Stroke terjadi ketika jaringan otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi sehingga sel-sel otak mengalami kerusakan. Kekurangan suplai oksigen dan nutrisi terjadi akibat adanya gangguan pada aliran darah[1].
Penderita stroke sering kali mengalami kelemahan pada salah satu sisi tubuh, tergantung bagian otak yang terdampak. Stroke dapat membuat penderita tidak dapat melakukan aktivitas sendiri sehingga memerlukan perawatan[1].
Berikut cara merawat penderita stroke di rumah:
Daftar isi
- 1. Memahami Kondisi Penderita Stroke
- 2. Menyesuaikan Kondisi Finansial
- 3. Mengikuti Rehabilitasi
- 4. Menyemangati untuk Latihan Harian
- 5. Memodifikasi Rumah untuk Menyesuaikan Kebutuhan Penderita Stroke
- 6. Memastikan Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
- 7. Memperhatikan Kondisi Emosional Penderita Stroke
- 8. Memastikan Rutin Minum Obat dan Pemeriksaan Rutin
- 9. Mengantisipasi Efek Samping Obat
- 10. Memberikan Bantuan yang Diperlukan
- 11. Mewaspadai Jatuh
- 12. Memperhatikan Diri Sendiri
1. Memahami Kondisi Penderita Stroke
Langkah pertama yang hendaknya diambil oleh orang yang merawat penderita stroke ialah memahami kondisi. Kita dapat menanyakan informasi detail mengenai kondisi penderita stroke pada dokter[1, 2].
Usahakan untuk mempelajari kondisi penderita sebanyak mungkin sehingga dapat memberikan perawatan dengan tepat. Sebagai orang yang merawat, kita dapat bertanya pada dokter mengenai proses pemulihan dan rehabilitasi yang perlu dijalani penderita. Jika ada hal-hal yang masih dirasa kurang paham atau bingung, sebaiknya tidak ragu untuk menanyakan pada dokter[1, 2].
Selain dengan berkonsultasi pada dokter, kita bisa mempelajari mengenai stroke dengan bergabung dengan kelompok atau program yang diadakan untuk penderita stroke[2].
2. Menyesuaikan Kondisi Finansial
Perawatan stroke dapat mempengaruhi kondisi finansial secara signifikan. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian finansial agar dapat mencakup keperluan perawatan dan kebutuhan keluarga[1, 2].
Pertama-tama, jika memiliki asuransi dapat menghubungi perusahaan asuransi untuk memastikan berapa banyak biaya perawatan di rumah sakit dan rehabilitasi yang ditanggung asuransi. Dengan demikian, kita dapat mengetahui berapa banyak biaya yang perlu disiapkan[2, 3].
Setelah menghitung keseluruhan biaya yang diperlukan, dapat dilanjutkan dengan menghitung biaya yang diperlukan untuk perawatan di rumah. Faktor berkurangnya penghasilan dari anggota keluarga yang terkena stroke juga perlu diperhitungkan saat memperkirakan total kebutuhan dan berapa banyak pekerjaan yang perlu dilakukan[1].
Jika tidak memungkinkan untuk meluangkan waktu dari pekerjaan sebanyak yang diperlukan untuk merawat penderita stroke, dapat dipertimbangkan untuk menyewa jasa perawat[1].
3. Mengikuti Rehabilitasi
Kita dapat mengikuti beberapa sesi terapi ketika memungkinkan untuk dapat mendukung penderita stroke selama pemulihan. Menghadiri sesi terapi juga dapat membantu kita untuk mempelajari lebih banyak mengenai kondisi yang dialami penderita stroke dan menyaksikan progresnya secara langsung[1, 2].
Proses pemulihan dapat disertai kesulitan dan ketegangan emosional, sehingga dukungan dari orang terdekat dapat meningkatkan kesehatan mental penderita stroke. Selain dengan mengikuti sesi terapi, kita bisa mendampingi dan membantu penderita stroke ketika melakukan latihan di rumah untuk membuat penderita tidak merasa sendirian[1].
Namun saat mendampingi dan mendukung proses rehabilitasi, kita juga perlu mengingat untuk meningkatkan kemandirian penderita stroke. Oleh karena itu, sebaiknya tidak memberikan terlalu banyak bantuan dan biarkan penderita stroke melakukan tugasnya sendiri sebisa mungkin[1, 2].
Meningkatkan rasa kemandirian akan meningkatkan kepercayaan diri dan optimisme mengenai perkembangan proses pemulihan. Pendamping sebaiknya memberikan dukungan secara emosional sekaligus membantu penderita mendapatkan kembali rasa percaya diri mereka[1].
4. Menyemangati untuk Latihan Harian
Banyak penderita stroke mengalami kesulitan akibat gangguan motorik atau gerak. Sebagai orang yang merawat, kita perlu mengingatkan dan menyemangati penderita untuk rutin melakukan latihan gerak sebab kemampuan motorik penderita stroke dapat meningkat dengan melakukan gerakan dan latihan[4, 5].
Melatih gerak secara rutin membantu memulihkan fungsi otak. Bahkan melatih gerakan dasar seperti berjalan kaki dapat mendukung proses pemulihan stroke. Latihan yang rutin dilakukan membantu memulihkan ingatan otak dan memperkuat kemampuan motorik[4, 5].
5. Memodifikasi Rumah untuk Menyesuaikan Kebutuhan Penderita Stroke
Penderita stroke dapat mengalami gangguan gerak dan masalah keseimbangan. Bergantung tingkat keparahan, penderita dapat memerlukan alat bantu seperti kursi roda atau alat pembantu berjalan. Adanya masalah keseimbangan atau gangguan visual pada satu sisi membuat penderita stroke rentan terjatuh[3, 4].
Kita dapat melakukan modifikasi rumah untuk menjaga keamanan penderita stroke, misalnya dengan memasang pegangan di dinding dan karpet anti licin. Selain itu sebaiknya mengurangi benda berserakan dan kabel di lantai, terutama bagian yang sering dilewati penderita stroke[4].
6. Memastikan Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Penderita stroke sering kali memiliki risiko tinggi mengalami stroke lain. Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang dapat membantu menurunkan risiko tersebut[5].
Penderita stroke sebaiknya membatasi konsumsi lemak, kolesterol, dan natrium. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan vitamin tubuh dapat membantu proses pemulihan[3, 5].
Sebaiknya memperbanyak konsumsi buah dan sayur yang kaya kandungan serat, vitamin dan mineral esensial. Selain itu, dapat ditambahkan sumber protein dan lemak sehat, misalnya ikan dan daging ayam tanpa lemak[5].
Makan dengan teratur juga penting bagi penderita stroke. Asupan nutrisi dan kalori yang cukup akan memberikan tubuh energi yang diperlukan dalam pemulihan[3].
7. Memperhatikan Kondisi Emosional Penderita Stroke
Pada banyak kasus penderita stroke mengalami perubahan dalam kepribadian dan perilaku. Orang yang tadinya aktif dan mandiri dapat menjadi malas dan sering mengalami perubahan mood[6].
Stroke merupakan kejadian traumatik yang mengakibatkan banyak perubahan gaya hidup sehingga penderita dapat mengalami kesulitan secara emosional untuk menghadapi perubahan tersebut. Sebagai orang yang mendampingi usahakan untuk membuat penderita stroke merasa nyaman untuk mengungkapkan perasaan[1].
Kita dapat mengajak penderita stroke untuk memfokuskan pikiran pada kenangan membahagiakan dan perasaan positif yang dirasakan saat itu. Saat penderita stroke merasa sedih atau marah dengan kondisinya, gantilah dengan energi positif dengan kenangan yang membahagiakan[6].
Meskipun keluarga dapat memberi dukungan emosional, pada kasus berat penderita stroke dapat mengalami depresi sehingga memerlukan bantuan medis dari dokter. Depresi dapat menghambat proses pemulihan baik secara emosional maupun fisik. Jika perubahan kepribadian terlihat tidak biasa dan meresahkan, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter[1, 6].
8. Memastikan Rutin Minum Obat dan Pemeriksaan Rutin
Setiap obat hendaknya rutin diminum sesuai yang diinstruksikan oleh dokter. Untuk mencegah lupa atau terlewat minum obat, dapat dibuat jadwal atau menggunakan pengingat di ponsel untuk mencatat jenis obat dan waktu minumnya[c].
Selain obat, mengikuti terapi juga berperan penting dalam proses pemulihan penderita stroke. Penderita sebaiknya mengikuti terapi sesegera mungkin dan tetap konsisten mengikuti jadwal terapi dan melakukan latihan yang dianjutkan[3].
Setiap penderita stroke dapat memerlukan jenis terapi yang berbeda bergantung kondisi. Beberapa terapi yang diperlukan seperti terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara[3].
Meski penderita stroke dapat dirawat di rumah, mereka tetap memerlukan pemeriksaan rutin, terutama dengan dokter saraf. Biasanya, penderita stroke perlu mengunjungi dokter saraf setidaknya setiap 6 minggu sekali selama masa pemulihan[3].
9. Mengantisipasi Efek Samping Obat
Kebanyakan penderita stroke diberikan berbagai jenis obat yang masing-masing memiliki ditujukan mengatasi kondisi yang berbeda, misalnya pengencer darah dan pengontrol kolesterol. Setiap obat memiliki efek samping yang perlu dipantau secara hati-hati[4].
Pendamping atau perawat penderita stroke dapat mencatat dalam jurnal mengenai gejala dan perilaku penderita untuk mengantisipasi adanya perubahan atau masalah akibat efek samping obat[4].
Selain itu, sebaiknya berhati-hati dengan penggunaan suplemen tambahan untuk pemulihan stroke. Beberapa suplemen dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke kedua, seperti ginko biloba. Sebelum menggunakan suplemen sebaiknya mengonsultasikannya dengan dokter[4].
10. Memberikan Bantuan yang Diperlukan
Saat memberikan perawatan, kita perlu memahami keterbatasan yang dialami penderita stroke dan memberikan bantuan yang diperlukan. Bantuan yang diperlukan dapat berbeda pada setiap penderita stroke, bergantung pada kondisi yang masing-masing[2, 3].
Pendamping perlu mengurus kebutuhan obat serta jadwal pemeriksaan dan rehabilitasi. Penderita stroke biasanya juga perlu dibantu untuk mandi dan memakai baju. Pada kasus berat, penderita stroke perlu dibantu untuk makan dan minum[2].
11. Mewaspadai Jatuh
Penderita stroke dapat mengalami kesulitan untuk dapat bangkit sendiri setelah jatuh. Sehingga penting untuk mewaspadai terjadinya jatuh[4].
Jika penderita stroke terjatuh, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Pendamping juga sebaiknya memikirkan kembali modifikasi rumah untuk menjaga keamanan penderita, misalnya dengan memasang karpet anti licin[4].
12. Memperhatikan Diri Sendiri
Saat memberikan perawatan konstan pada penderita stroke, pendamping dapat lupa untuk memperhatikan dirinya sendiri. Sama halnya dengan penderita, orang yang mendampingi dan merawat dapat menyimpan stress selama melalui masa pemulihan[1, 5].
Pendamping perlu memperhatikan kesehatan fisik dan mentalnya sendiri sehingga dapat memberikan perawatan dan dukungan dengan optimal bagi penderita stroke. Pendamping perlu meluangkan waktu sesekali untuk beristirahat dan relaksasi. Pendamping juga perlu memastikan untuk makan dengan baik dan olahraga rutin[1].
Saat memerlukan, sebaiknya jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain untuk menggantikan merawat penderita stroke sementara. Memberikan perawatan menguras banyak energi fisik dan mental, sehingga istirahat sesekali dapat memulihkan energi, kesabaran, dan sikap positif[1, 5].
Mengikuti kelompok dukungan dan berkenalan dengan orang lain yang juga merawat penderita stroke dapat membantu bagi pendamping dan proses pemulihan penderita. Dalam kelompok tersebut, kita dapat berbagi informasi dan pengalaman dalam mendukung pemulihan penderita stroke. Kelompok ini juga menjembatani pendamping untuk saling berbagi perasaan, yang mana dapat membantu meringankan stress[4, 6].