7 Cara Menghadapi Anak Remaja Yang Sensitif

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Sebagian orang tua mungkin dengan mudah menyadari bahwa anaknya yang sudah beranjak remaja mulai menjadi pribadi yang sensitif.

Tidak semua remaja mengalami perubahan emosi dan karakteristik, namun jika seorang remaja mengalami itu, ia memerlukan orang tua yang dapat memberikan kenyamanan baginya.

Berikut ini merupakan serangkaian cara menghadapi anak remaja yang sensitif agar hubungan tetap baik.

1. Mencoba Mengerti

Mengerti atau memahami anak remaja agaknya cukup sulit bagi beberapa orang tua [1,2].

Remaja yang sangat sensitif biasanya mudah cemas atau bahkan menangis [1].

Tidak jarang mereka sendiri yang melabeli diri mereka sebagai tipe orang yang pemalu [1].

Hal-hal yang tampak sepele atau kecil di mata orang lain bisa dirasakan sebagai hal besar bagi remaja sensitif [1,2].

Remaja seperti ini cenderung pemikir yang terlalu dalam, mudah berempati, cinta damai, tapi juga sangat kreatif [1].

Dengan orang tua mencoba memahami anak remajanya yang seperti ini dan menerima sebagai kelebihan yang unik, anak pun menjadi lebih percaya diri di manapun ia berada [1,2].

2. Tetap Tenang

Anak remaja yang sensitif tidak hanya mudah cemas atau menangis, tapi juga dapat mudah kesal atau marah terhadap hal-hal kecil [1,2,3].

Perubahan suasana hati yang kerap tiba-tiba seperti ini kerap membuat bingung orang tua [2].

Tidak jarang pula orang tua justru memarahi anak karena tidak sabar atau terlalu lelah menghadapinya yang berakibat buruk nantinya pada perilaku anak [4].

Para orang tua perlu tetap tenang saat menghadapi anak remaja yang mulai sensitif terhadap apapun, termasuk saat anak meninggikan nada suaranya ketika tengah berbicara dengan orang tua [2].

Bukan berarti orang tua hanya perlu diam saja dan membiarkan anak bersikap seperti itu, namun pastikan untuk tidak membentak sang anak ketika sedang dalam gangguan suasana hati [2].

Beri pengertian kepada anak dan ajak bicara baik-baik mengenai hal apa yang membuatnya marah, sedih atau kecewa [2].

Bekerja sama mencari solusi untuk masalah yang sedang dikhawatirkan anak akan lebih baik daripada memarahi dan berargumen dengannya [2,3].

3. Menghargai Sudut Pandang yang Berbeda

Menginjak usia remaja, biasanya anak sudah mendapat pengaruh dari luar untuk cara berpikirnya [2].

Anak remaja dengan sensitivitas tinggi biasanya akan mengkhawatirkan hal-hal yang dianggap tidak terlalu penting oleh orang tua [2,5].

Untuk menghadapi anak remaja demikian, orang tua perlu menghargai pemikiran atau sudut pandang anak [2].

Hindari meremehkan dan mengabaikan pemikiran anak karena apa yang ia rasakan dan pikirkan adalah valid [1,2,3].

Orang tua tidak perlu harus selalu setuju dengan anak remajanya, namun setidaknya menghargai dan mengarahkan (bila anak merasa butuh arahan) akan membuat anak lebih percaya kepada orang tuanya [1,2,3].

4. Menyediakan Waktu untuk Anak

Anak remaja umumnya memiliki kegiatan yang cukup padat baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Mereka pun biasanya lebih menikmati waktu bersama teman-temannya daripada bersama keluarga.

Namun ketika mereka ingin bercerita atau berkeluh-kesah, orang tua sebaiknya selalu menyediakan waktu [2].

Singkirkan sejenak masalah pekerjaan atau hal lainnya di saat anak membutuhkan orang tua sebagai teman bicara [2].

Luangkan waktu untuk menjadi pendengar, penasehat atau pemberi solusi terbaik bagi anak, namun juga beri waktu bagi anak untuk sendiri ketika ia menginginkannya [1,2,3].

Bahkan di saat anak tidak sedang mengalami kekhawatiran, orang tua perlu mengajaknya mengobrol banyak hal [2].

Tidak harus selalu dengan topik yang berat, sebab orang tua perlu mengobrol dengan anak untuk mengenalnya lebih dalam di masa pertumbuhannya [2].

Saat orang tua selalu ada bagi sang anak di masa-masa tenang sekalipun, mereka akan tahu ke mana harus datang saat sedang mengalami kesulitan dan kecemasan [2].

5. Tidak Mudah Menghakimi

Bersikap netral di saat anak remaja mengalami masalah dan melakukan kesalahan adalah sebuah hal bijak yang orang tua dapat lakukan [1,2].

Menghakimi anak sekalipun ia sedang berada di posisi yang salah dapat meruntuhkan rasa aman dan percaya anak terhadap orang tua [2].

Tetap menyediakan waktu untuk mendengarkan anak dan mengarahkannya kepada pemecahan masalah yang tepat adalah lebih penting [2].

Bahkan ketika anak menceritakan masalahnya kepada orang tua, orang tua tidak wajib untuk memperbaiki kesalahan tersebut [2].

Orang tua tidak perlu terburu-buru memberikan segudang solusi bagi anak atau bahkan memarahinya karena terkadang anak hanya ingin bercerita dan didengar dengan baik [2].

6. Menyediakan Wadah untuk Anak Melepas Stres

Anak yang sensitif cenderung memiliki banyak pikiran dan bahkan seringkali justru berlebihan karena mudah stres [2,6].

Orang tua dapat menolong anak dengan menyediakan sejumlah cara efektif baginya untuk melepas stres [1,2,3].

Mengajak atau menemani anak berkebun, melukis, memasak atau membuat kue misalnya adalah beberapa cara melepas stres yang bisa dilakukan bersama [2].

Atau, dukung anak untuk menulis di jurnal pribadi maupun melakukan aktivitas kesukaannya (menari, basket, bulutangkis, tenis, kickboxing, atau lainnya) [2].

7. Menjadi Contoh atau Teladan

Saat mengarahkan anak untuk dapat mengendalikan maupun mengekspresikan emosi mereka dengan baik, pastikan orang tua juga mencontohkannya [1,2].

Orang tua akan selalu menjadi figur yang diteladani oleh anak, maka biarkan anak melihat bagaimana orang tua mereka bisa dipercaya dan diandalkan [1,2].

Apabila orang tua merasa kesulitan dalam menghadapi anak remaja yang sensitif, jangan ragu untuk datang dan berkonsultasi dengan ahlinya [1,2].

Bila mendapati anak dengan tanda-tanda stres atau depresi yang tidak biasa, segera bicarakan dengan guru di sekolahnya atau membawa anak ke psikolog/psikiater [2].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment