Menstruasi biasanya terjadi saat anak berusia sekitar 12 tahun, tapi periode menstruasi dapat terjadi sejak usia 8 tahun. Pada beberapa anak, periode menstruasi pertama dapat terjadi lebih awal secara tidak terduga[1, 2].
Anak perempuan yang baru pertama kali mengalami menstruasi dapat menjadi ketakutan melihat pendarahan yang dialaminya atau khawatir dan malu jika menyebabkan noda pada pakaian yang dikenakan[2].
Sebagai ibu atau pengasuh, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan untuk membantu anak perempuan ketika mengalami menstruasi pertama kali, di antaranya:
Daftar isi
1. Tetap Bersikap Tenang
Suatu hari orang tua mungkin akan mendapati anak perempuannya keluar dari kamar mandi atau pulang dari sekolah memberitahukan dengan bingung atau panik mengenai menstruasi pertamanya.
Anak kemungkinan tidak menggunakan frase sopan tertentu. Namun, apa pun yang dikatakannya dan berapa pun usianya, orang tua perlu menanggapi dengan setenang mungkin[2, 3].
Anak kemungkinan merasakan emosi yang bercampur aduk, sehingga sikap tenang dari orang tua dapat membantu anak menangkan diri. Orang tua sebaiknya menjelaskan bahwa menstruasi merupakan hal alami bagi perempuan dan tidak perlu malu atau takut saat mengalaminya[3].
2. Menjelaskan Apa yang Terjadi
Anak perlu mengetahui fakta mengenai siklus menstruasi dan perubahan-perubahan yang akan terjadi selama masa pubertas. Informasi yang didengar anak dari teman-temannya mungkin saja kurang tepat. Saat pertama kali mengalami menstruasi, anak perempuan dapat merasa bingung dan takut[1, 2].
Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menjelaskan pada anak mengenai fenomena yang dialaminya, lebih dianjurkan lagi untuk memberi penjelasan pada sebelum mengalami menstruasi pertama[2, 3].
Menstruasi pertama anak perempuan biasanya terjadi antara usia 9 dan 16 tahun. Namun, usia terjadinya menstruasi pertama dapat berbeda-beda pada tiap anak. Ada baiknya untuk memberitahu anak begitu ia memasuki usia pubertas (sebelum mengalami menstruasi). Hal ini dapat membantu anak memahami mengenai siklus menstruasi dan lebih siap saat mengalaminya, sehingga tidak terlalu takut atau panik[3, 4].
Orang tua sebaiknya memberikan penjelasan secara mendetail mengenai fenomena yang dialami tubuhnya. Periode menstruasi merupakan salah satu tahapan yang normal terjadi pada masa pubertas dan biasanya berlangsung selama 3-7 hari[2, 3].
Pendarahan akan berhenti setelah periode berakhir. Kemudian akan kembali terjadi pada periode menstruasi berikutnya, yang biasanya terjadi sekitar 21-28 hari setelah periode sebelumnya[2].
Menstruasi terjadi dalam siklus dan akan terus berulang selama masa produktif wanita. Dua tahun pertama sejak periode dimulai biasanya siklus menstruasi sangat tidak beraturan. Sehingga anak mungkin tidak akan mengalaminya setiap bulan. Hal ini disebabkan karena tubuh anak sedang menyesuaikan dengan siklus menstruasi[2, 3].
Saat memberikan penjelasan mengenai proses menstruasi sebaiknya menggunakan istilah anatomi yang tepat, seperti vagina dan uterus. Jika belum pernah membicarakan mengenai aktivitas seksual pada anak, maka dapat diberikan penjelasan sekaligus[3].
Menstruasi menandakan kematangan organ reproduktif wanita, yang berarti bahwa tubuhnya telah mampu untuk hamil. Pada awal siklus menstruasi, kadar hormon estrogen akan meningkat dan membuat lapisan dinding dalam uterus (rahim) bertambah tebal[1].
Sementara uterus tumbuh, terjadi proses pematangan sel telur di dalam ovarium (organ reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur dan hormon). Sekitar hari ke-14, sel telur akan keluar dari ovarium kemudian disalurkan oleh tuba falopi ke uterus[1, 2].
Jika sel telur dibuahi oleh sperma, maka akan terjadi kehamilan kemudian sel telur akan menempel pada dinding di uterus yang telah menjadi tebal. Jika sel telur tidak dibuahi, maka sel telur akan pecah, kadar hormon akan turun, dan dinding uterus yang tebal akan meluruh[1].
Fenomena meluruhnya dinding uterus akan disertai dengan pendarahan yang keluar melalui vagina, disebut sebagai menstruasi[1].
3. Menyiapkan Persediaan yang Diperlukan
Untuk menghindari mengotori pakaian, anak akan perlu menggunakan pembalut, panty liner atau tampon selama periode menstruasi. Orang tua dapat menjelaskan mengenai berbagai pilihan yang bisa digunakan selama menstruasi dan mendiskusikan bersama anak mengenai persediaan yang sebaiknya dibeli[2, 3].
Umumnya anak perempuan tidak nyaman menggunakan tampon, sehingga sebaiknya memilih pembalut dan liner. Pembalut dan panty liner ditempelkan pada celana dalam dan dilengkapi perekat pada bagian belakangnya[2, 3].
Terdapat banyak variasi pembalut yang tersedia dengan berbagai ketebalan, panjang, dan kemampuan menyerap. Panty liner biasanya cocok digunakan saat akhir periode, ketika aliran darah ringan[2].
Penggunaan tampon perlu dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap darah. Orang tua sebaiknya memastikan bahwa anak membaca petunjuk untuk menggunakan tampon dengan hati-hati[2].
Jika anak menggunakan pembalut hendaknya diberitahu untuk mengganti setiap 3-4 jam. Jika anak menggunakan tampon, sebaiknya diganti setiap 4-6 jam[2].
Orang tua dapat menyarankan pada anak untuk membawa pembalut di dalam tas sekolahnya sebagai antisipasi jika perlu mengganti. Jika diperlukan, anak juga dapat membawa celana dan dalaman untuk ganti[3].
4. Menjawab Pertanyaan Anak
Menstruasi pertama merupakan pengalaman baru sehingga anak dapat memiliki berbagai hal yang perlu ditanyakan. Orang tua sebaiknya bersikap terbuka dan mendukung anak untuk menanyakan jika ada hal yang ingin diketahuinya[1, 3].
Perubahan dapat sulit dihadapi, sehingga anak dapat merasa tidak nyaman dan cemas mengenai menstruasi dan berbagai perubahan lain akibat pubertas. Biarkan anak untuk terbuka mengenai ketakutan dan kekhawatiran yang ia rasakan sehingga kita bisa membantu mengatasinya[3].
Terkadang orang tua dapat memberitahu anak mengalami pengalaman pribadinya mengenai periode menstruasi yang dialami dan kekhawatiran yang dirasakan. Hal tersebut merupakan kondisi yang normal dan sehat, termasuk kekhawatiran saat menghadapi menstruasi[3].
Kita perlu mengingat bahwa setiap orang berbeda. Beberapa anak dapat mengalami menstruasi lebih awal atau lebih lambat. Siklus, aliran dan gejala yang dirasakan saat menstruasi juga berbeda-beda pada setiap orang[1].
Beberapa hari menjelang periode menstruasi, anak dapat merasa tidak nyaman, mood yang berubah-ubah, mengalami kram atau perut kembung. Beberapa orang dapat mengalami pembesaran payudara, sakit kepala, pegal-pegal pada punggung dan kaki muncul jerawat, dan mual[2].
Gejala-gejala tersebut normal dialami oleh wanita sebelum dan selama periode menstruasi berlangsung. Gejala biasanya akan berhenti atau membaik dengan sendirinya satu atau dua hari setelah pendarahan menstruasi dimulai[2].
Remaja umumnya memiliki periode menstruasi yang tidak beraturan. Untuk mengalami siklus menstruasi yang teratur per bulan, dapat diperlukan waktu hingga 6 tahun atau lebih sejak menstruasi pertama[1].
Orang tua dapat mengajarkan bagaimana cara mencatat periode menstruasi pada kalender atau menggunakan aplikasi di smartphone. Lama kelamaan anak akan bisa memperkirakan waktu periode menstruasinya sendiri[1].
5. Menjaga Sikap Positif
Perubahan yang berkaitan dengan pubertas dapat terasa sedikit menakutkan. Orang tua perlu meyakinkan anak bahwa hal yang dialaminya normal dan bukan sesuatu untuk dikhawatirkan, serta tidak akan menjadi alasan untuk menghentikan kegiatan[1].
Orang tua sebaiknya mencegah anak berpikiran negatif tentang menstruasi yang dialami, yang mana dapat mengarah pada timbulnya kekhawatiran atau ketakutan yang tidak diperlukan[3].
Beberapa orang mengalami pendarahan yang berat saat menstruasi atau aliran darah yang kencang, sehingga dapat menganggap bahwa akan menyebabkan kehilangan darah secara berlebihan. Namun sebenarnya anggapan tersebut tidak benar[3].
Meski menyebabkan sensasi tidak nyaman dan terasa keluar banyak darah, peluruhan dinding uterus terjadi selama beberapa hari dan total darah yang dikeluarkan biasanya sekitar 3 sendok makan saja[3].