7 Efek Samping Kebanyakan Makan Pedas dan Batas Aman Mengkonsumsi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Makanan pedas menjadi primadona bagi sebagian orang terutama kalangan muda. Mengapa? Karena saat mengkonsumsi makanan pedas, sensasi terbakar di lidah akan membuat otak melepaskan penghambat rasa sakit tubuh sendiri yang dikenal sebagai endorfin[1].

Inilah sebabnya mengapa merasa bersemangat saat makan makanan pedas. Makan makanan pedas dapat memberikan manfaat bagi tubuh akan tetapi jika kebanyakan makan pedas akan memberikan efek samping yang buruk[1].

Taukah bahwa cabai mengandung vitamin C yang cukup tinggi selain itu cabai juga mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh seperti protein, serat, vitamin B6, vitamin A, potasium, dan phosporus.[2]

Tak cukup sampai di situ di dalam cabai juga mengandung zat yang bernama Phytochemical yaitu nutrisi yang terdiri dari Capsaicin, Carotenoid yaitu zat yang bertanggung jawab terhadap warna cabai, phenolic acid, dan flavonoid yaitu zat anti kanker. Phytochemical ini adalah nutrisi yang berperan penting sebagai anti-oksidan, anti peradangan dan anti microbakteri.[3]

Cabai mengandung zat Capsaicin yaitu zat yang membuat rasa pedas. Zat tersebut juga dapat mengiritasi kulit dan jaringan tubuh lainnya, selain itu juga menimbulkan sensasi terbakar.[4] Tak hanya itu saja ada beberapa efek samping lainnya jika kebanyakan makan pedas yaitu sebagai berikut:

1. Menyebabkan diare

Bagi beberapa orang yang memiliki usus yang sensitif apabila zat capsaicin yang masuk ke dalam tubuh terlalu banyak maka dapat menyebabkan diare. Hal itu terjadi karena zat tersebut mengiritasi usus. Sensasi rasa panas dan pedas yang ditangkap oleh otak memberikan sinyal pada usus kecil untuk segera mendorong zat capsaicin melalui usus karena dianggap berbahaya bagi tubuh.[5]

Ketika makanan mencapai usus besar, kinerja pencernaan biasanya akan melambat, dan usus besar menyerap air. Di sinilah zat capsaicin juga menerima reaksi kimia yang sama. Sebagai bentuk pertahanan, usus besar mengubah aktivitas dengan mempercepat seluruh proses sehingga hal tersebut membuat lebih sering buang air besar atau diare.[5]

2. Merusak indera perasa

Sekali dua kali saat menikmati makanan pedas, sensasi yang terbakar di lidah akan dengan cepat diregenerasi. Akan tetapi sebaliknya jika kebanyakan makan pedas lama kelamaan akan merusak indera perasa.[6]

3. Menimbulkan rasa panas di perut

Rasa terbakar yang ditimbulkan dari makan makanan pedas membuat sistem pencernaan menjadi tidak nyaman dan panas. Sehingga hal tersebut membuat perut terasa panas atau mulas. Gejala ini terjadi sebagai akibat dari rasa panas yang mulai naik ke kerongkongan.[7]

4. Mengiritasi lambung

Salah satu yang perlu dihindari bagi penderita maag akut adalah makanan pedas, hal ini bukanlah tanpa alasan. Makanan pedas yang masuk ke dalam lambung lama-kelamaan akan mengikis dinding atau selaput lambung sebagai akibat dari sensasi terbakar yang dibawa oleh zat capsaicin. Jika hal ini terus menerus terjadi akan menyebabkan lambung menjadi luka dan terasa perih. Salah satu gejalanya adalah tinja yang berdarah, demam, sakit kepala, mual hingga muntah.[6]

5. Memperparah fisura anus

Sebuah studi pada tahun 2008 menyatakan bahwa orang dengan gejala fisura anus yang parah diakibatkan oleh makan makanan pedas. Pada studi tersebut peserta secara acak diberikan kapsul cabai dan plasebo, seminggu kemudian peserta yang mengkonsumsi plasebo merasa lebih baik sedangkan peserta yang mengkonsumsi kapsul cabai merasa lebih buruk dari sebelumnya.[8]

6. Menimbulkan peradangan usus

Diare dan mulas merupakan salah satu gejala dari peradangan usus. Meskipun makan makanan pedas baik untuk aktivitas bakteri baik di dalam tubuh, namun jika kebanyakan makan makanan pedas akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan bakteri baik di dalam tubuh.[9]

Di dalam usus terdapat mikro-organisme yang membantu pencernaan seperti Lactobacillus, Bacteroides, Faecalibaculum, Bifidobacteriu, Dubosiella dan lain sebagainya. Menurut sebuah studi dari Jingnan University di China pada tahun 2020 menemukan bahwa menkonsumsi zat capsaicin pada jumlah di atas 40 mg dapat meningkatkan jumlah perkembangan beberapa bakteri secara tidak terkontrol dan justru dapat mengakibatkan munculnya peradangan di dalam usus.[9]

7. Memperparah gejala asam lambung atau GERD

GERD adalah singkatan dari Gastroesophageal Reflux Disease atau dikenal dengan penyakit asam lambung. Selain tingkat stress dan kebiasaan makan seperti makan terlalu cepat dan makan dalam jumlah porsi yang besar, makan makanan pedas juga dapat meningkatkan gejala GERD.[10]

GERD ditandai dengan reflux asam di lambung naik hingga ke kerongkongan. Sebuah studi di Korea menunjukkan bahwa lebih dari 63% asam lambung dipicu oleh makan makanan pedas. Hal ini terjadi saat makanan pedas mengiritasi kerongkongan sehingga meningkatkan reflux asam. [10] 

Batas Aman Makan Makanan Pedas

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Qatar University kepada penduduk dewasa di China menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi cabai lebih dari 50 gram per hari beresiko terjadinya penurunan kinerja otak daripada mereka yang mengkonsumsi kurang dari 50 gram. Resiko tersebut dapat terjadi terutama pada orang yang mempunyai nilai BMI (Body Mass Index) rendah.[11]

Berbanding terbalik dengan efek samping jika kebanyakan makan makanan pedas, ada sejumlah manfaat dari makan makanan pedas tentunya dalam porsi yang wajar. Selain dapat mengontrol nafsu makan, mengkonsumsi makanan pedas ternyata dapat mengurangi peradangan, meningkatkan kemampuan bakteri baik di dalam usus dan meningkatkan kesehatan jantung.[4]

Makanan pedas juga terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol jahat sebagai penyebab utama terjadinya serangan jantung.[4] Menurut sebuah study yang dilakukan oleh universitas Vermont di Amerika menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan pedas dapat menurunkan angka kematian sebesar 13%.[12]

Hal ini bukan tanpa alasan karena zat Capsaicin yang terkandung di dalam cabai memiliki sifat anti-kanker, anti peradangan atau inflamasi, anti obesitas serta anti oksidan.[12]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment