Meningitis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi pada membran yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis dapat menjadi sangat berbahaya apabila tidak ditangani secara benar, karena dapat meracuni darah dan mengganggu kinerja otak serta sistem saraf. Biasanya, yang rentan terhadap penyakit ini adalah bayi, anak-anak, dan remaja. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga dapat terserang penyakit meningitis [1,2].
Penyakit meningitis memiliki banyak jenis, antara lain meningitis bakterial, virus, jamur, parasit, amuba dan meningitis yang tidak menular. Meningitis yang umum terjadi adalah meningitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularannya pun sangat mudah, yaitu hanya melalui makanan, kontak dengan penderita meningitis serta melalui droplet [1,2].
Dengan mengetahui hal ini, tentu saja perlu dilakukan adanya pencegahan agar bayi, anak-anak dan remaja dapat terhindar dari meningitis. Cara pencegahannya pun tidak sulit, yaitu hanya dengan vaksin. Berikut adalah beberapa jenis vaksin yang dapat digunakan sebagai langkah untuk mencegah penyakit meningitis [1].
Daftar isi
1. Vaksin meningitis B
Vaksin meningitis B disebut pula dengan vaksin meningococcal B. Vaksin ini melindungi bayi dari infeksi bakteri meningococcal tipe B yang merupakan penyebab utama penyakin meningitis, sepsis dan keracunan dalam darah pada anak. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah, amputasi, epilepsi, hilang pendengaran bahkan kematian. Infeksi ini pula dapat menyebabkan 1 dari 20 anak yang terinfeksi mengalami kematian [3,4].
Vaksin meningitis B terbuat dari 3 protein utama yang terdapat pada bakteri meningococcal. Ketiga protein utama ini akan bekerja sama dan membentuk sistem imun yang bisa melindungi tubuh dari infeksi bakteri meningococcal di masa mendatang [3].
Vaksin meningitis B dapat diberikan kepada [1,3,4]:
- bayi pada usia 8 (dosis 1) dan 16 minggu (dosis 2)
- bayi berusia 1 tahun diberikan booster vaksin meningitis B
- orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti menderita disfungsi limpa, anemia, penyakit seliaka dan gangguan sistem imun tubuh
Vaksin ini aman, namun tetap memberikan efek samping pada penerima. Pada bayi, efek samping dari vaksin meningitis B ini dapat berupa demam yang mencapai 38°C dalam waktu kurang lebih 24 jam setelah vaksinasi, kehilangan nafsu makan, mengantuk, merajuk, mual atau diare dan rasa sakit, bengkak, gatal atau kemerahan pada bekas suntikan. Beberapa bayi juga dilaporkan mengalami alergi setelah menerima vaksin ini [3,4].
Pada remaja dan orang dewasa, efek samping dapat berupa [4]:
- demam hingga lebih dari 40°C
- rasa sakit, kemerahan, bengkak, ruam, kering, gatal atau kulit yang mengeras pada bekas suntikan
- nyeri otot dan sendi
- mual
- tidak enak badan
- sakit kepala
2. Vaksin 6in1
Vaksin 6in1 merupakan suatu vaksin yang kandungannya dapat digunakan untuk menangkal 6 penyakit sekaligus. Penyakit tersebut antara lain difteri, hepatitis B, Hib (Haemophilus influenzae type b), polio, tetanus, batuk parah atau pertussis. Vaksin ini aman, tidak mengandung bakteri atau virus yang hidup, serta dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya [5,6].
Vaksin 6in1 khusus diberikan untuk bayi berusia 8, 12 dan 16 minggu. Sangat penting untuk memberikan 3 dosis vaksin 6in1 secara bertahap agar sistem imun tubuh bayi dapat meningkat dengan optimal. Namun, ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memperbolehkan bayi memperoleh vaksin ini, yaitu [1,5,6]:
- mengalami demam ketika jadwal vaksinasi
- terdapat tanda-tanda penyakit saraf
- alergi terhadap vaksin maupun kandungannya
Vaksin ini pula menimbulkan efek samping bagi bayi. Efek samping yang umum terjadi antara lain demam (umumnya pada dosis kedua dan ketiga), rasa sakit, kemerahan atau bengkak pada bekas suntikan, mual, merajuk dan kehilangan nafsu makan. Ada pula efek samping yang kurang umum atau jarang terjadi seperti [5,6]:
- diare
- berdarah pada bekas suntikan
- bayi menangis atau berteriak yang disertai dengan tubuh lemas dan berwarna kebiruan atau pucat
- kejang
Vaksin 6in1 dinilai sangat efektif dalam menangkal 6 penyakit tersebut di atas. Berikut data keefektifan vaksin 6in1 [6].
Penyakit | Keefektifan |
Difteri | 97% efektif menangkal penyakit difteri (menurut sebuah studi berdasarkan wabah difteri di Rusia pada tahun 1900an) |
Pertussis | 80 – 95% efektif |
Hib | 90 – 99% efektif (berdasarkan sebuah studi di Inggris pada awal tahun 1900an) |
Polio | 90% efektif |
Tetanus | 100% efektif (dengan tambahan 2 dosis vaksin booster pada usia prasekolah dan remaja) |
Hepatitis B | 95% efektif (melindungi hingga setidaknya 20 tahun ke depan) |
Vaksin 6in1 sudah terbukti sangat efektif melindungi bayi dari berbagai macam penyakit berbahaya hingga masa dewasanya. Maka, sangat penting untuk bayi mendapatkan vaksin ini tepat pada waktunya. Namun, apabila bayi terlambat atau belum mendapatkan vaksin ini, segeralah mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk memberikan vaksin ini sekarang juga [5].
3. Vaksin pneumococcal
Vaksin pneumococal merupakan sebuah vaksin yang digunakan untuk mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Vaksin ini biasa juga disebut dengan vaksin pneumonia. Selain dapat dijadikan pencegahan untuk penyakit meningitis, vaksin ini juga dapat mencegah pneumonia dan keracunan dalam darah [7,8].
Ada aturan terbaru mengenai pemberian vaksin pneumococcal kepada bayi. Pada bayi yang lahir sebelum 1 Januari 2020 harus diberi vaksin pneumococcal sebanyak 3 dosis, yakni pada usia 8 ,miggu, 16 minggu dan 1 tahun. Sementara untuk bayi yang lahir pada atau setelah 1 Januari 2020, diberikan 2 dosis saja, yaitu pada usia 12 minggu dan 1 tahun [1].
Selain bayi, orang dewasa, orang tua dengan usia di atas 65 tahun, remaja dan anak-anak yang mempunyai kondisi medis tertentu juga dapat menerima vaksin pneumococcal. Terutama yang memiliki kondisi jantung atau ginjal yang serius. Orang tua dengan usia di atas 65 tahun hanya akan mendapatkan 1 dosis saja. Selain itu, untuk orang yang memiliki kondisi medis tertentu, dapat divaksinasi setiap 5 tahun sekali [8].
Vaksin pneumococcal sangat efektif untuk menangkal penyakit meningitis. Keberhasilan vaksin ini mencapai 70%. Meskipun begitu, ada pula larangan untuk menerima vaksin pneumococcal, yaitu apabila [8]:
- alergi vaksin
- demam saat jadwal vaksin
- hamil dan menyusui
Adapun efek samping dari vaksin ini adalah demam namun tidak terlalu tinggi, kemerahan, keras dan bengkak pada bagian yang disuntikkan vaksin [8].
4. Vaksin Hib/MenC
Vaksin Hib/MenC merupakan vaksin yang berguna untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit Hib atau Haemophilus influenzae tipe B dan meningitis yang disebabkan oleh bakteri tipe C. Pada bayi, vaksin ini diberikan saat usia bayi mencapai 12 atau 13 bulan. Vaksin ini termasuk vaksin booster setelah bayi mendapat vaksin 6in1 saat berusia 8, 12 dan 16 minggu [1,9,10].
Selain itu vaksin Hib/MenC ini juga bisa diberikan kepada orang dengan kondisi medis tertentu, seperti [10]:
- disfungsi limpa
- anemia
- memiliki penyakit seliaka
- gangguan pada sistem imun tubuh
Vaksin Hib/Menc dinilai aman dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya sesuai jadwal. Vaksin ini juga dilaporkan bekerja dengan sangat baik dan dilaporkan memiliki tingkat keefektifan mencapai 90%. Namun, setelah pemberian vaksin akan tetap muncul efek samping pada penerima. Efek samping ini lebih ringan dari pada efek samping vaksin lainnya dan tidak berlangsung lama. Efek samping yang umum terjadi adalah [9,10]:
- rasa sakit, kemerahan atau bengkak pada bekas suntikan
- demam
- merajuk
- kehilangan nafsu makan
- mengantuk
Pada kasus yang jarang terjadi, efek samping vaksin Hib/MenC ini dapat pula berupa tangisan, diare, muntah, alergi pada kulit, susah tidur dan merasa tidak enak badan [10].
5. Vaksin MMR
Vaksin MMR merupakan vaksin untuk melindungi diri dari penyakit measles, mumps dan rubella (campak, gondok dan rubella). Vaksin ini penting karena ketiga penyakit tersebut merupakan penyakit yang sangat mudah menular, terutama di antara orang yang belum divaksin. Ketiga penyakit tersebut juga dapat menyebabkan kondisi yang fatal apabila tidak ditangani dengan benar, yaitu dapat menyebabkan penyakit meningitis, kehilangan pendengaran dan gangguan selama kehamilan [11,12].
Vaksin MMR dapat diberikan kepada orang dari semua rentang usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Pada bayi, vaksin MMR akan diberikan pada usia 12 – 15 bulan. Kemudian dapat menerima dosis kedua saat berusia 3 – 6 tahun. Yang perlu menjadi catatan adalah jarak pemberian dosis pertama dan kedua vaksin ini haruslah lebih dari 28 hari [1,11,12].
Selain bayi dan anak-anak, berikut adalah orang-orang yang dapat atau perlu menerima 2 dosis vaksin MMR [11,12]:
- pelajar pada jenjang akhir SMA atau akan masuk perguruan tinggi
- akan bepergian ke luar negeri
- tenaga kesehatan dan pekerja sosial
- wanita yang merencanakan kehamilan
- lahir antara tahun 1970 – 1979
- lahir antara tahun 1980 – 1990
Namun, ada pula kelompok yang tidak diperbolehkan menerima vaksin MMR, yaitu [11]:
- Memiliki alergi yang berat atau parah
- Sedang mengandung
- Memiliki sistem imun yang rendah karena suatu penyakit atau perawatan medis
- Memiliki histori keluarga atau keturunan dengan permasalahan imun tubuh
- Dapat terluka atau berdarah dengan mudah
- Melakukan atau menerima transfusi darah dalam waktu dekat
- Menderita tuberkulosis
- Menerima vaksin lain dalam 4 minggu terakhir
- Sedang merasa tidak enak badan
Vaksin MMR aman, namun tetap menimbulkan efek samping yang ringan, seperti kemerahan, bengkak dan rasa sakit pada bekas suntikan selama paling tidak 2 – 3 hari, serta demam selama 2 – 3 hari pada bayi juga anak-anak yang terjadi pada sekitar hari ke 7 – 11 pasca vaksinasi [12].
Vaksin MMR dinilai sangat ampuh dalam mencegah penyakit campak, gondok dan rubela, yaitu 99% ampuh melawan campak dan rubella, serta 88% ampuh melawan gondok. Vaksin ini akan membentuk kekebalan tubuh terhadap ketiga penyakit tersebut setelah 2 minggu pasca vaksinasi dan dapat melindungi selama seumur hidup [11,12].
6. Vaksin meningitis ACWY
Vaksin meningitis ACWY adalah vaksin untuk menangkal penyakit meningitis yang berasal dari bakteri tipe A, C, W dan Y, serta penyakit keracunan dalam darah. Vaksin ini khusus untuk para remaja dalam usia menuju perkuliahan atau universitas. Vaksin meningitis ACWY bisa diterima oleh remaja pada kelompok usia 13 -16 tahun atau pada kelas 10 di jenjang SMA [13,14].
Selain itu, vaksin meningitis ACWY juga dapat diberikan kepada kelompok orang tertentu, seperti orang yang tidak mempunyai organ limpa atau organ limpa tidak berfungsi secara maksimal, akan pergi berhaji dan untuk para pelancong yang akan mengunjungi negara dengan kasus meningitis yang tinggi, seperti Afrika dan Amerika Latin. [14].
Para remaja yang terlambat atau belum mendapatkan vaksin meningitis ACWY ini pun masih bisa mendapatkan vaksin susulan. Bagi remaja yang lahir setelah tanggal 1 September 1996 masih dapat menerima vaksin ini sampai usia mereka mencapai 25 tahun [14].
Vaksin meningitis ACWY aman dan efektif untuk mencegah terserang penyakit meningitis tipe A, C, W dan Y. Terlebih dari meningitis tipe W yang dinilai lebih berbahaya daripada penyakit meningitis tipe lain. Adapun efek samping yang biasa timbul setelah pemberian vaksin ini adalah [13,14]:
- kemerahan, kulit yang mengeras dan gatal pada bekas suntikan
- demam tinggi di atas 38°C
- mual
- lemas
Ada pula kelompok orang yang tidak direkomendasikan untuk menerima vaksin meningitis ACWY, yaitu orang yang mempunyai alergi terhadap vaksin maupun kandungannya, sedang pendarahan, demam dan sedang hamil atau menyusui [14].
Perlu diingat bakwa vaksin ini penting sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit meningitis yang sangat berbahaya. Apalagi, penularan penyakit ini sangatlah mudah. Namun, apabila belum mendapatkan vaksin dan terdapat tanda-tanda meningitis, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis terdekat.