Sindrom Dumping : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Sindrom Dumping?

Sindrom Dumping
Sindrom Dumping ( img : Cleveland Clinic )

Sindrom Dumping adalah sebuah kondisi di mana makanan yang masuk ke dalam tubuh, terutama gula, bergerak dengan sangat cepat menuju usus kecil dari perut [1,2,3,4,5].

Kondisi ini lebih rentan terjadi pada seseorang usai menjalani operasi perut atau operasi bypass dengan tujuan menurunkan berat badan [1,2,3,4,5].

Tinjauan
Sindrom Dumping adalah pergerakan makanan yang terlalu cepat ketika masuk ke dalam tubuh menuju usus di mana sindrom ini umumnya disebabkan oleh riwayat operasi perut atau lambung. 

Fakta Tentang Sindrom Dumping

Sindrom Dumping dialami oleh rata-rata pasien yang menjalani operasi perut atau lambung [1].

Diperkirakan terdapat 20-50% pasien pasca operasi lambung yang mengalami gejala-gejala mengarah pada sindrom Dumping [1].

Sementara itu, gejala sindrom Dumping yang lebih parah terjadi pada sekitar 1-5% pasien [1].

Umumnya, kasus sindrom Dumping muncul cepat adalah yang paling tinggi jumlah kasusnya [1,2].

Hanya saja, di Indonesia belum diketahui jelas prevalensi sindrom Dumping.

Jenis-jenis Sindrom Dumping

Sindrom Dumping terklasifikasi menjadi dua jenis kondisi menurut waktu timbulnya gejala, yaitu sindrom Dumping muncul cepat dan sindrom Dumping muncul lambat [1,2,4,5].

Sindrom Dumping Muncul Lambat

Pada kasus sindrom Dumping muncul lambat, gejala baru akan muncul sekitar 1-3 jam setiap sehabis makan [1,2,4,5].

Hanya 25% kasus sindrom Dumping dengan gejala muncul lambat seperti ini.

Lambatnya kemunculan gejala ini dapat disebabkan oleh peningkatan kadar gula di dalam usus karena makanan yang masuk ke dalam tubuh terlalu cepat [1,2,4,5].

Kadar gula darah awalnya akan melonjak karena gula berlebih, lalu hormon insulin dilepaskan oleh pankreas untuk memindahkan gula dari darah ke sel-sel tubuh [1,2,4,5].

Karena pelepasan insulin yang terlalu banyak, kadar gula darah yang semula tinggi dapat menurun tiba-tiba sehingga penderita mengalami hipoglikemia [4].

Sindrom Dumping Muncul Cepat

Pada kasus sindrom Dumping muncul cepat, kemunculan gejala adalah sekitar 10-30 menit setiap sehabis makan [1,2,4,5].

Jenis sindrom Dumping ini lebih banyak dijumpai dengan jumlah kasus mencapai 75%.

Ketika makanan masuk ke dalam tubuh, pergerakannya bisa menjadi sangat cepat dan tiba-tiba sampai ke usus [1,2,4,5].

Akibatnya, terjadi pula banyaknya cairan yang pindah dari aliran darah ke usus yang kemudian menyebabkan perut kembung dan diare [1,5].

Sejumlah zat kimia pun dilepaskan oleh usus karena kejadian tersebut yang berdampak pada tekanan darah yang menurun drastis serta detak jantung yang lebih cepat [1].

Tinjauan
Sindrom Dumping terbagi menjadi dua jenis kondisi menurut seberapa cepat timbulnya gejala, yaitu sindrom Dumping muncul lambat dan sindrom Dumping muncul cepat.

Penyebab Sindrom Dumping

Seseorang dapat mengalami sindrom Dumping karena pergerakan asam lambung dan makanan dari perut ke usus kecil tak terkontrol dan lebih cepat dari normalnya [1,2,3].

Pada seseorang yang memiliki riwayat operasi, terutama operasi perut (termasuk operasi lambung), perubahan pada perut mampu menyebabkan hal ini [1,2,3].

Jenis-jenis operasi perut yang dapat meningkatkan risiko sindrom Dumping antara lain adalah sebagai berikut :

  • Esofagektomi, yakni sebuah tindakan bedah untuk mengangkat sebagian atau seluruh bagian saluran penghubung mulut dan perut [1,5].
  • Bypass lambung, yakni sebuah tindakan bedah yang umumnya digunakan dalam mengatasi obesitas dengan memperkecil kepasitas lambung sehingga pasien tak lagi dapat makan terlalu banyak [1,2,3,4,5].
  • Gastrektomi, yakni sebuah tindakan bedah di mana sebagian atau seluruh perut diangkat yang kemungkinan disebabkan oleh kanker atau kondisi gangguan kesehatan lainnya [2,4,5].
Tinjauan
Perubahan pada perut pasca operasi esofagektomi, gastrektomi, hingga bypass lambung mampu menyebabkan sindrom Dumping.

Gejala Sindrom Dumping Menurut Jenisnya

Gejala sindrom Dumping terbagi pula menurut jenis kondisi yang dialami oleh penderita.

Gejala Sindrom Dumping Muncul Lambat

Ketika gejala sindrom Dumping timbul sekitar 1-3 jam sehabis makan, kadar gula dalam darah akan menurun di mana hal ini otomatis menyebabkan gejala-gejala seperti [1,2] :

  • Pusing
  • Detak jantung lebih cepat
  • Lapar
  • Berkeringat lebih banyak
  • Tubuh terasa lebih cepat lelah dan lemah
  • Tubuh gemetaran
  • Linglung atau mudah bingung

Gejala Sindrom Dumping Muncul Cepat

Pada kondisi gejala yang kemunculannya hanya 10-30 menit setelah makan, biasanya berikut ini adalah keluhan-keluhan yang perlu diwaspadai [1,2] :

  • Kram perut
  • Mual
  • Muntah
  • Diare
  • Pusing
  • Keringat berlebihan
  • Perut terasa penuh atau kembung sehingga terasa tidak nyaman
  • Detak jantung lebih cepat dari normalnya
  • Kemerahan pada wajah

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Segera ke dokter untuk memeriksakan diri apabila beberapa gejala yang telah disebutkan di atas dialami.

Walaupun tidak memiliki riwayat operasi, tetap temui dokter dan konsultasikan gejala yang dirasakan.

Terutama saat berat badan turun drastis karena sindrom Dumping, kondisi ini seharusnya lekas diperiksakan dan ditangani.

Jika penurunan berat badan terlalu banyak, dokter kemungkinan akan merujukkan pasien ke dokter ahli gizi untuk memperbaiki pola makan dan mengembalikan berat badan.

Tinjauan
Gejala sindrom Dumping dibagi pula menjadi dua jenis kondisi, gejala sindrom Dumping muncul lambat (cepat lelah, pusing, detak jantung lebih cepat, mudah lapar, berkeringat lebih banyak, tubuh lemah, tubuh gemetaran, hingga linglung) dan gejala sindrom Dumping muncul cepat (kram perut, mual, muntah, diare, pusing, keringat berlebihan, perut kembung/terasa penuh, detak jantung lebih cepat, hingga wajah kemerahan).

Pemeriksaan Sindrom Dumping

Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa di bawah ini pasien perlu tempuh untuk memastikan apakah gejala mengarah pada sindrom Dumping.

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Pemeriksaan fisik adalah metode diagnosa yang dokter selalu lakukan di awal untuk mendeteksi apa saja gejala fisik yang dialami pasien [5].

Tak hanya itu, dokter pun biasanya perlu mengetahui riwayat medis pasien sekaligus riwayat kesehatan keluarga pasien sebelum menghasilkan diagnosa [2,5].

Riwayat penyakit maupun pengobatan yang pernah dijalani pasien sebaiknya diinformasikan kepada dokter, terutama riwayat operasi [2,5].

  • Tes Kadar Gula Darah

Tes kadar gula darah diperlukan agar dokter dapat mengetahui apakah kadar gula darah pasien normal atau tidak [4,5,6].

Pada puncak gejala sindrom Dumping, kadar gula darah pasien perlu diperiksa untuk menegakkan diagnosa [4,5,6].

Tes toleransi glukosa oral adalah metode tes yang pasien dapat jalani agar kondisi sindrom Dumping bisa dipastikan dan diobati segera [5].

  • Tes Pengosongan Lambung

Tes penunjang lainnya yang sama penting adalah tes pengosongan lambung [1,2,4,5].

Dokter akan menambahkan bahan radioaktif ke makanan pasien guna mengukur seberapa cepat gerakan makanan dari mulut ke perut pasien [2].

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes kadar gula darah dan tes pengosongan lambung merupakan metode-metode diagnosa untuk pasien dengan gejala sindrom Dumping.

Pengobatan Sindrom Dumping

Pengobatan sindrom Dumping tergantung dari jenis kondisi sindrom Dumping yang dialami oleh penderitanya.

Untuk sindrom Dumping muncul cepat, biasanya penderita akan pulih hanya dalam waktu sekitar 3 bulan.

Namun untuk kasus sindrom Dumping muncul cepat yang gejalanya tak kunjung reda walau sudah diatasi dengan perubahan diet, maupun sindrom Dumping muncul lambat, pemberian obat hingga prosedur bedah kemungkinan akan direkomendasikan.

Melalui Obat-obatan

Bila perubahan pola hidup dan pola diet tidak memengaruhi kondisi pasien sindrom Dumping menjadi lebih baik, dokter akan memberikan resep obat yang sesuai bagi pasien.

Jika diet tidak memberi efek apapun, hal ini menandakan bahwa kondisi gejala sudah cukup serius sehingga octreotide adalah obat yang pasien butuhkan [1,2,5].

Obat ini merupakan obat golongan antidiare yang diberikan dengan cara disuntikkan oleh dokter ke kulit pasien [1,2,5].

Tujuan pemberian obat ini adalah untuk mengosongkan usus dari makanan [1,2,5].

Namun, para pasien yang menempuh pengobatan ini perlu mewaspadai adanya efek samping seperti sakit perut, mual hingga muntah-muntah.

Selain itu, acarbose juga kemungkinan diresepkan oleh dokter untuk mengatasi gejala sindrom Dumping muncul lambat [1,2,4,5].

Berkonsultasilah lebih dulu dengan dokter mengenai obat ini, baik manfaat maupun segala efek samping yang berpotensi terjadi.

Melalui Operasi

Bila diet dan obat tidak efektif mengatasi gejala sindrom Dumping, dokter kemungkinan merekomendasikan prosedur bedah [1,2,4,5].

Tindakan bedah atau operasi biasanya diperuntukkan bagi pasien yang memerlukan rekonstruksi pilorus [7].

Penderita sindrom Dumping dengan riwayat operasi bypass lambung umumnya membutuhkan prosedur bedah dengan teknik rekonstruksi ini [7].

Tujuannya adalah agar operasi bypass lambung yang pernah pasien tempuh dapat dibalikkan, dengan harapan gejala sindrom Dumping pun dapat teratasi [7].

Melalui Suplemen

Karena proses gerakan atau perpindahan makanan yang begitu cepat, ada kalanya solusi sindrom Dumping adalah dengan menggunakan suplemen khusus [5,8].

Blond psyllium, black psyllium, guar gum, dan/atau pectin adalah suplemen-suplemen yang dimaksud [5,8].

Tujuan penggunaan suplemen tersebut adalah sebagai pengental makanan maupun minuman yang masuk ke tubuh dan pelambat gerakan makanan menuju usus [5].

Namun, penggunaan suplemen apapun sebaiknya berdasarkan anjuran dan resep dokter, maka konsultasikan lebih dulu sebelum mengonsumsinya.

Melalui Perawatan Mandiri

Sindrom Dumping dapat mengakibatkan penderitanya kehilangan banyak nutrisi dan membuat berat badan turun drastis.

Agar tubuh tetap ternutrisi dan gejala dapat diredakan, beberapa perawatan mandiri seperti berikut dapat diupayakan [2] :

  • Minum 6-8 gelas air putih setiap hari.
  • Mengonsumsi makanan dengan porsi yang jauh lebih kecil tapi lebih sering, seperti 5-6 kali makan porsi kecil sehari.
  • Mengonsumsi makanan berserat untuk memperlambat jalannya makanan ke usus serta penyerapan karbohidrat ke usus kecil.
  • Menghindari konsumsi minuman apapun 30-60 menit baik setelah maupun sebelum makan.
  • Mengonsumsi lebih banyak makanan berprotein tinggi, seperti ikan, karbohidrat kompleks, daging unggas, oatmeal (gandum utuh) dan daging merah.
  • Membatasi asupan minuman jus, soda, sirup, gula dan permen; karena sindrom Dumping mampu meningkatkan kadar gula darah, sebaiknya hindari makanan maupun minuman yang tinggi gula.
Tinjauan
Pengobatan sindrom Dumping biasanya meliputi pemberian obat-obatan, operasi (jika gejala sudah sangat parah), suplemen, serta perawatan mandiri (berupa perubahan pola diet).

Komplikasi Sindrom Dumping

Sindrom Dumping adalah bentuk komplikasi dari operasi perut, dan ketika sindrom Dumping tidak segera diatasi, gejala akan terus berkembang semakin buruk.

Berikut ini adalah berbagai risiko yang perlu diwaspadai agar tidak terjadi pada penderita sindrom Dumping [9] :

  • Anemia, yaitu sebuah kondisi di mana kadar sel-sel darah merah terlalu rendah; hal ini dapat terjadi karena penyerapan zat besi maupun vitamin dalam tubuh penderita sindrom Dumping terganggu.
  • Osteoporosis, yaitu pengeroposan dan kerapuhan tulang sehingga tulang lebih lemah akibat penyerapan kalsium yang buruk.
  • Kekurangan nutrisi, yaitu sebuah kondisi karena penyerapan nutrisi di dalam tubuh terhambat.
Tinjauan
Beberapa risiko komplikasi sindrom Dumping adalah osteoporosis, anemia, serta kekurangan nutrisi yang rata-rata diakibatkan oleh ketidakmampuan penyerapan nutrisi oleh tubuh.

Pencegahan Sindrom Dumping

Sindrom Dumping dapat dicegah melalui beberapa upaya sebagai berikut [2] :

  • Makan 5-6 kali dalam sehari namun dengan porsi yang lebih kecil, daripada 3 kali sehari dengan porsi normal.
  • Meningkatkan asupan serat dan protein.
  • Menghindari makanan dan minuman manis atau yang berkandungan tinggi gula.
  • Menghindari minum sampai kegiatan makan selesai.
  • Meningkatkan kekentalan minuman maupun makanan.
Tinjauan
Dalam meminimalisir risiko sindrom Dumping, penting untuk makan dalam porsi kecil tapi sering setiap hari, mengasup protein dan serat, hingga mengurangi makanan/minuman manis.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment