Vitamin D atau kalsiferol merupakan sekelompok seco-sterol yang larut dalam lemak. Vitamin D yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan otot. Vitamin D juga membantu mengatur jumlah kebutuhan kalsium dan fosfat di dalam tubuh[1].
Vitamin D disintesis oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D terdapat dalam dua bentuk, yaitu vitamin D2 (ergocalciferol atau pre-vitamin D) dan vitamin D3 (cholecalciferol). Keduanya merupakan bentuk alami yang diproduksi dengan adanya sinar ultraviolet-B (UVB) matahari. Vitamin D2 biasanya diproduksi oleh tumbuhan dan jamur, sedangkan vitamin D3 diproduksi oleh hewan termasuk manusia. Saat ini, vitamin D2 maupun vitamin D3 dapat disintesis secara komersial dan ditemukan dalam suplemen makanan[2].
Vitamin D3 biasa ditemukan pada ikan salmon, ikan trout pelangi, sarden, telur, dan hati sapi. Vitamin D3 biasanya digunakan sebagai suplemen makanan pada orang yang tidak mendapat cukup vitamin D3 dalam makanan untuk menjaga kesehatan mereka [3], [4]. Dosis yang disarankan yaitu sebanyak 600 IU (15 mcg) per hari untuk usia 19 – 70 tahun [5]. Selain manfaat, perlu diketahui juga bahwa vitamin D3 juga dapat memberikan efek samping, terutama asupan vitamin D3 berlebihan. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai efek samping dari vitamin D3.
Daftar isi
1. Kelebihan asupan vitamin D3
Hipervitaminosis D bisa terjadi karena kelebihan asupan vitamin D3. Kelebihan vitamin D ditandai dengan hiperkalsemia atau kelebihan kalsium yang parah yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Pada orang sehat, hipervitaminos bisa terjadi karena penggunakan dosis mega vitamin D dalam jangka waktu lama (berbulan-bulan). Overdosis vitamin D didiagnosis adanya peningkatan konsentrasi 25(OH)2D (>150 ng/ml) disertai dengan hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang parah [6].
2. Tingginya kalsium dalam darah
Hiperkalsemia adalah kondisi di mana kadar kalsium dalam darah melebihi batas normal. Hiperkalsemia biasanya ditandai dengan kadar kalsium lebih dari 12 mg/dl. Batas atas konsumsi vitamin D3 adalah 1000 IU/hari pada bayi usia 0 – 6 bulan, 1500 IU/hari pada bayi usia 6 – 12 bulan, 2500 IU/hari pada anak usia 1 – 5 tahun; 3000 IU/hari pada usia 4 – 8 tahun, dan 4000 IU/hari pada remaja dan dewasa[7].
Konsumsi vitamin D3 lebih dari 10.000 IU/hari pada orang dewasa meningkatkan kecurigaan terhadap terjadinya overdosis vitamin D3. Kondisi ini berkaitan erat dengan kejadian hiperkalsemia karena asupan serum 25(OH)D meningkat tajam ketika asupan 10.000 IU/hari. Hal ini karena vitamin D akan meningkatkan penyerapan kalsium di usus[9].
Penyerapan kalsium yang terlalu banyak akan menimbulkan peningkatan kadar kalsium dalam darah sehingga terjadi hiperkalsemia. Hiperkalsemia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hiperkalsemia ringan (10.5 – 11.9 ml/dl), hiperkalsemia sedang (12 – 13.9 ml/dl), dan hiperkalemia krisis (14 – 16 mg/dl)[9].
3. Kehilangan nafsu makan
Salah satu efek samping dari kelebihan vitamin D3 adalah kehilangan nafsu makan. Kehilangan nafsu makan berkaitan dengan kondisi hiperkalsemia akibat asupan vitamin D3 yang berlebih. Hiperkalsemia adalah kondisi di mana kadar kalsium melebihi kadar normal[10].
Adanya kalsium yang berlebih akan menekan sensasi nafsu makan postprandial serta meningkatkan insulinemia. Respon ini mungkin bagian dari respon peptide gastrointestinal glukosa-dependent insulinotopic polypetide1-42 (GIP1–426) yang sebelumnya dikenal sebagai penghambatan lambung[11].
4. Kehilangan berat badan
Kehilangan berat badan merupakan salah satu efek samping dari hipervitaminosis D3. Kondisi berkaitan dengan hiperkalsemia. Manifestasi klinis dari hiperkalsemia adalah menurunnya nafsu makan[6]. Nafsu makan yang turun atau hilang inilah yang mungkin menyebabkan penurunan berat badan. Kondisi yang lebih parah bisa mengarah pada anoreksia[11].
5. Mual dan muntah
Hipervitaminosis D3 dimanifestasikan dalam beragam kondisi. Salah satu manifestasi klinis hipervitaminosis D3 pada gastrointestinal adalah mual dan muntal. Kondisi ini berkaitan dengan hiperkalsemia akibat kelebihan vitamin D3 dalam tubuh. Pada kondisi yang parah, kejadian muntah dapat berulang [10], [11].
6. Konstipasi atau sembelit
Konstipasi merupakan kondisi di mana seseorang sulit buang air besar (BAB) atau berkurangnya frekuensi BAB. Konstipasi bisa terjadi akibat dari mengkonsumsi vitamin D3. Kelebihan vitamin D berkaitan dengan hiperkalsemia. Kondisi ini berkaitan dengan penurunan rangsangan otot polos gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi [12].
7. Merasa lemah, lelah, dan lesu
Salah satu gejala akibat kelebihan vitamin D3 adalah tubuh merasa lemah, lelah, dan lesu. Kondisi ini berkaitan dengan hiperkalsemia yang mengakibatkan penurunan eksitabilitas neuromuscular sehingga menyebabkan kelemahan otot. Apabila tubuh terasa lemah, lelah, dan lesu maka kemungkinan tubuh mengalami hiperkalsemia dan kelebihan vitamin D3. Gejala ini mungkin akan lebih mudah diketahui setelah mengkonsumsi vitamin D3 terlalu banyak [12].
8. Poliuria atau sering BAK
Poliuria atau sering buang air kecil adalah kondisi di mana frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering. Poliuria merupakan manifestasi klinis dari asupan vitamin D3 terlalu banyak. Hiperkalemia berkaitan kondisi tersebut. Manifestasi klinis dari hiperkalsemia pada sistem renal adalah poliuria atau sering buang air kecil (BAK) [13].
9. Polidipsia dan dehidrasi
Polidipsia adalah kondisi di mana seseorang merasakan haus yang berlebihan. Sementara dehidrasi adalah kondisi di mana cairan yang keluar dari tubuh lebih banyak daripada cairan yang masuk ke tubuh. Dehidrasi bisa terjadi karena seringnya buang air kecil yang juga merupakan efek samping dari kelebihan vitamin D3. Polidipsia dan dehidrasi merupakan manifestasi hiperkalsemia akibat kelebihan vitamin D3 pada saluran gastrointestinal [13].
10. Sakit perut
Sakit perut dapat terjadi ketika kadar kalsium dalam tubuh terlalu tinggi. Kadar kalsium tinggi salah satunya karena asupan vitamin D3 yang berlebih. Pada gastrointestinal, hiperkalsemia ditunjukkan melalui rasa sakit pada perut. Selain itu, diare juga bisa terjadi karena kelebihan vitamin D3. Biasanya sakit perut akan sembuh ketika kadar konsumsi suplemen vitamin D3 berkurang atau berhenti [6].
Cara Menghindari terjadinya efek samping
Vitamin D3 memamg memberikan dampak positif terhadap tubuh. Namun, apabila jumlahnya berlebihan dapat memberikan efek samping seperti di atas. Oleh karena itu, asupan vitamin D3 harus dikurangi. Makanan yang akan dikonsumsi harus diperhatikan mengenai kandungan vitamin D3-nya. Selain itu, konsumsi suplemen vitamin D3 sebaiknya juga memperhatikan recommended dietary allowances (RDAs) atau anjuran dokter [9].