10 Gejala Penyakit Rabies Pada Hewan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Rabies adalah penyakit infeksi virus yang menular dari hewan ke manusia (zoonosis) yang paling sering ditularkan melalui gigitan hewan rabies. Virus rabies menginfeksi sistem saraf pusat atau sumsum tulang belakang yang akhirnya menyebabkan penyakit di otak hingga kematian. Hewan yang paling banyak dilaporkan sebagai penyebab rabies adalah anjing, rakun, sigung, kelelawar, monyet, dan rubah[1].

Waktu antara terkena paparan virus dan munculnya gejala disebut masa inkubasi. Masa inkubasi bisa berlangsung mulai dari 10 hari, selama berminggu-minggu, berbulan-bulan hingga 2 tahun. Namun secara umum biasanya 1-3 bulan. Masa inkubasi dapat bervariasi tergantung lokasi situs paparan, jenis virus rabies dan kekebalan [3,5].

Setelah paparan rabies, virus rabies menyebar ke otak dan barulah kemudian menyebabkan munculnya gejala. Gejala pada rabies muncul berdasarkan tahap atau fase setelah paparan virus rabies bermigrasi ke otak.

Tahap Prodromal

Tahap prodromal didefinisikan sebagai munculnya gejala klinis pertama. Dalam tahapan prodromal, virus telah memasuki sistem saraf pusat dan telah menyebabkan kerusakan dan biasanya berlangsung selama dua hingga sepuluh hari [4]. Berikut beberapa gejalanya :

1. Flu

Gejala rabies ini sering tidak spesifik namun salah satunya mirip dengan influenza. Gejala yang muncul meliputi ketidaknyamanan , malaise, kelelahan, demam, mialgia, sakit kepala dan kedinginan, kehilangan selera makan. Gejala mirip flu dapat berlangsung selama berhari-hari. Pada fase ini dibutuhkan perawatan bersifat suportif untuk menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan [5].

2. Nyeri

Nyeri atau parestesia terjadi di area pembiakan virus (inokulasi) pada area yang pernah mendapat gigitan hewan rabid [3]. Nyeri menjadi gejala awal dari penyakit ini. Penyakit rabies terkadang sulit dideteksi kecuali adanya bekas gigitan hewan rabid yang kemudian berkembang menjadi parestesia [6]. Selain nyeri pada bekas gigitan hewan rabid, salah satu gejala yang sangat konsisten adalah kesemutan di tempat gigitan dalam beberapa hari [2].

3. Masalah pada sistem pernafasan

Gejala rabies menunjukkan keterlibatan sistem pernafasan termasuk sakit tenggorokan, batuk, dan sesak napas (dispnea) [3]. Sindrom pernapasan akut (ARDS) juga dilaporkan sebagai komplikasi dari gejala rabies yang berpotensi mematikan. ARDS dapat menyebabkan kerusakan alveolar, pembentukan membran hialin dan proliferasi miofibroblas dan fibrosis [7].

4. Masalah pada sistem gastrointestinal

Masalah pada sistem gastrointestinal meliputi mual, muntah, sakit perut, diare, anoreksia, disfagia (kesulitan menelan). Mual dan muntah juga menyebabkan kehilangan selera makan Nyeri perut parah juga menjadi manifestasi gejala pada rabies. Dalam sebuah kasus rabies, sakit perut parah terjadi satu hari kemudian diikuti dengan perubahan perilaku [2,3,8].

Tahap Neurologis Akut

Pada tahap neurologis akut terjadi disfungsi sistem saraf. Pada tahap ini diklasisifikasikan sebagai rabies ganas jika memunculkan beberapa tanda atau gejala [2]. Berikut gejala pada tahap neurologis akut:

5. Gangguan sistem saraf pusat

Masalah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan disfungsi sistem saraf yang memunculkan sakit kepala, vertigo, kecemasan, ketakutan, dan gugup. Selain itu juga terjadi hipersaliva, insomnia, mimpi buruk, depresi, kelumpuhan dan episode delirium. Episode delirium memunculkan priapismus dan peningkatan libido [2,4].

6. Agitasi

Agitasi adalah perasaan lekas marah atau kegelisahan yang parah. Agitasi juga didefinisikan sebagai suatu aktivitas motorik ekstrem atau kegelisahan batin. Paparan rabies menjadi salah satu penyebab terjadinya agitasi. Selama proses agitasi, pasien akan sulit diajak berkomunikasi untuk mendapatkan riwayat kesehatannya karena sedang gelisah dan tidak ingin membicarakan apa yang pernah dialaminya.

Sangat penting untuk memastikan pasien atau orang dengan penyakit rabies dalam kondisi tenang, tidak gelisah dan tidak pasif-agresif sebelum didekati baik untuk diperiksa atau untuk kebutuhan lainnya. Juga untuk memastikan bahwa lingkungan aman dan tidak ada benda berbahaya untuk menghindari tindakan agresi dari pasien rabies dengan gejala agitasi yang sedang muncul [8].

7. Fotofobia

Fotofobia merupakan intoleransi abnormal terhadap cahaya yang disebabkan oleh sejumlah kondisi kesehatan mata dan neurologis. Fotofobia memicu kepekaan abnormal terhadap cahaya terutama pada mata. Seseorang dengan fotofobia akan merasa cemas terhadap cahaya dan merasa lebih rileks dalam kegelapan. Gejala ini muncul pada penyakit rabies namun fotofobia juga disebabkan oleh beberapa kondisi kesehatan tertentu seperti migrain [10].

8. Hidrofobia

Hidrofobia adalah tanda klinis yang khas dari rabies pada manusia. Tanda ini terjadi setelah kontraksi paroksismal faring yang menyebabkan kontraksi otot secara tiba-tiba atau spasme hidrofobik. Hidrofobia merupakan karakteristik rabies yang ganas. Gejala umum lain dari rabies selain hidrofobia adalah kesadaran yang berfluktuasi, aerofobia, dan sinyal stimulasi otonom. Hidrofobia mengembangkan periode apnea yang berkepanjangan dan menyebabkan kelumpuhan [2, 11].

Tahap Koma dan Kematian

9. Koma

Pada rabies yang ganas pada fase akhir neurologis akut, pasien dapat mengalami kelumpuhan kemudian koma. Pada fase ini juga dapat terjadi henti pernafasan, kecuali mendapatkan bantuan ventilasi pernapasan yang dapat memperpanjang kelangsungan hidup. Resiko kematian pada penyakit rabies sangat tinggi, sehingga kebanyakan pasien mengalami kematian [2,3,5].

10. Kematian

Orang yang digigit hewan rabies membutuhkan vaksin rabies dan imunoglobulin secepatnya untuk bertahan hidup karena begitu gejalanya muncul, resiko kematian tidak dapat dihindari [2]. Penyakit rabies hampir selalu berakibat fatal dan pengobatan bisanya hanya bersifat suportif. Hanya sedikit yang selamat dari penyakit ini khususnya yang tidak memiliki riwayat profilaksis sebelum atau sesudah paparan rabies [5].

Pencegahan rabies pada hewan

Virus rabies adalah jenis spesies dari genus Lyssavirus dari famili Rhabdoviriadae. Virus Rhabdoviridae paling sering menyebar melalui gigitan namun penularan juga dapat terjadi melalui air liur yang terkena jaringan kulit yang rusak atau selaput lendir. Rute penularan dan infeksi yang lain termasuk menghirup virus dalam bentuk aerosol, menelan, transplasenta dan bahkan melalui translantasi organ [2].

Terdapat lima tahap umum penyakit rabies pada manusia yaitu, inkubasi, prodromal, periode neurologis akut, koma dan kematian [3]. Sementara dalam pendapat lain disebutkan hanya ada tiga tahap yaitu prodromal, periode neurologis akut dan koma dan kematian [4].

Semua hewan yang mati atau sakit harus ditangani dengan sarung tangan untuk menghindari penularan. Jika seseorang digigit binatang buas maka harus segera mencari bantuan medis. Untuk mencegah virus rabies, terlebih bagi yang memliki hewan peliharaan yang dapat tertular dan mengembangkan rabies, supaya mendapatkan vaksinasi rabies dan hindari kontak dengan hewan liar karena mungkin tidak divaksinasi atau dalam keadaan sakit [5].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment