Daftar isi
Apa itu Retinopati Hipertensi?
Hipertensi (tekanan darah tinggi) yang tidak terkendali mempengaruhi beberapa sistem organ seperti kardiovaskuler, ginjal, cerebrovaskuler, dan retina. Hipertensi yang mempengaruhi mata dapat menyebabkan tiga jenis kerusakan okuler, yaitu koroidopati, retinopati, dan neuriopati optik[1].
Retinopati hipertensi terjadi ketika pembuluh darah mengalami di dalam retina mengalami kerusakan akibat peningkatan tekanan darah[1, 2].
Retina merupakan lapisan jaringan yang terletak pada bagian belakang mata. Retina berfungsi menerima rangsang cahaya dan mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf[3].
Menurut studi oleh Erden, et.al. tahun 2012, tingkat keparahan dan durasi hipertensi secara langsung sebanding dengan insidensi retinopati hipertensi. Studi menunjukkan insidensi retinopati hipertensi sebesar 66,3%[1].
Penyebab Retinopati Hipertensi
Penyebab utama retinopati hipertensi ialah tekanan darah tinggi dalam waktu lama. Tekanan darah tinggi merupakan masalah kronis yang mana daya tekan darah terhadap dinding pembuluh arteri terlalu tinggi[1, 3].
Makin lama atau berat tekanan darah tinggi mengarah pada perubahan vaskuler eksudatif, kerusakan endotel, dan nekrosis yang mengikuti[2].
Retinopati hipertensi terjadi ketika pembuluh darah yang mensuplai darah ke retina mengalami kerusakan. Kemungkinan kerusakan retina meningkat dengan keparahan tekanan darah tinggi dan lama waktu mengalami kondisi[4].
Retinopati hipertensi umumnya terjadi setelah tekanan darah terus menerus tinggi dalam waktu lama[3].
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi yaitu[3, 4]:
- Berat badan berlebihan
- Kurang aktivitas fisik
- Konsumsi terlalu banyak garam
- Tekanan atau stres
- Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga
- Diabetes
- Konsumsi alkohol
Pasien dengan retinopati hipertensi memiliki risiko tinggi mengalami kerusakan pada organ-organ lainnya[2].
Faktor Risiko Retinopati Hipertensi
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko retinopati hipertensi[2, 3]:
- Tekanan darah tinggi dalam waktu lama
- Penyakit jantung
- Aterosklerosis
- Diabetes
- Merokok
- Kolesterol tinggi
- Berat badan berlebihan
- Konsumsi makanan tidak sehat
- Konsumsi alkohol berat
Gejala Retinopati Hipertensi
Retinopati hipertensi ringan hingga sedang biasanya tidak menimbulkan gejala. Umumnya pasien baru mengalami gejala retinopati hipertensi setelah terdapat kerusakan signifikan pada retina[3, 4, 5].
Beberapa gejala yang dapat dialami pasien retinopati hipertensi meliputi[3, 4]:
- Penurunan penglihatan
- Penglihatan kabur atau ganda
- Sakit kepala
- Pembengkakan mata
- Pecahnya pembuluh darah
- Hilangnya penglihatan, ketika kondisi telah berprogres secara signifikan
Tahap Retinopati Hipertensi
Retinopati hipertensi umumnya dibedakan berdasarkan tingkat keparahan kondisi menjadi 4 tahap. Klasifikasi ini disebut sebagai sistem klasifikasi Keith Wagener Barker[3, 4].
Berikut tingkatan retinopati hipertensi[1, 3, 4]:
- Tingkat 1
Tekanan darah tinggi dan terjadi penyempitan ringan arteri. Umumnya tidak menimbulkan gejala.
- Tingkat 2
Tekanan darah tinggi, terjadi konstriksi yang lebih ketat atau berat pada arteri retina yang disebut sebagai jepitan arteriovenosa. Umumnya tidak menimbulkan gejala.
- Tingkat 3
Tanda-tanda kerusakan seperti pendarahan retina, adanya lesi putih pada retina, edema retina, mikroaneurisme. Dapat timbul gejala.
- Tingkat 4
Terdapat tanda-tanda berat disertai pembengkakan lempeng optik disebut papilledema dan edema makuler. Pasien mengalami gejala dan memiliki risiko lebih tinggi mengalami stroke dan peyakit ginjal atau jantung.
Retinopati hipertensi juga dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi Scheie, sebagai berikut[1]:
- Tahap 0: Tidak terdapat abnormalitas teramati
- Tahap 1: Penyempitan arteri yang menyebar
- Tahap 2: Tahap 1 + penyempitan arteriol fokal
- Tahap 3: Tahap 2 + pendarahan retina
- Tahap 4: Tahap 3+ eksudat keras + edema retina + pembengkakan disk optik
Komplikasi Retinopati Hipertensi
Pasien dengan retinopati hipertensi memiliki risiko mengalami berbagai komplikasi seperti[1, 3, 4]:
- Oklusi vena retina: terjadi ketika pembuluh vena tersumbat oleh bekuan darah
- Oklusi arteri retina: terjadi ketika pembuluh arteri tersumbat oleh bekuan darah. Kondisi ini menyebabkan retina tidak mendapatkan cukup oksigen atau darah, mengakibatkan hilangnya penglihatan.
- Neuropati optik iskemik: terjadi ketika tekanan darah tinggi menyumbat aliran normal darah ke dalam mata, merusak saraf optik. Saraf optik merupakan bagian mata yang menyalurkan rangsang penglihatan ke otak.
- Kerusakan serabut saraf: dapat mengarah pada munculnya bintik-bintik seperti kapas, yang mana merupakan luka putih halus pada retina.
- Hipertensi malignan: kondisi langka yang menyebabkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, mempengaruhi penglihatan dan menyebabkan hilangnya penglihatan tiba-tiba. Kondisi ini dapat bersifat fatal.
Selain itu, pasien dengan retinopati hipertensi memiliki risiko lebih tinggi mengalami stroke dan serangan jantung[3, 4].
Diagnosis Retinopati Hipertensi
Diagnosis retinopati hipertensi biasanya melibatkan pemeriksaan oleh dokter mata berdasarkan gejala yang dialami pasien[4, 5].
Untuk memeriksa mata, dokter dapat melakukan tes diagnosis seperti[3, 4]:
- Ophthalmoscope
Ophthalmoscope digunakan untuk memeriksa kondisi retina pasien. Alat ini menyorot cahaya ke bagian dalam mata untuk memeriksa tanda-tanda penyempitan pembuluh darah atau kebocoran cairan di bagian belakang mata. Prosedur ini tidak mengakibatkan rasa sakit pada pasien dan berlangsung kurang dari 10 menit.
Tes fluorescein angiografi dilakukan untuk memeriksa aliran darah retina. Prosedur ini dilakukan dengan pemberian zat warna (dye) yang disebut fluorescein melalui vena. Dokter akan mengambil gambar mata sebelum dan sesudah diberikan zat warna.
Pengobatan Retinopati Hipertensi
Pengobatan retinopati hipertensi meliputi mengendalikan dan menurunkan tekanan darah yang dilakukan dengan pengubahan gaya hidup dan penggunaan obat[3, 4].
Pengubahan Gaya Hidup
Pengubahan gaya hidup meliputi: [3,4]
- Beraktivitas fisik atau olahraga secara teratur
- Mengurangi konsumsi garam
- Membatasi konsumsi kafein dan alkohol
- Membiasakan konsumsi banyak buah dan sayur-sayuran
Selain itu pasien juga dianjurkan menghentikan kebiasaan merokok serta menurunkan berat badan.
Pengobatan
Dokter dapat meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah seperti beta bloker, inhibitor ACE, bloker reseptor angiotensin-2, diuretik thiazide, dan bloker channel kalsium. [3,4]
Obat ini bekerja dengan menurunkan tekanan darah sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut dan memungkinkan retina mengalami pemulihan[3, 4].
Pengobatan juga bergantung pada tingkat keparahan penyakit, sebagai berikut[1]:
- Retinopati hipertensi ringan
Penanganan meliputi pengendalian tekanan darah dengan pemantauan kondisi secara rutin.
- Retinopati hipertensi sedang
Rujukan ke dokter perlu dilakukan untuk memastikan faktor lain yang berkaitan dengan kondisi dan mengecek abnormalitas kardiovaskuler. Penanganan meliputi pengendalian tekanan darah dan pemantauan kondisi.
- Retinopati hipertensi berat
Kondisi ini memerlukan penanganan segera. Selain itu diperlukan pemantauan sistem organ lain seperti ginjal, kardiovaskuler, dan otak.
Pencegahan Retinopati Hipertensi
Retinopati hipertensi dapat dicegah dengan melakukan beberapa kiat berikut[4, 5, 6]:
- Menjaga berat badan sehat, jika diperlukan diet sebaiknya konsultasikan dengan dokter lebih dahulu.
Mengurangi berat badan sering kali merupakan perubahan gaya hidup yang paling efektif untuk mengendalikan tekanan darah. Umumnya, kita dapat menurunkan tekanan darah hingga sekitar 1 mmHg dengan setiap 1 kg penurunan berat badan.
- Berolahraga secara rutin
Aktivitas fisik rutin, seperti 150 menit seminggu atau 30 menit per hari, dapat menurunkan tekanan darah hingga sekitar 5-8 mmHg. Olahraga dapat membantu menurunkan tekanan darah pada tingkat yang lebih aman.
- Menghindari atau berhenti merokok
Setiap batang rokok meningkatkan tekanan darah selama beberapa menit setelah merokok. Berhenti merokok membantu mengembalikan tekanan darah ke kondisi normal dan menurunkan risiko penyakit jantung.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
Konsumsi diet kaya menu biji-bijian, buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta skimps lemak jenuh dan kolesterol dapat menurunkan tekanan darah hingga 11 mmHg.
- Mengurangi konsumsi garam (natrium)
Pengaruh konsumsi natrium pada tekanan darah dapat berbeda-beda di antara satu individu dan yang lain. Pada umumnya batas konsumsi natrium hingga 2.300 mg per hari atau kurang. Namun konsumsi natrium lebih rendah (1.500 mg/hari atau kurang) lebih dianjurkan untuk orang dewasa.
- Membatasi konsumsi alkohol
Mengkonsumsi alkohol lebih banyak dari jumlah rata-rata dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, konsumsi alkohol juga dapat menurunkan efektivitas obat tekanan darah.
- Menghindari konsumsi kafein
Kafein dapat memberi efek berbeda pada tekanan darah masing-masing individu. Pada beberapa orang, kafein dapat meningkatkan tekanan darah hingga 5-10 mmHg. Untuk orang dengan hipertensi, mengurangi konsumsi kafein lebih dianjurkan.
Stres kronis dapat berpengaruh pada tekanan darah. Terkadang beberapa reaksi terhadap stress meningkatkan tekanan darah, seperti konsumsi makanan tidak sehat, minum alkohol atau merokok.
- Melakukan pemeriksaan mata dan pengecekan tekanan darah secara berkala
Pasien dengan tekanan darah tinggi berisiko mengalami retinopati hipertensi. Pemeriksaan mata secara berkala memungkinkan deteksi dini penyakit sehingga dapat segera dilakukan penanganan.
Tekanan darah juga sebaiknya dicek secara berkala untuk memantau kondisi dan memastikan tekanan darah tidak meningkat menjadi berbahaya.