3 Penyakit yang Tidak Boleh Makan Daging Ayam

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Daging ayam sebagai jenis daging yang paling banyak dikonsumsi. Faktanya daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani, lebih dari 40% terdapat asam amino lengkap yang esensial bagi tubuh[1].

Daging ayam yang mudah ditemukan, tersedia dalam banyak potongan, termasuk dada, paha, sayap, dan kulit yang mengandung jumlah protein, kalori, dan lemak yang berbeda. Namun, beberapa kandungan pada daging ayam dapat memicu kondisi kesehatan tertentu sehingga perlu dihindari. Jika dikonsumsi dengan riwayat penyakit berikut dapat berdampak buruk. Untuk lebih lengkapnya, berikut ulasannya:

1. Asam Urat

Asam urat sebagai penyakit peradangan dan pembengkakan pada persendian. Sebagai pengidap asam urat yang memiliki gangguan kesehatan berupa nyeri, panas, kaku, bengkak pada area persendian. Umumnya, bagian tubuh yang terserang adalah ibu jari kaki[2].

Pada kondisi normal, asam urat di dalam darah larut dan menghilang bersama dengan urine. Produksi asam urat di dalam darah yang bermasalah dapat disebabkan jumlah asam urat yang keluar bersama urine sedikit sehingga terjadi penumpukan dan membentuk kristal yang mengendap pada persendian[2].

Perlu diketahui asam urat yang ada di tubuh merupakan hasil sampingan dari senyawa purin. Senyawa tersebut dengan mudah dapat ditemukan pada makanan, seperti daging ayam. Faktanya, daging ayam memiliki kandungan purin yang cukup tinggi[2]. Oleh karena itu makanan tersebut perlu dihindari dari pengidap asam urat.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, penumpukan asam urat dalam tubuh mengarah pada pembentukan kristal asam urat di persendian. Itu dapat menyebabkan rasa sakit dan peradangan secara tiba-tiba bahkan ekstrim[2].

Penelitian menunjukkan kelebihan asupan purin menyebabkan kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) dan asam urat. Dalam kondisi ini perlu diwaspadai karena bisa sangat menyakitkan dan bahkan melumpuhkan. Dimana asupan purin tertinggi ada pada produk hewani (selain produk susu dan telur)[2].

2. Memiliki riwayat alergi

Alergi yang merupakan hipersensitivitas tubuh terhadap asupan yang dimakan, imun tubuh cukup reaktif terhadap bahan pemicu alergi atau alergen[3]. Tidak menutup kemungkinan seseorang akan mengalami reaksi alergi terhadap daging ayam sesuai riwayatnya.

Alergi dapat disebabkan gen bawaan lahir, sehingga membatasi konsumsi daging ayam menjadi solusinya. Supaya terhindar dari gejala alergi seperti muncul bentol merah yang terasa gatal setiap kali memakan daging ayam.

Alergi ayam sebagai reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap kandungan protein yang terdapat pada daging ayam. Itu dianggap oleh tubuh sebagai sesuatu yang berbahaya bagi tubuh dan melakukan perlawanan kemudian menimbulkan reaksi alergi[3].

Konsumsi daging ayam dapat menyebabkan reaksi alergi parah yang diperantarai IgE. Secara keseluruhan, alergi daging ayam dianggap sebagai penyakit langka.  Berdasarkan sensitisasi dan alergen yang terlibat, terdapat jenis alergi daging ayam primer, di mana sensitisasi terhadap alergen pada daging terjadi melalui mukosa usus setelah seseorang mengkonsumsi daging ayam[4].

Jauh lebih sedikit yang diketahui tentang alergen yang terlibat dalam alergi daging ayam utama. Studi awal dengan jumlah pasien yang terbatas melaporkan beberapa protein tak dikenal dengan reaktivitas silang dari daging ayam[4].

Alergi ayam memang tidak umum, tetapi mereka dapat menyebabkan gejala yang tidak nyaman atau bahkan berbahaya pada beberapa orang. Itu dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia. 

Gejala yang terkait dengan alergi unggas primer sering kali termasuk bentuk parah dari sindrom alergi oral dan biasanya melalui reaksi sistemik melibatkan kulit dan saluran pencernaan. Menarik dan sebanding dengan pengamatan pada individu dengan alergi ikan, gejala dipicu setelah konsumsi daging ayam[4].

Alergi daging ayam asli, meskipun merupakan kondisi yang langka, mungkin sering diabaikan. Alergen yang menyebabkan sensitisasi pada saluran cerna membutuhkan resistensi yang tinggi terhadap pencernaan. Resistensi alergen tidak hanya bergantung pada karakteristik intrinsiknya tetapi juga pada komposisi makanan[4]

Oleh karena itu, orang yang memiliki riwayat alergi terhadap daging ayam perlu menghindarinya. Memastikan hidangan yang dimakan aman dan memiliki opsi makanan pengganti. Berhati-hati untuk tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi pantangan.

3. Kardiovaskular

Kardiovaskuler itu sendiri adalah penyakit yang ditimbulkan dari gangguan jantung dan pembuluh darah. Gangguan tersebut menjadi penyebab utama penyakit jantung dan stroke[5].

Pengidap kardiovaskuler perlu mengurangi makanan yang dapat meningkatkan lipid darah, untuk mengurangi peningkatan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan komplikasi lainnya. Itu sebagai upaya mendorong kebiasaan sehat yang dapat berdampak positif pada tubuh dengan mengadopsi dan mempertahankan perilaku sehat[5].

Lipid sebagai jenis molekul yang membentuk struktur berbeda dalam tubuh. Itu penting untuk fungsi tubuh, namun terlalu banyak konsusmi makanan yang mengandung lipid dapat berisiko pada penyakit jantung (Kardiovaskuler)[6].

Seperti daging ayam yang gelap cenderung memiliki lemak yang lebih tinggi daripada daging putih. Dimana lemak jenuh dan lemak trans menjadi lemak yang harus dijauhi. Lemak ini berpotensi memicu penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke[6].

Selain itu, penumpukan low-density lipoprotein (LDL) dapat memicu penyumbatan arteri dan dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.  Tingginya kadar LDL dapat dihindari dengan mengatur konsumsi kolesterol dan lemak jenuh yaitu menghindari daging ayam yang berlemak[7].

Mengingat beberapa penyakit tersebut dapat berdampak serius, maka tetap jaga kesehatan dan hindari konsumsi ayam maupun produk makanan yang terbuat dari daging ayam.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment