednisone sebagai kortikosteroid digunakan dalam pengobatan anti-inflamasi atau imunosupresan. Prednison dapat mengobati berbagai kondisi seperti gangguan alergi, kondisi kulit, kolitis ulserativa , artritis , lupus , psoriasis , atau gangguan pernapasan[5].

Berikut fungsi dan kegunaan kortikosteroid, yaitu[3]:

  • Digunakan dalam pengobatan pada asma, peradangan kulit gatal, dan rinitis non alergi
  • Untuk mengobati gejala berbagai kondisi kulit inflamasi yang menyebabkan eritema, pruritus, dan ketidaknyamanan
  • Meredakan gejala dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid
  • Dioleskan secara oftalmik untuk pengobatan berbagai kondisi inflamasi atau alergi mata
  • Digunakan dalam pengobatan peradangan dan pruritus karena berbagai dermatosis
  • Sebagai pengobatan pemeliharaan dalam profilaksis serangan asma
  • Digunakan untuk meredakan peradangan pada berbagai kondisi, termasuk namun tidak terbatas pada keadaan alergi, gangguan dermatologis, penyakit gastrointestinal, dan gangguan hematologis
  • Untuk mengobati konjungtivitis alergi serta peradangan dan nyeri setelah operasi mata
  • Untuk mengobati penyakit Crohn, asma, COPD, alergi serbuk bunga dan alergi, serta kolitis ulserativa

Penyakit yang Diatasi dengan Kortikosteroid

Terdapat beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan Kortikosteroid, meliputi[2]:

Cara Kerja Kortikosteroid

Melalui obat kortison sebagai kortikosteroid disekresikan oleh korteks adrenal, menunjukkan glukokortikoid dan beberapa aktivitas mineralokortikoid[4].

Peradangan dikurangi dengan membuat migrasi leukosit polimorfonuklear dihambat dan meningkatkan pembalikan permeabilitas kapiler[4].

Obat ini mudah diserap dari saluran gastrointestinal dengan ketersediaan hayati kisaran 43,7% dan plasma puncak kurang lebih 2 jam. Berdistribusi melintasi plasenta ke kulit, otot, hati, usus, dan ginjal[4].

Dihati obat ini bermetabolisme dengan cepat melalui reduksi 11-β-hidroksi-dehidrogenase menjadi metabolit aktifnya, hidrokortison (kortisol). Pengeluarannya melalui urin dan feses dengan paruh waktu kisaran 0,5 jam[4].

Melalui obat prednison sebagai kortikosteroid. Obat ini akan membuat zat dicegah pelepasannya di dalam tubuh yang menyebabkan peradangan. Dan juga membuat sistem kekebalan ditekankan[5].

Obat ini diserap dengan mudah dari saluran gastrointestinal dengan plasma puncak 2 jam. Di distribusikan melewati plasenta dan masuk kedalam ASI dalam jumlah kecil. bermetabolisme dihati menjadi metabolit aktif, prednisolon. Pengeluarannya melalui urin dengan paruh waktu antara 2-3 jam[6].

Contoh Obat Kortikosteroid

Kortikosteroid tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, suspensi oral, larutan oral dan larutan injeksi. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.

Beberapa contoh kortikosteroid dengan resep dokter termasuk[2,3]:

Efek Samping Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari Kortikosteroid termasuk[2,5]:

  • Nafsu makan meningkat, berat badan bertahap
  • Gangguan pencernaan
  • Kehilangan nafsu makan (hanya untuk triamcinolone)
  • Kegugupan atau kegelisahan
  • Masalah tidur (insomnia)
  • Perubahan suasana hati
  • Jerawat, peningkatan keringat, kulit kering, kulit menipis, memar atau perubahan warna
  • Penyembuhan luka yang lambat
  • Sakit kepala, pusing, sensasi berputar
  • Mual, sakit perut, kembung
  • Perubahan bentuk atau lokasi lemak tubuh (terutama di lengan, kaki, wajah, leher, payudara, dan pinggang)

Jangan gunakan obat ini lebih banyak atau lebih sedikit, juga jangan gunakan lebih sering dan lebih lama dari yang di instruksikan dokter. Karena akan dapat membuat efek samping dari obat meningkat[2].

Jumlah dosis yang diminum setiap harinya, waktu yang diperbolehkan antara dosis, dan lamanya menggunakan obat tergantung pada masalah kesehatan. Kekuatan obat terletak pada seberapa banyak obat yang diminum[2].

Jangan mendapatkan imunisasi apapun tanpa disetujui oleh dokter setelah berhenti menggunakan kortikosteroid. Orang yang berada dirumah yang sama tidak boleh menerima vaksin polio oral, karena akan dapat menularkan virus polio[2].

Hindari dekat dengan orang yang sedang sakit atau mengalami infeksi. Saat menggunakan prednison jangan menerima vaksin hidup. Pengobatan menggunakan steroid dapat membuat sistem kekebalan melemah, sehingga akan mudah terkena infeksi[5].

Tanyakan juga pada dokter mengenai Kortikosteroid yang aman untuk digunakan bila Anda sedang hamil atau menyusui.

Bila mengalami sesak napas, sakit di perut bagian atas, tinja berdarah atau tertinggal, depresi parah, perubahan kepribadian atau perilaku, masalah penglihatan, atau sakit mata, beritahu dokter segera[5].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment