Daftar isi
Apa itu Leukemia?
Leukemia ialah kanker pada darah atau sumsum tulang. Sumsum tulang berfungsi menghasilkan sel-sel darah. Leukemia terjadi akibat masalah pada produksi sel darah, biasanya sel darah putih (leukosit)[1, 2].
Leukemia merupakan sekelompok kelainan hematologis yang dicirikan dengan proliferasi dan perkembangan leukosit disfungsional[3].
Leukemia disebut juga sebagai kanker darah putih. Sel darah putih atau leukosist merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan bakteri, virus, jamur, serta sel-sel abnormal dan substansi asing[4].
Pada leukemia, sel darah putih tidak berfungsi secara normal, atau dapat membelah terlalu cepat dan melebihi jumlah normal. Sel darah putih abnormal ini tidak dapat melawan infeksi dan mengganggu fungsi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah dan keping darah[1, 4].
Leukemia berada pada urutan ke-15 dalam jenis kanker paling umum didiagnosis dan urutan ke-11 dalam penyebab kematian akibat kanker di seluruh dunia[3].
Penyakit ini memiliki insidensi relatif lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, yaitu sebesar 6,1 per 100.000 pada pria dan 4,3 per 100.000 pada wanita. Dengan perbandingan tingkat kematian pada pria dan wanita sebesar 4,2 : 2,8 per 100.000[3].
Leukemia lebih banyak mempengaruhi orang berusia lebih dari 55 tahun, akan tetapi juga merupakan jenis kanker paling umum pada anak berusia di bawah 15 tahun[2].
Penyebab Leukemia
Penyebab pasti leukemia belum diketahui. Penyakit ini diduga berkembang akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan[5].
Diduga bahwa materi genetik (DNA) sel darah putih mengalami perubahan (mutasi), mengakibatkan terbentuknya sel darah putih abnormal yang tumbuh dan memperbanyak diri secara tidak terkendali[2, 5].
Sel darah putih abnormal juga tidak mati pada waktu yang seharusnya, sehingga menyebabkan kadar sel darah putih berlebihan. Seiring bertambahnya sel abnormal/sel kanker, pembentukan sel darah putih normal serta sel darah merah dan keping darah menjadi terganggu dan menimbulkan gejala leukemia[2, 5].
Faktor Risiko Leukemia
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia, meliputi[2, 3, 5]:
- Perawatan kanker yang pernah dilakukan
Pasien yang pernah menjalani kemoterapi dan terapi radiasi tertentu berisiko lebih tinggi mengalami leukemia. Paparan radiasi yang mengakibatkan ionisasi berhubungan dengan peningkatan risiko beberapa subjenis leukemia.
- Kelainan genetik
Beberapa kelainan genetik berhubungan dengan peningkatan risiko leukemia seperti sindrom Down, anemia Fanconi, sindrom Bloom, sindrom Li-Fraumeni.
- Paparan zat kimia tertentu
Paparan terhadap beberapa zat kimia dapat meningkatkan risiko leukemia, misalnya benzena yang digunakan dalam industri pewarna rambut dan zat pembersih.
- Infeksi virus
Beberapa infeksi virus berhubungan dengan leukemia seperti human T-cell leukemia virus dan virus Epstein Barr.
- Riwayat leukemia dalam keluarga
Memiliki saudara dengan leukemia dapat mengarah pada peningkatan risiko leukemia. Sementara pada seseorang dengan saudara kembar mengalami leukemia memiliki risiko 1:5 mengalami penyakit yang sama.
Jenis Leukemia
Leukemia dapat dibedakan berdasarkan kecepatan progres penyakit dan jenis sel yang terpengaruh[3, 5].
Berdasarkan Progres Penyakit
Berdasarkan progres penyakit leukemia dapat dibedakan menjadi[3, 5]:
- Leukemia akut
Leukemia akut dicirikan dengan sel-sel abnormal masih belum dewasa, berkembang dengan cepat, dan meninggalkan sumsum tulang sebagai sel disfungional yang disebut blast.
Sel blast memperbanyak diri dengan cepat dan menyebabkan onset gejala secara cepat. Seorang pasien didiagnosis leukemia akut ketika terdapat lebih dari 20% sel blast di dalam sumsum tulang.
- Leukemia kronis
Leukemia kronis berkembang lebih pelan dan dapat memerlukan bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala. Kondisi ini disebabkan oleh sel-sel yang lebih dewasa dan dapat berfungsi secara normal selama beberapa lama. Pada leukemia kronis umumnya tidak terjadi peningkatan jumlah sel blast.
Berdasarkan Jenis Sel Darah Putih
Berdasarkan jenis sel darah putih yang terpengaruh, leukemia dibedakan menjadi[3, 5]:
- Leukemia limfotik
Jenis leukemia ini mempengaruhi sel-sel dalam sistem limfa, yang mana berperan utama dalam sistem kekebalan tubuh. Sel-sel limfoid meliputi sel T, sel B, dan sel-sel natural killer.
- Leukemia myelogenous
Jenis leukemia ini mempengaruhi sel myeloid, yaitu sel yang menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan sel-sel yang memproduksi keping darah.
Jenis Utama
Jenis leukemia biasanya dibedakan menjadi empat jenis utama, yaitu[2, 3, 5]:
- Leukemia limfositik akut
Leukemia limfositik akut terjadi ketika sel darah putih primitif yang berasal dari sistem limfa bereproduksi tanpa berkembang menjadi sel B dan sel T normal.
Jenis ini merupakan leukemia paling umum pada anak-anak, mencakup 80% dari total kasus, sedangkan 20% kasus terjadi pada orang dewasa
- Leukemia myelogenous akut
Leukemia myelogenous akut ditandai dengan hiperplasia sel blast yang berasal dari myeloid. Jenis ini merupakan leukemia akut yang paling umum pada orang dewasa, tapi dapat terjadi juga pada anak-anak.
Sekitar 50% kasus leukemia yang didiagnosis pada remaja dan orang dewasa usia 20an merupakan jenis myelogenous.
- Leukemia limfositik kronis
Leukemia limfositik akut terjadi ketika sel darah putih dewasa yang abnormal dan berasal dari jaringan lymphoid mengalami hiperplasia, mengarah pada populasi monoklonal dari limfosit disfungsional.
Sebagian besar kasus terjadi pada orang berusia antara 60 dan 70 tahun. Kondisi ini lebih umum pada pria dibandingkan wanita, dan jarang mempengaruhi anak-anak.
- Leukemia myelogenous kronis
Ditandai dengan populasi monoklonal sel-sel myeloid disfungsional yang dapat memperbarui diri sendiri. Umumnya terjadi pada orang dewasa antara usia 25 hingga 60 tahun. Jarang terjadi pada anak-anak.
Pasien dengan leukemia jenis ini dapat mengalami beberapa atau tanpa gejala selama beberapa bulan hingga tahun sebelum memasuki fase di mana sel leukemia tumbuh lebih cepat.
Gejala Leukemia
Gejala yang timbul dapat berbeda-beda bergantung pada jenis dan tahap leukemia. Berikut beberapa gejala umum[1, 4, 5]:
- Demam atau menggigil
- Kelelahan dan kelemahan terus menerus
- Penurunan berat badan
- Infeksi yang sering terjadi atau berat
- Nodus limfa membengkak, atau pembesaran hati atau limfa
- Mudah berdarah atau memar
- Mimisan yang sering kambuh
- Bintik-bintik merah pada kulit (petechiae)
- Kepucatan
- Sakit tulang
- Keluar keringat berlebihan, terutama di malam hari
- Gusi bengkak atau berdarah
Leukemia juga dapat menyebabkan gejala pada organ yang telah terdampak sel-sel kanker. Misalnya jika kanker menyebar ke sistem saraf pusat dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, mual, muntah, bingung, kehilangan kendali otot, dan kejang[4].
Komplikasi Leukemia
Leukemia dapat mengarah pada terjadinya beberapa komplikasi, meliputi[3]:
- Sindrom lisis tumor
Sindrom lisis tumor merupakan komplikasi dari kemoterapi yang dapat terjadi ketika sel-sel tumor mati dengan cepat. Kerusakan seluler yang terjadi di sekujur tubuh menyebabkan dilepaskannya bagian dalam sel ke dalam aliran darah, sehingga memberatkan kerja ginjal. Kondisi ini juga menyebabkan kadar kalium, fosfor, asam urat, dan nitrogen urea darah tinggi.
- Koagulasi intravaskuler diseminata
Kondisi ini terjadi karena protein yang mengendalikan pembekuan darah menjadi terlalu aktif, mengarah pada terjadinya trombosis dan pendarahan.
- Infeksi
Obat imunosupresan dari kemoterapi, transplantasi sel induk, atau kondisi leukemia itu sendiri, meningkatkan risiko infeksi berbahaya.
- Kanker
Survivor leukemia memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker lain.
Diagnosis Leukemia
Untuk melakukan diagnosis, dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan mengenai riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Dalam pemeriksaan fisik dokter dapat mencari tahu gejala anemia dan mengecek ada tidaknya pembesaran hati atau limfa[2, 4].
Dokter juga dapat melakukan beberapa tes berikut[2, 4]:
- Tes penghitungan darah lengkap: untuk mengecek jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.
- Biopsi: pengambilan sampel jaringan dari sumsum tulang atau nodus limfa untuk mencari tanda leukemia. Dari sampel tersebut dapat diidentifikasi jenis leukemia dan laju pertumbuhannya.
Setelah pasien menerima diagnosis leukemia, dokter akan melakukan staging, yaitu penentuan stadium kanker. Staging akan membantu dalam menentukan rencana perawatan yang lebih efektif[4].
Sejumlah tes dapat dilakukan untuk memeriksa progres penyakit[4]:
- Flow cytometry: memeriksa DNA sel kanker dan menentukan tingkat pertumbuhannya.
- Liver function test: menunjukkan apakah sel kanker telah menyebar atau mempengaruhi hati.
- Lumbar puncture: memungkinkan dokter untuk mendapatkan cairan tulang belakang dan memeriksa apakah kanker sudah menyebar ke sistem saraf pusat.
- Tes imaging, seperti X-ray, ultrasound, dan CT scan: membantu dokter mencari kerusakan pada organ lain yang disebabkan oleh leukemia.
Pengobatan Leukemia
Pengobatan bergantung pada jenis leukemia, usia, dan kesehatan pasien secara umum. Kemungkinan remisi lebih tinggi jika pasien mendapatkan pengobatan segera[1, 2].
Akan tetapi beberapa bentuk leukemia tumbuh perlahan dan tidak memerlukan perawatan segera. Dokter dapat menyarankan melakukan pemantauan kondisi[4].
Pengobatan leukemia dapat meliputi[2, 4]:
- Pemantauan kodisi
Dokter tidak mengatasi secara aktif leukemia yang tumbuh dengan pelan, seperti leukemia limfositik kronis.
- Kemoterapi
Dokter akan memberikan obat secara intravena, yang mana akan menargetkan dan membunuh sel-sel kanker. Meski demikian, obat ini juga dapat merusak sel-sel non kanker dan menyebabkan efek samping berat seperti rambut rontok, berat badan turun, dan mual.
- Targeted therapy
Terapi ini menggunakan obat inhibitor tyrosine kinase yang menargetkan sel kanker tanpa mempengaruhi sel lainnya, sehingga menurunkan risiko efek samping. Contoh obat yang digunakan meliputi imatinib, dasatinib, dan nilotinib.
- Terapi interferon
Obat ini memperlambat dan lama kelamaan menghentikan perkembangan dan penyebaran sel-sel leukemia. Obat ini bekerja dengan cara serupa dengan substansi yang diproduksi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh, namun obat dapat menimbulkan efek samping berat.
- Terapi radiasi
Terapi ini menggunakan radiasi berenergi tinggi untuk merusak sel-sel leukemia dan menghambat pertumbuhannya. Radiasi dapat diaplikasikan pada bagian spesifik atau seluruh tubuh.
- Operasi
Operasi dilakukan dengan menghilangkan limfa, tapi hal ini bergantung pada jenis leukemia yang dialami.
- Transplantasi sel induk
Prosedur ini dilakukan dengan menggantikan sumsum tulang yang terdampak penyakit dengan sumsum tulang sehat. Sumsum tulang dapat diperoleh dari tubuh pasien sendiri atau dari donor. Prosedur ini disebut juga sebagai transplantasi sumsum tulang.
Tingkat bertahan hidup jangka panjang pasien dengan leukemia sangat bervariasi berdasarkan jenis leukemia, temuan sitogenetik dan molekuler, usia pasien, serta kondisi komorbid[3].
Beberapa orang dapat mencapai remisi, yang mana berarti tidak terdapat tanda adanya kanker lagi. Pasien yang mencapai remisi masih memerlukan pemantauan dan dapat diminta melakukan tes darah dan sumsum tulang untuk memastikan kanker tidak tumbuh kembali[2].
Pada tahun 1975, kemungkinan bertahan hidup selama 5 tahun atau lebih setelah menerima diagnosis leukemia sebesar 33,4%. Tahun 2011, tingkat kelangsungan hidup telah meningkat hingga 66,8%[2].
Leukemia merupakan penyakit yang belum diketahui pasti penyebabnya, sehingga belum diketahui pula cara pencegahannya. Meski demikian, dapat diupayakan untuk menghindari faktor-faktor risiko seperti paparan zat kimia berbahaya serta paparan radiasi[1].