Nyeri Dada Saat Menelan : Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Dada terasa nyeri seringkali menimbulkan rasa takut dan cemas pada beberapa orang karena gejala ini mampu mengarah pada masalah jantung atau paru-paru.

Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat terjadi setiap kali seseorang menelan.

Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan nyeri dada saat menelan dan hal ini bisa berkaitan dengan organ mana saja, tidak selalu jantung.

1. Ruptur Esofagus

Kemungkinan pertama dada terasa nyeri saat menelan adalah ruptur esofagus atau yang juga dikenal dengan istilah esophageal tear [1].

Ruptur esofagus sendiri adalah kondisi ketika lapisan dinding esofagus mengalami robekan yang juga dapat menimbulkan lubang pada esofagus yang disebut dengan istilah perforasi esofagus [1,2].

Ketika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa cukup fatal bagi penderitanya [1,2].

Dada bisa terasa nyeri saat menelan bisa jadi disebabkan oleh perforasi atau ruptur esofagus ini, terutama jika lubang terletak pada bagian dada atau leher [1,2].

Selain rasa nyeri di dada, aktivitas menelan juga terasa lebih sulit karena sangat sakit dan terasa mengganjal [1,2].

Robekan di bagian esofagus atau kerongkongan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yakni antara lain [2] :

  • Tumor di sekitar atau tepat di esofagus
  • Riwayat operasi dada atau kerongkongan
  • Adanya benda asing yang masuk ke kerongkongan
  • Menelan zat kimia korosif (misalnya produk/cairan pembersih lantai)
  • GERD atau kenaikan asam lambung yang sudah di tahap parah
  • Muntah yang dipaksakan
  • Cedera di bagian dada atau kerongkongan

Berikut ini adalah sejumlah keluhan yang menyertai rasa nyeri dada dan esofagus pada kasus ruptur esofagus untuk diwaspadai [1,3] :

  • Batuk
  • Detak jantung lebih cepat dari normalnya
  • Demam
  • Nafas lebih cepat
  • Muntah-muntah (terkadang bisa terjadi muntah darah)

Segera memeriksakan diri ke dokter bila dada nyeri setiap menelan akan membantu pasien dalam mengetahui penyebabnya lebih cepat.

Untuk proses deteksi yang lebih akurat, pasien perlu menjalani rontgen dada, endoskopi, CT scan, dan/atau barium swallow sesuai dengan yang dokter minta [2,3].

Setelah terdiagnosis, dokter juga akan lebih cepat menangani sehingga peluang penderita untuk sembuh lebih besar.

2. Penyakit Asam Lambung

GERD (gastroesophageal reflux disease) atau penyakit asam lambung berpotensi menjadi salah satu faktor penyebab nyeri dada setiap menelan [1,4].

Kenaikan asam lambung dan segala isi perut hingga mencapai esofagus atau kerongkongan dapat menyebabkan rasa sakit di dada (tepatnya ulu hati) [1,4].

Heartburn adalah istilah untuk kondisi satu ini, yakni sensasi terbakar dan nyeri pada bagian tengah dada yang disertai dengan rasa mengganjal ketika menelan [1,4].

Gejala tersebut umumnya dialami setiap sehabis makan dan akan disertai juga dengan sejumlah keluhan lain seperti berikut [1,4] :

  • Bau mulut
  • Mual (kadang disertai muntah)
  • Terasa ada yang mengganjal atau tersangkut di kerongkongan
  • Disfagia (sulit menelan)
  • Kerongkongan terasa sakit
  • Suara berubah lebih parau
  • Batuk-batuk yang bisa saja disertai sesak nafas (penderita GERD yang juga memiliki asma bisa mengalami keluhan ini)
  • Gigi rusak (terutama jika asam lambung sudah sering sampai di mulut)

Seringkali karena memiliki gejala yang mirip dengan serangan jantung, penyakit asam lambung dianggap sebagai penyakit jantung [5].

Keduanya adalah kondisi berbeda, sebab pada GERD atau penyakit asam lambung, nyeri dada atau ulu hati tidak menyebar dan akan disertai rasa asam di mulut [5].

Gejala nyeri ulu hati pada GERD tidak dipengaruhi oleh kegiatan fisik penderita, sebab dalam keadaan berbaring tenang pun asam lambung bisa naik dan menyebabkan gejala-gejala ini [5].

Sedangkan pada kasus serangan jantung, nyeri dada dan nyeri ulu hati menyebar sampai rahang, leher serta lengan [5].

Penyebaran rasa nyeri pada kedua organ tersebut akan timbul setiap penderita usai melakukan aktivitas fisik dan diikuti dengan rasa berat pada bagian-bagian tubuh yang terpengaruh [5].

3. Akalasia / Gangguan Motilitas Primer Esofagus

Gangguan motilitas primer esofagus atau akalasia merupakan suatu kondisi ketidakmampuan otot kerongkongan mendorong makanan maupun minuman bergerak masuk ke lambung [1,6].

Penderita pada kondisi ini akan mengalami sulit menelan atau yang disebut dengan disfagia [1,6].

Selain itu pada beberapa kasus, makanan yang seharusnya terdorong masuk ke lambung akhirnya naik lagi sampai kerongkongan [1,6].

Namun untuk kondisi satu ini, belum diketahui apa sebab pastinya [1,6].

Hanya saja, terdapat beberapa faktor yang diduga berkaitan dan menjadi peningkat risiko akalasia, yaitu [6] :

  • Faktor genetik
  • Penyakit autoimun
  • Infeksi virus
  • Fungsi saraf yang menurun atau terganggu

Akalasia biasanya menimbulkan gejala yang berkembang secara bertahap, yaitu meliputi [1,6] :

  • Sulit menelan
  • Muntah
  • Batuk-batuk (terutama di malam hari)
  • Sering sendawa
  • Nyeri pada bagian dada (biasanya hilang dengan sendirinya namun kemudian suatu saat dapat tiba-tiba muncul kembali)
  • Heartburn (nyeri di ulu hati)
  • Berat badan turun
  • Regurgitasi atau naiknya kembali makanan yang sudah masuk ke kerongkongan

Pemeriksaan gejala secepatnya akan membantu semakin dininya kondisi tertangani dengan baik.

Kanker esofagus adalah risiko terbesar sebagai hasil berkembangnya kondisi gejala akalasia yang tidak segera mendapat pengobatan.

4. Hernia Hiatus

Kondisi ini adalah ketika ada bagian lambung yang naik atau mencuat melewati lubang diafragma dan sampai pada area dada [1,7,8].

Hiatus adalah istilah bagi lubang diafragma tersebut dan selain nyeri dada saat menelan, berikut ini beberapa gejala yang bisa terjadi [1,8] :

  • Sering sendawa
  • Anemia
  • Mulut pahit
  • Tubuh gampang lelah
  • Heartburn
  • Disfagia atau sulit menelan

Tergantung dari tingkat keparahan gejala, pasien dapat menjadi lebih baik hanya dengan mengubah pola makan [7].

Namun, tindakan bedah dan obat-obatan adalah solusi terbaik bagi penderita hernia hiatus lainnya yang mengalami gejala lebih serius.

5. Esofagitis

Esofagitis merupakan kondisi radang yang menyerang esofagus yang bisa menurunkan atau membatasi fungsi kerongkongan [1,9].

Nyeri di dada bisa terjadi saat menelan sebagai gejala esofagitis bersamaan dengan beberapa gejala lain seperti ini [1,9] :

  • Regurgitasi (naiknya makanan ke kerongkongan)
  • Makanan yang dimakan tidak langsung menuju lambung tapi terjebak di kerongkongan
  • Heartburn (nyeri ulu hati)

Radang bisa terjadi karena infeksi, efek obat tertentu (obat untuk osteoporosis, obat pereda nyeri, atau antibiotik), kondisi alergi, dan kenaikan asam lambung [1,9].

Biasanya penderita perlu melalui sejumlah metode pemeriksaan seperti tes alergi untuk memastikan apakah gejala disebabkan alergi tertentu.

6. Kanker Esofagus

Kanker esofagus adalah jenis kanker yang menyerang kerongkongan atau esofagus; tanda bahwa ada sel-sel ganas tumbuh di kerongkongan [10].

Penyebab pasti kanker esofagus belum diketahui jelas, namun mutasi genetik, kebiasaan merokok, kelainan pada kerongkongan, kecanduan alkohol, hingga efek radiasi mampu menjadi peningkat risiko [11].

Salah satu tanda utamanya adalah nyeri dada (tepatnya pada ulu hati/dada tengah) saat menelan [10,11].

Beberapa gejala lain dari kanker esofagus yang menyertai adalah [10,11] :

  • Berat badan turun drastis
  • Sulit menelan
  • Belakang tulang dada terasa nyeri
  • Tenggorokan terasa sakit
  • Batuk kronis
  • Buang air besar disertai darah
  • Batuk atau muntah darah

Jika gejala-gejala tersebut terjadi, maka segera temui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut sehingga kanker bisa ditangani secara dini.

7. Striktur Esofagus

Striktur esofagus merupakan kondisi lumen esofagus yang menyempit sebagai efek dari keberadaan fibrosis pada dinding esofagus [1,12].

Kemunculan atau pembentukan fibrosis ini sendiri bisa terjadi karena nekrosis dan peradangan karena berbagai faktor [1,12].

Terdapat dua sifat striktur esofagus, yakni jinak atau non kanker serta malignan atau ganas [1,12].

Untuk kasus striktur esofagus non kanker, penyakit esofagitis dan GERD sangat berkaitan dengan timbulnya fibrosis [1,12].

Selain itu, riwayat tindakan medis tertentu seperti radioterapi untuk kanker, operasi esofagus, dan penggunaan tabung nasogastrik bisa memicu striktur esofagus non kanker [1,12].

Cara Mengatasi Nyeri Dada Saat Menelan

Penanganan untuk nyeri dada saat menelan perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Berikut ini adalah metode-metode pengobatan yang umumnya diberikan bagi penderita nyeri dada saat menelan [1,2,3,4,7,8,9,10,11,12].

  • Penggunaan antibiotik dan antijamur dalam mengatasi kondisi yang disebabkan oleh infeksi.
  • Antidepresan trisiklik yang akan membantu mengurangi rasa nyeri pada kerongkongan.
  • Proton pump inhibitors yang bermanfaat menghambat produksi asam lambung berlebih yang menjadi penyebab heartburn dan sulit menelan.
  • H2 blockers yang berguna mengurangi produksi asam lambung.
  • Obat steroid yang berfungsi menjadi solusi peradangan terutama pada kasus esofagitis.
  • Calcium channel blockers yang menenangkan otot esofagus dan merilekskannya.
  • Injeksi botox (botulinum toxin) ke esofagus yang berguna sebagai penenang otot esofagus.
  • Dilation atau prosedur yang bertujuan memperlebar esofagus menggunakan selang yang sudah dilengkapi balon khusus untuk “mengembangkan”-nya. Prosedur ini adalah untuk penderita striktur esofagus.
  • Pemasangan stent juga merupakan solusi bagi penderita striktur esofagus untuk membuka esofagus dan menjaganya dalam kondisi terbuka sementara.
  • Operasi juga merupakan metode penanganan bagi kondisi yang tak dapat diobati dengan obat, perubahan pola hidup maupun dengan terapi lain. Bedah laparoskopik adalah salah satu metode penanganan untuk penyakit asam lambung. Selain itu, ada pula operasi memperbaiki perforasi, operasi memperbaiki hernia, dan miotomi jika memang diperlukan.

Beberapa kebiasaan tidak sehat pun perlu mulai dihindari dan diubah menjadi lebih sehat, seperti [1] :

  • Tidak berbaring setiap selesai makan.
  • Makan makanan dengan porsi kecil namun lebih sering dalam sehari.
  • Tidak makan apapun 1-2 jam sebelum tidur.
  • Batasi konsumsi alkohol dan kafein.
  • Tidak merokok.
  • Jika mengalami obesitas, maka segera turunkan berat badan.
  • Tidak mengenakan pakaian yang terlalu ketat sehingga tak nyaman di dada.

Nyeri dada saat menelan dapat menjadi tanda adanya penyakit yang cukup serius, maka bila terjadi berulang segera ke dokter dan memeriksakan diri.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment