Daftar isi
Apa Itu Rabies?
Rabies merupakan sebuah kondisi infeksi virus pada sistem saraf dan otak yang berbahaya dan mampu mengakibatkan kematian pada penderitanya [1,2,3,4,5,7,8,11,12].
“Anjing gila” adalah istilah lain untuk menyebut rabies dan virus penyebab rabies sendiri tak hanya mampu menyerang hewan mamalia, sebab manusia pun tak dapat luput dari infeksi ini.
Bila biasanya virus atau bakteri dapat berpeluang masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit yang memiliki luka terbuka, virus penyebab rabies pun demikian.
Virus berpotensi masuk ke dalam tubuh manusia, terserap ke dalam kulit apabila terdapat luka di kulit.
Tinjauan Rabies adalah sebuah kondisi infeksi virus yang menyerang bagian sistem saraf dan otak, baik itu pada hewan maupun pada manusia. Istilah lain yang kerap digunakan untuk kondisi infeksi ini adalah "anjing gila".
Fakta Tentang Rabies
- Per tahun angka kematian global karena rabies diperkirakan oleh para peneliti mencapai 30.000 hingga 70.000 kasus [1].
- Di Amerika Serikat, hanya terdapat beberapa laporan kasus rabies pada manusia karena di negara-negara maju, penularan rabies dari hewan ke manusia hanya kurang lebih 10% saja [1].
- Di Indonesia, sumber penularan rabies ke manusia umumnya adalah karena gigitan anjing yang telah terkena infeksi rabies dengan persentase 98% kasus di mana sisanya disebabkan oleh kucing dan monyet [2].
- Faktanya, infeksi rabies baik yang mengenai hewan maupun manusia, bila sudah mencapai otak, maka risiko kematian sangat besar [2].
- Rabies dapat menjangkiti siapa saja dan terdapat kurang lebih 150 negara di dunia dengan kasus ini di mana setiap tahunnya 55.000 orang meninggal karenanya [2].
- Secara global, terdapat 15 juta orang lebih yang mengalami gigitan hewan pembawa virus rabies dan memperoleh VAR (vaksin anti rabies) sebagai pencegah rabies [2].
- 40% kasus gigitan hewan pembawa virus rabies di dunia terjadi pada anak-anak dengan usia 15 tahun ke bawah [2].
- Di sejumlah negara Asia, jumlah kasus rabies pada manusia per tahunnya rata-rata adalah 168 kasus di Indonesia, 9.000 kasus di Vietnam, 20.000 kasus di Filipina, 2.500 kasus di China, dan 20.000 kasus di India [2].
- Di Indonesia sendiri, rabies adalah masalah kesehatan yang cukup genting mengingat adanya 24 dari 34 provinsi di Indonesia yang merupakan wilayah endemis rabies dan 10 provinsi lainnya bebas dari rabies [2].
Penyebab Rabies
Virus rabies adalah penyebab utama penyakit rabies di mana virus ini dapat menyebar ke manusia melalui [1,2,3,4] :
- Cakaran kuku jari hewan yang air liurnya telah terkontaminasi virus rabies.
- Semburan air liur yang telah mengandung virus rabies dan masuk ke luka di kulit ataupun lapisan mukosa (mulut atau mata).
- Gigitan hewan atau penderita yang telah terinfeksi virus rabies.
Virus akan langsung menuju pembuluh darah saat seseorang terkena gigitan hewan yang membawa virus.
Virus yang sudah masuk akan kemudian menyebar dan berpotensi sampai ke otak [1].
Penggandaan diri oleh virus terjadi begitu cepat sehingga otak dan saraf tulang belakang akan mengalami radang yang cukup serius.
Jika tak segera mendapatkan penanganan, risiko komplikasi hingga kematian sangat besar
Penyebaran virus rabies diketahui lebih cepat jika cakaran atau gigitan terjadi di area kepala dan leher, baik oleh kucing, rakun, rubah, kelinci, kuda, sapi, musang, monyet, anjing, berang-berang, kambing, maupun kelelawar [1,2,3,4,5].
Beberapa faktor di bawah ini pun diketahui mampu meningkatkan risiko seseorang tertular rabies [1,6] :
- Memiliki luka di kulit
- Senang berkemah
- Tinggal di negara yang tingkat kebersihan, higienis dan sanitasi yang rendah
- Senang melakukan aktivitas mendaki gunung dan lainnya di alam terbuka
- Tinggal di lingkungan yang cukup dekat dan mudah dijangkau oleh hewan-hewan liar
- Tinggal di daerah yang tidak terdapat layanan imunisasi atau vaksinasi dengan mudah
Tinjauan Penyebab rabies pada manusia adalah gigitan, cakaran atau air liur hewan yang telah terkena infeksi rabies lebih dulu. Virus rabies akan dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka bekas gigitan atau cakaran hewan tersebut.
Gejala Rabies
Timbulnya gejala rabies biasanya tidak secara langsung usai kena gigitan atau cakaran hewan yang membawa virus rabies.
Gejala akan muncul 4-12 minggu usai terkena paparan infeksi virus rabies dan waktu sebelum gejala-gejala muncul disebut dengan masa inkubasi yang sebenarnya juga dapat terjadi lebih cepat [1].
Berikut ini adalah sejumlah gejala awal penyakit rabies yang kemungkinan serupa dengan penyakit flu, namun perlu diwaspadai sebagai infeksi rabies [1,2,7].
- Sakit kepala
- Demam
- Kecemasan
- Insomnia
- Paralisis atau kelumpuhan parsial
- Halusinasi
- Air liur berlebih
- Sulit menelan
- Kebingungan atau cenderung linglung
- Agitasi
- Mual disertai muntah
- Hiperaktif
- Tubuh lemas
- Tubuh kesemutan
Karena keluhan gejala mirip dengan penyakit flu, periksakan diri segera ketika gejala timbul khususnya bila belum lama terkena gigitan atau cakaran hewan [1].
Dugaan infeksi rabies akan lebih kuat ketika sebelumnya pernah mengalami gigitan atau cakaran hewan tertentu.
Insomnia, kecemasan, kebingungan, sulit menelan, air liur berlebih dan halusinasi adalah keluhan gejala lanjutan yang kemungkinan bahkan dapat disertai dengan sesak napas [7].
Segera ke dokter untuk memeriksakan diri dan mengetahui penyebabnya.
Bahkan ketika tak begitu yakin apakah gejala berhubungan dengan infeksi virus rabies, tetap kunjungi dokter agar penyebab gejala dapat terdeteksi dan diatasi dengan tepat secepatnya.
Tinjauan Keluhan gejala penyakit rabies pada manusia meliputi sakit kepala, demam, kecemasan, insomnia, paralisis atau kelumpuhan parsial, halusinasi, produksi air liur berlebih, sulit menelan, kebingungan atau cenderung linglung, agitasi, mual disertai muntah, hiperaktif, tubuh lemas, dan tubuh kesemutan.
Pemeriksaan Rabies
Walau ketika gejala muncul perlu segera diperiksakan, hingga kini belum diketahui adanya metode diagnosa yang mampu mendeteksi atau mengidentifikasi rabies tepat setelah pasien digigit atau dicakar hewan pembawa virus rabies.
Ketika gejala sudah muncul, barulah hal ini dapat dideteksi dengan beberapa metode pemeriksaan seperti berikut :
- Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Dokter biasanya akan memeriksa fisik pasien di awal, mulai dari pengecekan irama jantung, kondisi suhu tubuh, tekanan darah, dan pernapasan [1,8].
Dokter juga mengajukan sejumlah pertanyaan seputar informasi yang diperlukan sebagai penguat diagnosa.
Pasien perlu memberi tahu dokter riwayat bepergian dan kapan gejala mulai timbul.
Tak hanya itu, pasien juga perlu menginformasikan obat apa saja yang tengah digunakan karena terdapat obat tertentu yang mampu membuat efektivitas vaksin yang dokter berikan berkurang (seperti chloroquine) [9].
- Tes Pemindaian
Sebagai tes penunjang, dokter kemungkinan besar akan merekomendasikan tes pemindaian seperti CT dan MRI scan [1].
Dokter perlu melihat kondisi bagian dalam tubuh pasien dan mengidentifikasi adanya gangguan di sana.
- Tes Darah
Pemeriksaan darah umumnya digunakan untuk mendeteksi jumlah sel darah putih, sel darah merah serta trombosit [1].
Tes darah juga bertujuan agar antibodi dapat mendeteksi apa jenis mikroba yang menjadi penyebab infeksi.
- Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal merupakan jenis metode diagnosa yang juga disebut dengan istilah spinal tap [1].
Pungsi lumbal adalah prosedur pemeriksaan cairan serebrospinal yang bertujuan mendeteksi adanya kelainan atau gangguan pada otak maupun sistem saraf.
Biopsi pada leher adalah salah satu metode diagnosa yang umumnya digunakan dokter untuk mengambil sampel cairan serebrospinal atau jaringan sumsum tulang [1,8].
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya infeksi pada otak atau sumsum tulang penderita.
Tinjauan Dokter perlu mendiagnosa gejala yang dialami pasien dengan beberapa metode pemeriksaan, yakni pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, pungsi lumbal, tes pemindaian, dan biopsi.
Pengobatan Rabies
Hingga kini belum diketahui jelas metode pengobatan rabies yang benar-benar efektif dan mampu menyembuhkan penderitanya.
Diketahui hanya sedikit orang-orang yang mampu bertahan hidup usai terkena infeksi rabies, namun dalam penanganannya berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu diketahui.
- Perawatan Luka
Gigitan atau cakaran hewan apapun perlu segera diatasi dan diobati. Oleh karena itu, jika ada kekhawatiran akan paparan virus rabies, luka harus segera dibersihkan dan diberi obat [1].
Gunakan air dan sabun untuk membersihkan, begitu juga alkohol [1,2].
Usai dibersihkan, gunakan benzalkonium atau povidone-iodine dan terapkan pada bagian luka [1,2,4].
- Ke Dokter
Untuk penanganan yang lebih cepat, terjadinya gigitan atau cakaran hewan liar pada kulit sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit atau dokter secepatnya [1].
Menuju fasilitas kesehatan paling dekat dengan lokasi kita adalah jalan terbaik untuk penanganan dalam mewaspadai infeksi rabies.
- Vaksin dan Imunoglobulin Rabies
Untuk gigitan hewan liar seperti musang, rakun, tupai dan kelelawar, di Amerika Serikat umumnya akan memanfaatkan imunoglobulin rabies dan vaksin [1,10].
Penanganan ini di luar Amerika Serikat digunakan untuk mengatasi gigitan anjing.
Tentang Vaksin Anti Rabies (VAR)
VAR atau vaksin anti rabies diberikan oleh dokter bila pasien digigit oleh hewan liar yang diduga kuat membawa virus tersebut [1,2,10,11,12].
Vaksin tak hanya berperan sebagai pencegah infeksi, tapi juga sebagai perangsang antibodi dalam melawan dan menetralisir virus rabies di dalam tubuh.
Dosis untuk tiap penderita tidak sama, tergantung kondisi pasien itu sendiri [12].
- Pemberian vaksin untuk yang belum pernah memperoleh vaksinasi umumnya 4 kali dan itu pun dalam periode 21 hari.
- Pemberian vaksin untuk yang sudah pernah memperoleh vaksinasi umumnya hanya 2 kali dan dalam periode 3 hari.
Pemberian vaksin dilakukan langsung melalui suntikan ke otot paha atau lengan bagian atas.
Orang-orang yang paling dianjurkan memperoleh vaksin anti rabies adalah mereka yang akan memiliki kegiatan yang berpotensi besar terkena paparan virus rabies .
Terdapat beberapa efek samping usai memperoleh vaksin anti rabies ini, beberapa diantaranya adalah :
- Nyeri pada area yang disuntik
- Bengkak pada area yang disuntik
- Timbul ruam di sekitar area yang disuntik
- Sakit kepala
- Demam
- Nyeri otot
- Muntah-muntah
Tentang Serum Anti Rabies (SAR)
Selain VAR, ada pula SAR (serum anti rabies) yang fungsinya juga sebagai penetral virus [10,11].
Tak hanya itu, serum ini juga bekerja sebagai pemberi perlindungan pada luka selama 7-10 hari sebelum pembentukan antibodi oleh vaksin terjadi [1].
Pemberian SAR biasanya hanya untuk orang-orang yang terluka dan memiliki risiko tinggi.
Dosis yang diberikan juga tidak sama antara satu penderita luka dengan penderita lainnya karena harus disesuaikan dengan berat badan.
Dosis umum SAR adalah 20 atau 40 IU per kilogram berat badan pasien [1,10].
Namun, hal ini juga kembali lagi pada jenis serum yang dokter putuskan untuk diberikan kepada pasien.
Tinjauan Membersihkan luka bekas gigitan dan cakaran dari hewan liar dengan benar, ke dokter, dan memperoleh vaksin serta serum anti rabies adalah langkah tepat dalam menangani infeksi rabies.
Komplikasi Rabies
Ketika infeksi virus rabies tak segera mendapatkan penanganan, dikhawatirkan risiko-risiko komplikasi di bawah ini dapat terjadi pada penderitanya yang bahkan bisa berakibat sangat fatal [1] :
- Afasia
- Psikosis
- Faskikulasi
- Kejang
- Instabilitas otonomi
- Paralisis atau kelumpuhan anggota tubuh
- Koma
- Kematian
Pencegahan Rabies
Sebagai upaya pencegahan rabies, beberapa hal di bawah ini tak hanya perlu diperhatikan tapi juga perlu dilakukan [13] :
- Memberikan vaksin pada hewan peliharaan. Apapun jenis hewan peliharaan (terutama yang berpotensi membawa virus rabies) perlu diberi vaksin. Untuk hal ini, konsultasikan lebih jauh dan detail dengan dokter hewan yang menangani hewan peliharaan Anda.
- Menjaga hewan peliharaan yang kecil dari predator. Jika memiliki hewan peliharaan berukuran kecil seperti kelinci misalnya, pastikan menjaganya tetap berada di kandang dan di tempat yang aman agar tidak mudah diserang hewan-hewan liar pembawa virus.
- Membatasi dan mengawasi hewan peliharaan. Pastikan untuk mengawasi hewan peliharaan dengan baik, terutama saat berada di luar kandang atau di luar ruangan. Batasi interaksi hewan peliharaan dengan hewan lainnya, khususnya dengan hewan liar.
- Menghindari hewan-hewan liar. Hewan liar berpotensi besar membawa virus berbahaya seperti rabies (umumnya hewan liar pembawa virus rabies juga tidak takut terhadap manusia).
- Melaporkan keberadaan hewan liar pada pihak berwenang lokal. Jika terdapat hewan-hewan liar di sekitar lingkungan tempat tinggal dan hal ini cukup mengkhawatirkan, laporkan pada pihak berwenang di area tersebut untuk mengurusnya.
- Mengecek sudut-sudut ruangan yang berpotensi menjadi sarang kelelawar. Kelelawar adalah salah satu hewan yang berpotensi membawa virus rabies, maka pastikan untuk mengecek seluruh bagian ruangan di rumah dan bila terdapat kelelawar, segera usir dari sana.
- Memperoleh vaksin rabies sebelum berwisata. Jika memiliki rencana berkunjung atau berwisata ke negara-negara di mana infeksi rabies cukup umum, pastikan sudah mendapatkan vaksin sebelum melakukan perjalanan.
Tinjauan Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan menghindari interaksi dengan hewan liar yang tak diketahui sehat atau tidaknya. Selain itu, memperoleh vaksin untuk diri sendiri dan hewan peliharaan serta menjaga hewan peliharaan agar tak berinteraksi dengan hewan liar lain juga menjadi langkah pencegahan yang perlu diupayakan.