Infertilitas Sekunder: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Infertilitas sekunder mirip dengan infertilitas jenis lainnya dan mempunyai gejala yang sama. Akan tetapi, pada infertilitas sekunder Anda tidak dapat mengalami kehamilan setelah sebelumnya berhasil memiliki anak. [1]

Anda dikatakan mengalami infertilitas sekunder jika pada proses memiliki anak sebelumnya dilakukan tanpa bantuan obat atau perawatann medis, misalnya tanpa memanfaatkan program bayi tabung. Kejadian infertilitas sekunder sama umumnya dengan infertilitas primer. [1]

Sebelum membicarakan tentang infertilitas sekunder lebih lanjut, penting untuk diketahui bahwa baik laki-laki maupun perempuan ikut berperan andil dalam infertilitas. Pada pasangan yang mengalami infertilitas, sebanyak 35% faktor berasal dari laki-laki dan perempuan. Ada juga yang hanya berasal dari faktor laki-laki saja sebanyak 8%. [2]

Gejala Infertilitas Sekunder

Gejala yang dapat menunjukkan bahwa Anda dan pasangan mengalami infertilitas sekunder yakni: [1]

  • Jika perempuan dan laki-laki yang berumur 35 tahun atau lebih muda tidak juga hamil dalam kurun waktu 12 bulan melakukan hubungan seksual tanpa pengaman
  • Jika perempuan dan laki-laki yang berumur lebih dari 35 tahun tidak juga mengalami kehamilan dalam kurun waktu 6 bulan melakukan hubungan seksual tanpa pengaman

Anda harus curiga mengalami infertilitas sekunder terutama jika Anda laki-laki dengan jumlah sperma rendah, jika Anda perempuan pernah mengalami penyakit peradangan pelvis, nyeri haid, siklus haid tidak teratur atau keguguran. [1]

Penyebab Infertilitas Sekunder pada Pria dan Wanita

Di bawah ini akan dijelaskan penyebab infertilitas sekunder baik pada pria maupun wanita.

Penyebab Infertilitas Sekunder pada Wanita

Penyebab paling umum dalam infertilitas juga berhubungan dengan infertilitas sekunder. [2]

  • Kelainan Ovulasi

Kebanyakan infertilitas pada perempuan disebabkan oleh kelainan ovulasi. Faktanya, sebanyak 40% wanita dengan infertilitas tidak berovulasi secara konsisten. Masalah pada proses ovulasi (pelepasan sel telur ke tuba falopi) dapat disebabkan oleh hal berikut: [2]

  1. Sindrom Ovarium Polisistik/ Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
  2. Insufisiensi Ovarium Primer/ Primary Ovary Insufficiency (POI)
  3. Penurunan produksi sel telur akibat usia
  4. Kelainan tiroid dan endokrin lainnya yang mempengaruhi produksi hormon
  5. Beberapa faktor gaya hidup seperti berat badan, gizi, penyalahgunaan alkohol atau obat
  • Masalah pada Rahim atau Tuba Falopi

Msalah struktural dapat berdampak pada kemampuan Anda untuk hamil. Sebagai contoh, jika ada sumbatan pada tuba falopi, sperma dan sel telur tidak dapat bertemu.

Rahim juga memiliki cacat bentuk atau jaringan yang menghalangi implantasi. Berikut ini adalah kondisi khusus yang mempengaruhi tuba falopi atau rahim: [2]

  1. Endometriosis
  2. Polip atau fibroid di rahim
  3. Jaringan parut di rahim
  4. Bentuk rahim abnormal misalnya rahim unicornis

Jika Anda menjalani persalinan caesar pada kehamilan sebelumnya, mungkin saja Anda memiliki bekas luka di rahim. Bekas luka ini disebut isthmocele. Sebuah istmocele dapat berujung pada peradangan di rahim dan berdampak pada implantasi. [2]

  • Infeksi

Infeksi – termasuk infeksi yang ditularkan secara seksual – dapat menyebabkan penyakit peradangan pelvis. Hal ini dapat berujung pada pembentukan jaringan parut dan sumbatan pada tuba falopi. Suatu infeksi (dan pengobatan) human papillomavirus (HPV) juga mempengaruhi lendir mulut rahim dan mengurangi kesuburan. [2]

  • Penyakit Autoimun

Pada umumnya, penyakit autoimun menyebabkan tubuh menyeang jaringan sehat. Jaringan ini termasuk jaringan reproduksi. Penyakit autoimun seperti penyakit Hashimoto, lupus dan rheumatoid artritis bisa mempengaruhi kesuburan dengan menyebabkan peradangan pada rahim dan plasenta. Begitu juga dengan pengobatannya. [2]

  • Usia

Secara biologis, kesuburan mencapai puncaknya mulai usia 20 tahun pada wanita dan mulai menurun pada usia 30 tahun – dan secara signifikan berkurang pada usia 40 tahun. [2]

Penyebab Infertilitas Sekunder pada Pria

Di bawah ini adalah daftar penyebab infertilitas pada pria yaitu: [3]

Diagnosis Infertilitas Sekunder

Dokter akan mengulas riwayat kesehatan Anda untuk menentukan perubahan yang terjadi sejak kehamilan sebelumnya. Jika Anda wanita, dokter akan menanyakan siklus haid tidak teratur, dan juga mencari tahu apakah Anda berovulasi atau menghasilkan sel telur dengan normal. [1]

Jika Anda laki-laki, riwayat kesehatan akan menunjukkan apakah ada penyakit tiroid, kanker atau kondisi terkait usia yang mempengaruhi jumlah atau kualitas sperma. [1]

Dokter akan mendiskusikan tes yang sesuai. Sebagai contoh, dokter akan memerintahkan pemeriksaan menggunakan sinar-X untuk melihat jaringan parut atau adanya keabnormalan di rahim. Atau juga dokter memerintahkan analisis cairan semen. [1]

Cara Mengatasi Infertilitas Sekunder

Pengobatan untuk infertilitas sekunder sama dengan pengobatan infertilitas primer. Perawatan termasuk: [4]

  • Obat kesuburan. Kerap kali dimulai dengan obat yang umum diresepkan misalnya Clomid.
  • Obat kesuburan injeksi. Obat ini dikenal sebagai gonadotropin.
  • Insemenasi Intrauterine
  • Fertilisasi in vitro, kadang-kadang dipadukan dengan bantuan reproduksi lainnya.
  • Pembedahan, biasanya bedah laparoskopi untuk memperbaiki tuba falopi yang tersumbat atau untuk mengangkat fibroid atau deposit endometriosis

Cara Mencegah Infertilitas Sekunder

Ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena infertilitas sekunder yakni: [4]

  • Usia tua
  • Perubahan berat badan
  • Menderita penyakit baru yang mempengaruhi kehamilan
  • Masalah kesuburan yang memburuk

Faktor yang bisa dicegah adalah perubahan berat badan. Seperti yang telah diketahui bahwa berat badan mempengaruhi kesuburan baik pada laki-laki dan perempuan. [4]

Berat badan berlebih atau kurang pada perempuan dapat menyebabkan masalah ovulasi. Sedangkan pada laki-laki, berdampak pada kesehatan sperma. [4] Menjaga berat badan mendekati standar sehat indeks massa tubuh dapat membantu Anda untuk memiliki anak. [5]

Berikut ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mendorong kesuburan sebelum berkonsultasi ke dokter yakni: [5]

  • Lakukan Penilaian pada Rencana Kehamilan

Hal ini bisa dilakukan dengan melihat apakah Anda mengalami haid yang teratur, atau adanya perubahan yang mungkin mengganggu peluang Anda untuk hamil.

Sebagai contoh, apakah Anda bisa memperkirakan dengan jelas kapan masa subur atau Anda melakukan hubungan seksual kapan saja (yang membuat kemungkinan hamil kecil). [5]

  • Periksa Ulang Pola Makan

Jika kebiasaan makan Anda berubah sejak memiliki bayi yang pertama, mungkin saja berdampak pada kesuburan. Misalnya mengkonsumsi kafein. Jika Anda mengkonsumsi terlalu banyak kafein merupakan hal yang tidak baik untuk kesuburan dan bahkan mungkin berperan andil dalam infertilitas sekunder yang Anda alami. [5]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment