Keputihan merupakan suatu kondisi yang pasti pernah dialami semua wanita. Keputihan merupakan hal yang normal dan dibutuhkan oleh tubuh, hal ini dikarenakan pada keputihan yang normal mengandung sedikit kandungan asam yang dapat mengusir kuman. Keputihan yang normal merupakan kombinasi dari sel-sel mati dan bakteri yang terdapat di vagina [1]
Keputihan pada vagina dapat disebabkan oleh perubahan normal kadar estrogen. Ketika level estrogen sedang tinggi, estrogen akan menstimulasi servik untuk memproduksi lendir (mucus), dan sebagian kecil lendir tersebut akan dikeluarkan dari vagina [2].
Pada lansia, keputihan yang terjadi juga dapat disebabkan oleh urin atau feses yang mengiritasi sekitar alat kelamin dan anus. Iritasi seperti ini dapat terjadi ketika lansia hanya berbaring di tempat tidur atau telah mengalami inkontinensia (tanpa sadar buang air kecil atau besar) [2, 3].
Apabila keputihan yang terjadi berwarna putih kekuningan, besar kemungkinan keputihan disebabkan oleh infeksi. Infeksi setelah menopause merupakan hal yang wajar, hal ini disebabkan vagina yang tidak memproduksi cukup lendir anti bakteri [1]
Berikut beberapa perawatan yang dapat dilakukan ketika terdapat keputihan pada lansia yaitu:
Daftar isi
1. Terapi Hormon Estrogen
Terapi hormon merupakan salah satu cara yang paling baik untuk mengatasi keputihan yang disebabkan oleh atrofi vagina pada lansia[7].
Terapi estrogen dapat mengembalikan pH normal dan ketebalan jaringan epitel. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa terapi estrogen pada lansia memiliki efek negatif bagi tubuh, yaitu nyeri pada payudara, pendarahan pada vagina dan peningkatan resiko terbentuknya neoplasma[7].
Oleh karena itu, perlu dilakukan konsultasi yang mendalam bersama dengan dokter sebelum melakukan terapi hormon estrogen untuk mengatasi permasalahan entropi vagina[7].
2. Mengkonsumsi Obat
Pada keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur, perawatan yang dilakukan yaitu dengan memasukkan obat ke dalam vagina atau dengan mengkonsumsi obat oral[7].
Bagi individu yang memiliki efek samping dalam mengkonsumsi antibiotik oral, pemberian antibiotik dapat dengan menggunakan antibiotik dalam bentuk krim atau gel yang diaplikasikan pada vagina [7].
Untuk keputihan yang disebabkan oleh bakteri dan trikomoniasis, perawatan yaitu dengan mengkonsumsi antibiotik [7]
3. Pola Makan Sehat
Terdapat beberapa bukti penelitian yang menunjukan bahwa yogurt dan probiotik dengan kandungan lactobacillus dapat mengurangi keputihan yang disebabkan oleh infeksi[8].
Untuk keputihan yang disebabkan oleh jamur, perlu dilakukan pembatasan konsumsi gula untuk mencegah pertumbuhan jamur [8].
4. Konsultasi ke Dokter
Perlu dilakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut apabila terdapat keputihan abnormal yang berlangsung lebih dari satu minggu[1].
Dan juga ketika terdapat gejala terkait seperti luka atau bisul pada organ genital, dan apabila terdapat rasa sakit di perut atau pada area genital [1].
Tips Perawatan Untuk Mencegah Keputihan pada Lansia
Keputihan yang terjadi sering kali tidak berbahaya bagi kesehatan, ciri-ciri keputihan yang tidak berbahaya yaitu [5]:
- Berwarna putih atau bening
- Tidak memiliki bau yang kuat dan tidak sedap
- Kental dan lengket
- Terasa licin dan basah
Jenis keputihan yang abnormal berbahaya dan perlu diwaspadai karena dapat merupakan tanda penyakit seksual yaitu apabila keputihan [5]:
- Berbau amis
- Berwarna putih dan tebal seperti keju cottage
- Berwarna kehijauan, kekuningan, atau berbusa
- Disertai dengan nyeri pada pinggul atau pendarahan
- Disertai dengan adanya lepuhan dan rasa perih
Kemungkinan besar keputihan abnormal disebabkan oleh infeksi, 70% kemungkinan disebabkan oleh bakteri vaginosis, vulvovaginal kandidiasis, atau trichomoniasis [6].
Meskipun pada kebanyakan kasus keputihan bukan merupakan sesuatu yang berbahaya, akan tetapi keputihan menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita [9]. Berikut beberapa tips perawatan untuk mencegah infeksi pada vagina yang dapat memicu keputihan pada lansia :
- Selalu pastikan vagina dalam kondisi bersih dengan membersihkannya secara perlahan, menggunakan sabun yang lembut dan air hangat pada bagian luar vagina. Tidak dianjurkan untuk memberi sabun pada bagian dalam vagina [9].
- Tidak menggunakan sabun berpewangi dan produk-produk khusus vagina atau produk berbahan kimia. Juga hindari penggunaan busa mandi pada bagian dalam vagina [6, 9].
- Setelah menggunakan toilet, selalu bersihkan vagina dengan gerakan depan ke belakang untuk menghindari bakteri yang dapat masuk ke dalam vaginan dan menyebabkan infeksi [9].
- Menggunakan celana dalam berbahan 100% katun dan tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat dalam waktu lama [9].
- Hindari terlalu sering berendam air panas [9].
- Menghindari menggunakan pakaian yang dapat menyimpan panas dan kelembaban tubuh, misalnya celana dalam berbahan nilon, stoking tanpa panel katun atau celana ketat berbahan spandex, celana yoga, atau celana jeans [8].
- Rutin mandi setiap hari dan memastikan area genital selalu kering [9].
- Selalu menggunakan kondom ketika berhubungan seksual untuk menghindari penyakit seksual menular [2, 6].
- Bagi lansia dengan diabetes mellitus, penting untuk selalu mengontrol kadar gula darah dan mempertahankan dalam kadar normal untuk mencegah infeksi, khususnya infeksi yang disebabkan oleh jamur [8].
- Melakukan pemeriksaan rutin terkait organ seksual untuk mencegah atau segera mengetahui jika terdapat penyakit seksual [6].
- Menemui dokter ketika keputihan mengandung darah, berwarna kecoklatan, atau kemerahan [2].
Setelah seorang wanita mengalami menopause, level estrogen akan menurun. Kondisi penurunan estrogen dalam tubuh pasca menopause menyebabkan lapisan vagina menjadi menipis dan menjadi lebih kering, kondisi ini disebut dengan atrofi vagina [3].
Atrofi vagina ditandai dengan adanya keputihan pada masa lansia.Penurunan kadar estrogen ketika seseorang telah memasuki masa menopause menyebabkan pH di vagina menjadi kurang asam. Peningkatan pH pada vagina dapat menyebabkan adanya keputihan yang berair dan berbau [4].