Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) adalah golongan obat untuk HIV atau ARV (antiretroviral). Obat ini memblok transkriptase balik (reverse transcriptase) yang merupakan enzim dari HIV. HIV... menggunakan enzim ini untuk mengubah RNA menjadi DNA. Memblok enzim ini akan mencegah HIV untuk bereplikasi. NRTI merupakan salah satu dari 6 tipe ARV yang tersedia untuk mengobati HIV. Dokter akan memilih pengobatan bagi penderita berdasarkan kondisi yang dialami oleh pasien tersebut. Jika Anda menerima ARV, maka Anda harus mengonsumsi obat sesuai instruksi dokter. Konsultasikan mengenai efek samping yang mungkin terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Obat ini merupakan golongan obat keras dan tidak dijual bebas, sehingga penggunaannya harus berdasarkan instruksi dan resep dokter. Jika dokter meresepkan obat ini pada Anda, jangan merekomendasikan obat ini kepada orang lain yang mungkin memiliki gejala yang sama dengan Anda. Selalu informasikan kepada dokter jika Anda memiliki alergi obat, sedang dalam kondisi hamil atau menyusui, riwayat penyakit dan konsumsi obat apa saja yang Anda miliki. Read more
Infeksi virus yang dapat melemahkan sistem kekebalan secara perlahan adalah HIV (human immunodeficiency virus). Sejenis sel darah putih yaitu CD4 akan dibunuh oleh virus ini. Normalnya jumlah CD4 akan berkisar antara 500 hingga 2.000[1].
Disaat jumlah CD4 berkisar pada 200 hingga 500 makan akan mengidap HIV. Dan AIDS akan terjadi jika jumlah CD4 berada pada kisaran kurang dari 200. Tahap akhir dari infeksi HIV adalah AIDS[1].
Daftar isi
- Fungsi Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
- Penyakit yang Diatasi dengan Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
- Cara Kerja Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
- Contoh Obat Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
- Efek Samping Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
Fungsi Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
Penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) merupakan penghambat aktif dari reverse transcriptase yang terdapat pada retrovirus seperti HIV (human immunodeficiency virus)[2].
Penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) memiliki mekanisme kerja yang sama dan diaktifkan secara berbeda. Melalui fosforilasi penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) di aktivasi secara umum menjadi bentuk trifosfat oleh enzim seluler[2].
Penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) diindikasikan untuk mengobati virus imunodefisiensi manusia (HIV) juga untuk sindrom defisiensi imun didapat (AIDS)[2].
Banyak perusahaan yang menciptakan obat dengan meningkatnya epidemi HIV / AIDS, yang berharap agar dapat mengurangi penyebaran juga menyembuhkan masalah ini[6].
Sampai saat ini penggunaan penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) telah disetujui oleh FDA untuk dua infeksi virus. Yang pertama disetujui dalam mengobati HIV, dan kedua yaitu virus hepatitis B[6].
Penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) juga digunakan sebagai profilaksis pasca pajanan apabila memiliki kekhawatiran dengan potensi infeksi pasien dengan HIV[6].
Dan yang terakhir, penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) digunakan dalam mengurangi penyebaran HIV dari ibu ke anak selama kehamilan juga persalinan. Terapi antiretroviral berbasis AZT merupakan pilihan dalam pengobatan HIV bagi ibu hamil[6].
Penyakit yang Diatasi dengan Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
Penyakit terkait yang diatasi dengan penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI), yaitu[2]:
- Hepatitis B
- Infeksi HIV
- Paparan Non-Kerja
- Paparan Kerja
- Pengurangan Penularan HIV Perinatal
Hepatitis B adalah penyakit infeksi pada hati, dikarenakan virus. Dan terdapat vaksin yang dapat melindungi dari virus ini. Jika hepatitis ini menjadi kronis, akan dapat membuat kerusakan jaringan parut pada organ, gagal hati dan kanker, juga bisa berakibat fatal[10].
Virus ini akan menyebar melalui kontak dengan darah, luka yang terbuka, atau cairan tubuh seseorang yang mengidap virus hepatitis B ini. Apabila penyakit ini di dapati saat dewasa, maka tubuh akan melawannya dalam beberapa bulan, dan dari situ akan kebal selama sisa hidup[10].
Dan jika penyakit ini didapatkan sejak saat lahir, kemungkinan besar tidak akan hilang. Hepatitis di artikan sebagai radang hati, jenis hepatitis lainnya yaitu hepatitis A dan hepatitis C[10].
Cara Kerja Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
Penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) merupakan penghambat aktif dari reverse transcriptase yang terdapat pada retrovirus seperti HIV (human immunodeficiency virus)[2].
Melalui fosforilasi penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) di aktivasi secara umum menjadi bentuk trifosfat oleh enzim seluler, yang merupakan substrat untuk DNA proviral oleh virus reverse transcriptase[2].
Dengan obat lamivudine, analog nukleosida sintetis bekerja dengan difosforilasi pada tubuh menjadi metabolit 5′-trifosfat aktif. Sehingga akan membuat aktivitas reverse transcriptase terhambat, yang bergantung dengan RNA dan DNA oleh penghentian rantai DNA[5].
Melalui saluran gastrointestinal obat ini diserap dengan cepat, tetapi apabila menelan dengan makanan penyerapannya akan tertunda. Ketersediaan hayati lamivudine kisaran 80-87% dengan plasma puncak kisaran 1 jam[5].
Dengan melintasi sawar darah-otak dan plasenta obat ini berdistribusi dan masuk ke dalam ASI. Volume distribusi mencapai 1,3 L / kg dengan pengikatan protein plasma kira-kira 36%[5].
Menjadi metabolit aktif lamivudine triphosphate obat ini dimetabolisme secara intraseluler melalui fosforilasi. Pengeluaran obat ini melalui urin, dengan paruh waktu antara 5-7 jam[5].
Contoh Obat Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
Penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, sirup, larutan oral, dan larutan intravena. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Beberapa contoh penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) dengan resep dokter termasuk[2]:
- Entecavir
- Lamivudine
- Adefovir
- Didanosine (DdI)
- Tenofovir alafenamide
- Tenofovir
- Abacavir
- Zidovudine (AZT)
- Stavudine
- Emtricitabine
- Zalcitabine
- Telbivudine
Adefovir merupakan sebuah analog nukleotida asiklik yang ditunjuk untuk terapi hepatitis B kronis dalam kombinasi dengan agen lain. Dari hepatitis B obat ini menginduksi eksaserbasi sementara[7].
Didanosine (DdI) sebagai penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI), digunakan dalam kombinasi dengan agen lain sebelumnya dalam terapi HIV dan AIDS[8].
Zidovudine (AZT) merupakan dideoxynucleoside sintetis. Obat ini akan menjadi metabolit aktif setelah fosforilasi intraseluler, DNA polimerase dihambat, sehingga membuat replikasi DNA terhambat dan kematian sel[9].
Zidovudine (AZT) sebagai penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI), dalam kombinasi dengan agen lain digunakan dalam terapi dan profilaksis infeksi HIV dan AIDS[9].
Efek Samping Penghambat Transkriptase Balik Nukleosida (NRTI)
Penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan.
Beberapa efek samping umum dari penghambat transkriptase balik nukleosida (NRTI) termasuk[3,4]:
- Mual
- Pusing, perasaan lelah
- Sakit kepala
- Diare
- Demam
- Kelelahan
- Perasaan tidak enak badan
- Infeksi telinga – sakit telinga atau perasaan penuh
- Kesulitan mendengar
- Drainase dari telinga
- Kerewelan pada anak
- Infeksi hidung atau tenggorokan
- Hidung tersumbat
- Bersin
- Sakit tenggorokan
- Batuk
Sebelum memulai untuk menggunakan entecavir, akan perlu menjalani tes HIV . Dalam menggunakan obat dalam pengobatan hepatitis B kronis, akan menyebabkan infeksi HIV kebal terhadap obat HIV dan AIDS tertentu[3].
Penyebaran penyakit tidak akan tercegah dengan menggunakan entecavir. Gunakan kondom dalam berhubungan seksual, jangan berbagi pisau cukur atau sikat gigi. Tanyakan pada dokter tentang cara yang aman dalam mencegah penularan virus hepatitis B pada saat berhubungan seksual[3].
Jika hamil beritahu dokter, untuk mengendalikan infeksi, gunakan obat dengan benar. Hiv bisa ditularkan pada bayi apabila virus tidak terkontrol selama hamil. Bagi ibu yang menyusui, sebaiknya jangan memberikan ASI pada bayi, saat menggunakan obat lamivudine[4].
Asidosis laktat atau penumpukan asam laktat di dalam darah mungkin akan dialami di saat menggunakan lamivudine. Keadaan ini akakn lebih mungkin terjadi apabila mempunyai keadaan medis lainnya, menggunakan obat HIV dalam waktu yang lama, juga apabila seorang wanita[4].