Diplopia : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Diplopia?

Diplopia adalah sebutan lain untuk penglihatan ganda, atau sebuah kondisi di mana posisi mata berubah sehingga penderita melihat ada dua gambar berdekatan dari satu obyek yang dilihatnya [1,2,3,4,6,7].

Diplopia dapat dialami kedua mata (diplopia binokular) atau salah satu mata (diplopia monokular) saja [1,2,3,7,9,11].

Sifat kondisi ini pun dapat sementara maupun jangka panjang, tergantung faktor yang menjadi penyebab utama.

Tinjauan
Diplopia adalah penglihatan ganda di mana kondisi ini terdiri dari dua jenis kondisi, yaitu diplopia binokular (diplopia pada kedua mata) dan diplopia monokular (diplopia pada satu mata).

Fakta Tentang Diplopia

  1. Di Amerika Serikat, diplopia merupakan salah satu keluhan yang umum dengan onset yang bersifat akut [1].
  2. Dari seluruh kasus diplopia yang ada, diketahui bahwa terdapat sekitar 16% penderita yang memiliki potensi komplikasi mengancam jiwa [1].
  3. Menurut sebuah hasil penelitian pada tahun 1991, terdapat 25% dari seluruh pasien dengan keluhan diplopia mengalami diplopia monokular [2].
  4. Menurut sebuah hasil penelitian tahun 2007, terdapat sekitar 6,8% kasus diplopia sebagai akibat dari operasi katarak dan lebih rentan dialami oleh para wanita [2].
  5. Di Indonesia, data epidemiologi maupun prevalensi nasional diplopia belum tersedia sehingga belum ada penjelasan spesifik mengenai jumlah kasus diplopia monokular serta binokular [2].

Penyebab Diplopia

Diplopia dapat disebabkan oleh sejumlah faktor dan penyebab diplopia dibagi menjadi dua jenis kondisi, yaitu penyebab diplopia monokular dan penyebab diplopia binokular.

Penyebab Diplopia Monokular

Diplopia monokular adalah kondisi di mana penglihatan ganda hanya terjadi di satu sisi mata sedangkan mata lainnya baik-baik saja.

Di bawah ini merupakan berbagai faktor yang berpotensi memicu diplopia monokular tersebut.

  • Mata Kering

Mata secara alami akan mengeluarkan cairan pelumas sebagai pelindung mata supaya tak kering [3].

Bila cairan yang dikeluarkan secara alami ini tidak memadai, maka mata biasanya akan terasa gatal, kering, dan bahkan memicu penglihatan ganda pada beberapa orang.

  • Katarak

Lensa mata yang normalnya berkondisi bening namun menjadi keruh atau berkabut disebut dengan katarak [1,3,4].

Diplopia atau penglihatan ganda kerap menjadi salah satu gejala dari katarak, terutama diplopia monokular (diplopia pada satu mata).

Pada penderita astigmatisme, bentuk kornea yang seharusnya normal menjadi dua kurva dengan kebulatan yang tidak sempurna [1,3,4].

Kelengkungan kornea yang mengalami kelainan ini akan membuat penglihatan buram.

Diplopia atau penglihatan ganda pun menjadi salah satu gejala dari astigmatisme.

  • Pterygium

Pterygium adalah sebuah kondisi di mana pada bagian putih bola mata terdapat selaput lendir sampai ke bagian kornea [5].

Hal ini kemudian menyebabkan diplopia walaupun pterygium adalah faktor penyebab diplopia yang langka.

  • Keratoconus

Pada kondisi keratoconus, terjadi penipisan kornea yang diiringi dengan timbulnya tonjolan kerucut pada mata [1,3].

Diplopia dapat terjadi ketika tonjolan mulai muncul yang disertai dengan fotofobia atau sensitivitas tinggi pada mata terhadap cahaya.

  • Abnormalitas Retina

Retina mengalami penurunan di bagian tengahnya, terutama pada kondisi degenerasi makula [1,3,4].

Seringkali pembengkakan pun menyertai kondisi ini sehingga diplopia monokular dapat terjadi.

Diplopia karena abnormalitas retina ditandai pula dengan titik buta pada bagian tengah sehingga penglihatan pusat kabur.

Penyebab Diplopia Binokular

Diplopia binokular adalah sebuah kondisi penglihatan ganda yang terjadi pada kedua sisi mata.

Saat salah satu sisi mata ditutup, diplopia binokular ini biasanya akan hilang.

Ini karena kedua sisi mata tak dapat bekerja sama dengan baik dan berikut ini adalah sejumlah penyebabnya.

Strabismus juga merupakan jenis penglihatan ganda di mana hal ini lebih umum terjadi pada anak-anak [1,3,6].

Otot kedua mata yang tak lagi bekerja sama dengan maksimal mampu memicu masalah penglihatan hingga kehilangan penglihatan secara permanen [6].

Diplopia binokular dapat terjadi sebagai gejala dari strabismus dan untuk anak usia 4 bulan ke atas dengan kondisi ini sebaiknya ditangani langsung oleh dokter spesialis mata.

  • Kelumpuhan Saraf Kranial (Cranial Nerve Palsy)

Saraf kranial terdapat di sepanjang permukaan otak yang berpotensi mengalami kelumpuhan [1,3].

Diplopia dapat terjadi karena kondisi ini dan kelumpuhan saraf kranial sendiri umumnya disebabkan oleh tekanan darah tinggi maupun penyakit diabetes.

  • Kerusakan Saraf

Mata memiliki saraf-saraf halus yang berperan penting dalam mengirimkan informasi antara otak dan mata [7].

Bila saraf-saraf ini mengalami kerusakan baik karena cedera ataupun karena radang, diplopia dapat terjadi sebagai gejalanya.

  • Penyakit Graves

Penyakit Graves adalah salah satu jenis kondisi gangguan sistem daya tahan tubuh [8].

Kelenjar tiroid yang terlalu aktif dapat mengakibatkan penyakit Graves dan pada beberapa kasus, diplopia termasuk deretan gejala yang perlu diwaspadai.

Myasthenia Gravis merupakan penyakit autoimun di mana otot menjadi sangat lemah [1,3,7].

Gangguan sistem imun dapat menjadi penyebab utama dari penyakit ini, begitu pula dengan antibodi dari sistem imun yang justru secara keliru menyerang jaringan-jaringan tubuh yang sehat [1,3].

Otot melemah karena antibodi menyerang jaringan penghubung sel otot dan saraf sehingga penderita lebih mudah lelah dari biasanya.

Namun rupanya, kelemahan otot dan tubuh yang cepat lelah juga bisa disertai dengan penglihatan ganda.

  • Diabetes

Penyakit diabetes dapat menjadi penyebab kerusakan saraf ketika kadar gula darah semakin tinggi dan tak terkontrol [3,7].

Hal ini kemudian mampu memicu pada gangguan penglihatan, seperti salah satunya adalah diplopia binokular.

Bahkan pada beberapa kasus, penderita diabetes mengalami kebutaan sebagai komplikasi diabetes yang sudah tidak terkendali.

Tinjauan
Penyebab diplopia terbagi menurut jenis kondisinya, diplopia monokular atau diplopia binokular. Mulai dari cedera pada saraf mata hingga penyakit tertentu mampu menjadi faktor penyebab diplopia.

Gejala Diplopia

Berikut ini merupakan gejala-gejala utama diplopia yang perlu dikenali dan diwaspadai [1,3,7,9] :

  • Mata melemah
  • Mual
  • Pelipis terasa nyeri
  • Sakit kepala
  • Kehilangan keseimbangan
  • Pusing
  • Sulit bicara
  • Melemasnya kaki, lengan hingga wajah secara tiba-tiba
  • Kelopak mata menurun

Namun jika diplopia berkaitan dengan stroke atau aneurisma, biasanya beberapa keluhan seperti leher kaku, tubuh kejang, mual dan muntah, sakit kepala mendadak yang hebat, hingga pingsan dapat terjadi.

Ketika diplopia menyebabkan beberapa gejala tersebut, maka penderita perlu memperoleh bantuan medis secepat mungkin.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Diplopia dapat terjadi bersama dengan keluhan lain, seperti sakit kepala hebat, mual, muntah, bahkan kehilangan kesadaran.

Jika terjadi sejumlah gejala berat yang menyertai, segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.

Semakin dini penyebab diplopia diketahui, penanganan pun dapat diberikan dan peluang pasien untuk sembuh juga semakin besar.

Pada kondisi tertentu, penderita diplopia memerlukan bantuan medis mendesak agar mencegah komplikasi-komplikasi fatal, salah satunya kebutaan.

Tinjauan
Diplopia dapat menimbulkan sejumlah gejala yang menyertai tergantung penyebabnya, seperti mata melemah, mual, pelipis terasa nyeri, sakit kepala, kehilangan keseimbangan, pusing, sulit bicara, melemasnya kaki, lengan hingga wajah secara tiba-tiba, dan juga kelopak mata menurun.

Pemeriksaan Diplopia

Ketika diplopia terjadi, untuk mengetahui penyebabnya dan juga menentukan penanganan yang sesuai, beberapa metode diagnosa berikut diterapkan oleh dokter spesialis mata.

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Pada pemeriksaan mata, khususnya yang diterapkan pada anak, dokter biasanya memerhatikan beberapa tanda [1,3,7].

Diplopia pada anak ditandai dengan anak kerap menyipitkan mata untuk bisa melihat dengan jelas.

Penderita diplopia juga kerap memiringkan kepala untuk melihat, menutup satu sisi mata untuk melihat, dan melihat obyek dari sisi mata daripada dari depan.

Dokter juga biasanya akan menanyakan kepada pasien mengenai riwayat medis serta riwayat pengobatan; dokter juga perlu mengetahui riwayat medis keluarga pasien dalam hal ini.

  • Tes Gula Darah

Untuk mengetahui apakah diplopia disebabkan oleh kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi, tes gula darah adalah salah satu metode diagnosa yang perlu ditempuh pasien [10].

  • Tes Darah

Tes darah merupakan metode pemeriksaan yang diperlukan oleh pasien diplopia [10].

Jika dokter mencurigai adanya kondisi infeksi pada pasien, maka untuk memastikannya tes darah perlu dilakukan.

  • Tes Pemindaian

Untuk mengetahui kondisi tubuh pasien yang berhubungan dengan timbulnya diplopia, dokter juga kemungkinan merekomendasikan tes pemindaian.

MRI dan CT scan adalah metode tes pemindaian yang dapat membantu dokter dalam penegakan diagnosa [1,3,7].

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat medis, tes pemindaian, tes darah dan tes gula darah menjadi metode diagnosa umum bagi penderita diplopia.

Pengobatan Diplopia

Perawatan atau pengobatan diplopia tentunya disesuaikan dengan penyebab dari diplopia itu sendiri.

Diskusikan dengan dokter mengenai hasil diagnosa untuk mengetahui secara pasti apa penyebab diplopia.

Beberapa metode perawatan di bawah ini adalah yang secara umum digunakan atau direkomendasikan oleh dokter kepada pasien.

  • Lensa Korektif

Penggunaan lensa korektif dalam bentuk kacamata atau lensa kontak merupakan salah satu cara memperbaiki masalah penglihatan pasien [1,3,11].

Dokter spesialis mata akan memberikan resep untuk lensa korektif yang pas dengan kebutuhan kondisi pasien.

  • Latihan Mata

Olahraga mata juga diperlukan apabila dokter merekomendasikannya [3].

Untuk otot mata yang meregang atau bahkan melemah, maka untuk memperkuatnya kembali latihan mata dapat ditempuh oleh pasien [12].

Dokter spesialis mata akan memberikan latihan khusus untuk mata yang perlu diikuti oleh pasien.

Penglihatan akan menjadi lebih baik atau meningkat ketika otot-otot mata lebih kuat karena latihan mata ini.

  • Penutup Mata

Bila diplopia binokular terjadi, dokter kemungkinan mengatasinya dengan penutup mata [1,3].

Penutup mata hanya digunakan untuk salah satu sisi mata agar penglihatan ganda menghilang.

Perawatan menggunakan penutup mata bukanlah solusi jangka panjang yang terbaik, namun hal ini dapat didiskusikan lebih detail dengan dokter untuk ke depannya.

  • Operasi

Operasi mata akan direkomendasikan oleh dokter tergantung dari penyebabnya, seperti misalnya operasi strabismus jika memang strabismus penyebabnya. [1,3,7,11].

Jika dari hasil pemeriksaan terbukti bahwa masalah penglihatan yang perlu diperbaiki dengan operasi, maka tindakan medis ini dianjurkan oleh dokter.

Meski demikian, hal ini kembali lagi kepada pertimbangan dan keputusan pasien, terutama pasien diplopia yang mengalami katarak [1].

Tinjauan
Faktor penyebab dan tingkat keparahan diplopia menjadi penentu tindakan pengobatan yang sesuai. Namun umumnya, penggunaan lensa korektif, latihan mata, penggunaan penutup mata hingga operasi mata adalah bentuk penanganan diplopia.

Komplikasi Diplopia

Diplopia berpotensi mengakibatkan sejumlah komplikasi, tergantung dari faktor penyebabnya.

Diplopia bahkan dapat berujung pada penyakit kronis yang mengancam jiwa penderitanya.

Tak hanya mual, vertigo pun berpotensi timbul sebagai akibat dari diplopia [13].

Pada sejumlah penderita diplopia, ketegangan mata dan sensitivitas mata terhadap cahaya meningkat secara berlebih, termasuk juga sensitivitas telinga terhadap suara [14].

Bila diplopia disebabkan oleh tumor otak (sangat jarang terjadi), maka risiko komplikasinya lebih berbahaya terutama jika tidak mendapat penanganan yang cepat dan tepat [15].

Fungsi penglihatan yang mulai menurun ditambah dengan sakit kepala berulang menjadi kondisi mengancam jiwa bila tak mendapatkan perawatan secepatnya.

Tinjauan
Vertigo, mual, peningkatan sensitivitas cahaya dan suara, ketegangan pada mata, hingga kanker mampu menjadi risiko komplikasi yang mengancam kesehatan mata pasien diplopia bila tak segera ditangani.

Pencegahan Diplopia

Untuk mencegah diplopia, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghambat perkembangan katarak [16].

Menjaga kesehatan mata dengan mengasup makanan-makanan yang menyehatkan bagi mata (makanan bervitamin A) adalah salah satu langkah pencegahan terbaik.

Menghindari aktivitas merokok, menjaga kelembaban mata, dan menjalani diet sehat seimbang dapat membantu menyehatkan mata.

Tinjauan
Diet sehat adalah cara terbaik dalam menjaga kesehatan tubuh, termasuk mata serta menghambat perkembangan katarak.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment