12 Penyakit yang Ditandai dengan Bau Mulut

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Nafas manusia diketahui terdiri atas substansi yang sangat kompleks dengan berbagai variabel bau yang mampu menghasilkan situasi yang tidak menyenangkan atau biasa disebut juga sebagai halitosis [1].

Halitosis ini berasal dari kata halitus (udara dinafaskan) dan osis (perubahan patologis) yang berarti setiap bau yang keluar dari udara mulut dan napas [1].

Halituosis umumnya 90% ditemukan pada penderita penyakit rongga mulut, 9 % pada penderita penyakit non oral seperti penyakit pada sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem kemih dan 1 % pada orang yang sedang dalam diem atau mengonsumsi obat obatan [1].

Halitosis ini terbentuk oleh molekul mudah menguap yang dapat disebabkan oleh alasan patologis atau non patologis [1].

Dengan kata lain, halitosis ini juga dapat menandakan adanya penyakit tertentu yang diderita pada individu.

Berikut ini merupakan beberapa penyakit yang menimbulkan atau ditandai dengan adanya halitosis atau bau mulut.

1. Gingivitis dan Periodontitis

Gingivitis adalah gangguan berupa terjadinya peradangan pada gusi yang awalnya ringan dan dapat menyebar ke jaringan lunak dan tulang periodontium) atau disebut sebagai Periodontitis [4].

Bau mulut diketahui juga dapat menjadi salah satu tanda adanya penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis [1].

Mengingat, kebersihan mulut yang tidak terjaga, sisa sisa makanan dan plak plak pada gigi dan lidah dapat menyebabkan peradangan dan menciptakan sumber khas untuk malodors oral [1].

Oleh karena itu, penderita gingivitis dan periodontitis umumnya memiliki bau napas yang tidak menyenangkan [1].

2. Penyakit Sistem Pernapasan

Halitosis atau bau mulut diketahui juga dapat menandakan seseorang sedang menderita penyakit pada sistem pernapasannya [1].

Adapun penyakit sistem pernapasan yang dapat menimbulkan atau ditandai bau mulut yaitu [1]:

3. Gastrointestinal

Seseorang yang menderita penyakit gastrointestinal (gangguan saluran pencernaan) umumnya dapat menyebabkan munculnya halitosis atau bau mulut [1].

Bau mulut akan jauh lebih meningkat pada pasien dengan erosi dari penyakit mukosa oesophagogastro-duodenum nonerosive [1].

4. Diabetes

Salah satu gejala penyakit diabetes pada mulut yaitu ditunjukkan dengan adanya bau mulut yang tidak mudah hilang walaupun sudah menyikat gigi [2].

Insulin yang tidak seimbang dalam kondisi diabetes melitus umumnya dapat menimbulkan bau mulut yang karakternya seperti bau aseton atau buah apel busuk [1].

5. Insufisiensi Hati

Penyakit insufisiensi hati (organ hati kehilangan kemampuan berfungsi secara efektif) juga dapat ditandai dengan adanya halitosis atau bau mulut dan nafas [1].

Adapun karakteristik bau yang dapat ditimbulkan umumnya dapat berbau seperti bau tikus mati [1].

6. Insufisiensi Ginjal dan Gagal Ginjal

Insufisiensi ginjal (ginjal tidak berfungsi secara efektif) umumnya dapat menimbulkan halitosis berupa bau yang menyerupai bau ikan [1].

Sedangkan penyakit gagal ginjal (ginjal berhenti berfungsi), dapat menimbulkan halitosis dengan bau yang karakternya seperti bau amonia atau urin [1].

7. Penyakit Abses Paru-Paru atau Bronkiektasis

Abses paru paru adalah infeksi paru paru yang ditandai dengan adanya beberapa abses [5].

Adanya penyakit abses paru-paru dan bronkiektasis (kerusakan saluran pernapasan) diketahui juga dapat ditandai dengan adanya halitotis atau bau mulut/nafas [1, 6].

Halitosis yang ditimbulkan penyakit ini memiliki karakter seperti bau daging busuk [1].

8. Azotemia

Azotemia merupakan penyakit yang muncul akibat adanya gangguan berupa kadar urea dan senyawa nitrogen lain yang meningkat dalam darah.

Azotemia ini juga diketahui merupakan salah satu penyakit atau gangguan sistemik yang dapat ditandai dengan adanya halitosis berupa bau yang menyerupai bau amonia [1].

9. Lesi Mukosa

Beberapa lesi mukosa (jaringan kulit tidak normal pada mukosa) seperti sifilis, tuberkolosis, stomatitis, neoplasia intraoral dan peri-implantitis diketahui dapat menyebabkan munculnya bau mulut atau nafas [1].

Adapun beberapa penyakit tersebut diduga mampu mengkolonisasi mikroorganisme yang menjadi penyebab munculnya bau dari sejumlah besar senyawa malodor yang dilepaskan [1].

10. Mulut Kering (Xerostomia)

Mulut kering menandakan adanya kekurangan saliva air liur (hipo) atau produksi air liur rendah sehingga menjadi meningkatkan mikroorganisme gram negatif [1, 3].

Meningkatnya mikroorganisme gram negatif ini umumnya akan menjadi penyebab munculnya bau tidak sedap dengan meningkatkan VSC [1].

12. Gangguan Metabolisme Trimethylaminuria

Gangguan metabolisme seperti trimethylaminuria diketahui merupakan sindrom yang ditandai dengan kehadiran trimetilamin yang menimbulkan bau [1].

Bau tersebut diakibatkan oleh ekstresi trimetilamin yang meningkat dalam jumlah besar [1].

Dalam kondisi tersebut, tubuh dikatakan sebagai hypermethioninemia atau tubuh memproduksi bau tidak sedap yang terpancar melalui keringat, nafas maupun urin [1].

Cara Mengatasi Bau Mulut

Satu hal yang pertama kali harus dilakukan untuk mengatasi bau mulut yaitu diagnosis yang tepat khususnya terkait dengan penyebab dari bau mulut itu sendiri [1].

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa bau mulut atau halitosis tidak hanya disebabkan oleh adanya penyakit atau gangguan secara oral, melainkan juga dapat menandai adanya penyakit non oral lain yang tidak kalah bahaya [1].

Adapun metode atau cara mengatasi bau mulut ini umumnya dibagi menjadi empat bagian yaitu [1] :

  • Pengurangan Mikroorganisme Secara Mekanik

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mengatasi bau mulut yaitu dengan mengurangi biofilm dan mikroorganisme secara mekanik.

Cara yang umum dilakukan adalah dengan menyikat lidah menggunakan pembersih lidah khusus (agar lebih efektif) dan membersihkan plak.

Kedua hal ini diketahui memiliki potensi dapat mengurangi bau mulut atau nafas jika dilakukan secara teratur.

  • Pengurangan Mikroorganisme Secara Kimiawi

Untuk mendukung langkah pertama, umumnya akan digunakan juga larutan kumur untuk membantu mengurangi mikroorganisme secara kimiawi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan larutan kumur yang mengandung CHX (chlorhexidine) dan BPK (cetylpyridinium chloride)  dapat menghambat produksi VSC (volatile sulfur compounds).

Sedangkan larutan kumur yang mengandung klorin dioksida dan seng dapat menetralkan senyawa sulfur yang memproduksi halitosis, sehingga mengurangi 29 % kejadian malodor setelah empat jam.

  • Penggunaan Produk Masking

Cara ketiga yang dapat dilakukan untuk mengatasi bau mulut yaitu dengan menggunakan produk masking baik berupa produk pembersih, semprotan, pasta gigi mengandung fluoride, tablet mint maupun permen karet.

Beberapa produk masking tersebut umumnya memberikan efek postif untuk menghilangkan bau mulut namun hanya jangka pendek.

Penggunaan minyak peppermint dapat meningkatkan produksi air liur, sehingga mulut kering penyebab bau mulut dapat dicegah.

  • Mengobati Penyakit yang Menjadi Penyebab Bau Mulut

Diagnosis awal terkait penyebab terjadinya bau mulut merupakan salah satu hal penting untuk mengatasi bau mulut itu sendiri.

Oleh karena itu, riwayat penyakit pasien juga harus diketahui agar dapat memberikan penanganan yang tepat dan efektif.

Mengingat, gangguan endokrinologis dan metabolik maupun penyakit yang mendasari bau mulut memang harus diobati.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment